Virus Corona
Karni Ilyas Terjunkan Bawahannya Wawancara Warga terkait Lockdown: Anak Kami Enggak akan Makan
Pemimpin Redaksi TV One, Karni Ilyas mengungkap ketidaksetujuannya pada lockdown (penguncian) secara total akibat Virus Corona.
Penulis: Mariah Gipty
Editor: Rekarinta Vintoko
"Kemudian kalau kita lockdown saya meminta reporter TV One untuk turun ke bawah ke tukang ojek, tukang pedagang sayur, yang harian harus cari uang."
"Mereka mengatakan kalau di lockdown kami itu 'Anak kami enggak akan makan', 'kami enggak akan makan', apalagi kami enggak boleh keluar rumah lockdown yang absolut."
"Sehingga mereka sangat-sangat tidak setuju dengan lockdown," cerita Karni Ilyas.
Sehingga, wartawan senior 67 tahun ini setuju dengan langkah pemerintah yang belum mau memberlakukan lockdown total.
"Jadi beban ini bukan hanya rakyat, tapi juga pemerintah saya memahami benar kalau Pemerintah Pusat belum mau memutuskan lockdown tersebut,' ucap Karni Ilyas.
• Polri Keluarkan Maklumat Larangan Berkumpul, Ancaman Hukuman 4,5 Bulan hingga 7 Tahun Penjara
Lihat videonya sejak menit ke-6:00:
WHO Ungkap Lockdown Kurang Efektif
Sementara itu, Direktur Eksekutif Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dr. Mike Ryan mengatakan bahwa langkah-langkah untuk mencegah penyebaran Virus Corona harus dilakukan secara besar-besaran.
Dikutip TribunWow.com dari The Hill pada Senin (23/3/2020), Mike Ryan di acara BBC Andrew Marr Show mengatakan bahwa kini harus fokus menemukan penderita Covid-19.
Setelah menemukan para penderita, harus segera dilakukan tracking di mana saja dan dengan siapa penderita melakukan kontak fisik.
• Fakta Wanita Meninggal di Dalam Bus saat Perjalanan dari Jakarta, Sempat Dikira Korban Covid-19
Sehingga, penderita maupun yang terlibat kontak bisa langsung diisolasi.
"Yang benar-benar perlu kita fokuskan adalah menemukan mereka yang sakit, mereka yang memiliki virus, dan mengisolasi mereka, menemukan kontak mereka dan mengisolasi mereka," ujar Mike Ryan.
Menurut dia, langkah lockdown yang diterapkan banyak negara di dunia kurang efektif.
Pasalnya, jika suatu daerah hanya dikunci dan tidak melakukan penerapan kesehatan maka sia-sia.
Misal daerah yang di-lockdown itu dibuka maka penyakit bisa muncul kembali.
"Bahaya saat ini dengan lockdown. Jika kita tidak menerapkan langkah-langkah kesehatan masyarakat yang kuat sekarang, ketika pembatasan gerakan dan lockdown itu dicabut, bahayanya penyakit ini akan melompat kembali," imbuhnya.
Lantas, Mike Ryan mencontohkan Korea Selatan, Singapura dan Cina yang melakukan pembatasan sosial sekaligus pengujian tes covid-19 secara massal.

• Terancam Batal Juara Liga Inggris karena Virus Corona, Jurgen Klopp Singgung Fans yang akan Menggila