Virus Corona
Jangan Disepelekan, Sekedar Pergi ke Rumah Teman pada Masa Social Distancing Corona adalah Ide Buruk
Anda mungkin merasa bosan di rumah dan stres dengan berita pandemi Virus Corona. Lalu apakah sekedar pergi ke rumah teman atau tetangga berisiko?
Editor: Ananda Putri Octaviani
Begitu pandangan Kirsten Hokeness, profesor dan Ketua Department of Science and Technology di Bryant University dan pakar imunologi, virologi, mikrobiologi, serta kesehatan dan penyakit manusia.
"Jika bola putih adalah virus, dan kita memiliki meja penuh bola untuk ditargetkan, maka 'virus' memiliki banyak pilihan," katanya.
"Teman kita, orang yang tinggal bersama teman kita, termasuk siapa saja yang berusia lanjut atau memiliki kondisi kesehatan tertentu, akan lebih rentan."
"Jadi mulailah mengambil jarak, batasi pertemuan yang tidak perlu, dan diamlah di rumah."
Tanpa vaksin Virus Corona, satu-satunya cara kita membatasi penyebaran virus adalah mencegahnya berpindah dari satu orang ke orang berikutnya.
"Virus membutuhkan inang untuk terus berjalan," kata Hokeness.
"Mereka tidak bisa hidup sendiri, jadi perlu manusia sebagai kendaraan untuk terus menyebar. Jika ia menginfeksi seseorang namun tidak punya tempat lain untuk berpindah, penyebaran virus akan berhenti."
"Sebaliknya, ketika kita terus berkumpul, bahkan dalam kelompok yang sangat kecil, kita berisiko memberi virus satu kesempatan lagi untuk bertahan dalam populasi," kata Hokeness.
• Apakah Warga Bisa Melayat Ibunda Jokowi? Ini Kata Ganjar Pranowo atau Pihak Keluarga
Mengapa social distancing begitu sulit "disepakati" sebagian orang?
Jawabannya terletak pada kata sosial dari istilah tersebut, kata Liz Higgins, terapis keluarga dan pendiri Millennial Life Counseling di Dallas.
"Kita adalah makhluk sosial. Kita dibuat untuk terhubung," katanya.
"Ini adalah pengalaman fisiologis kita untuk menginginkan dan mendambakan interaksi dengan orang lain."
"Apa yang disarankan kepada kita saat ini bertentangan dengan hakikat hidup kita. Tentu saja, koneksi digital dapat memenuhi sebagian dari kebutuhan ini, tetapi tidak sepenuhnya."
Kita bisa saja mengalami fear of missing out (FOMO)--gelisah karena takut ketinggalan informasi dari media sosial dan kecemasan tentang kapan kita dapat melihat teman atau keluarga dekat kita.
Namun, sebaiknya jangan mencoba mengadakan agenda berkumpul di tengah wabah saat ini, baik itu hajatan, kenduri, maupun reuni.