Virus Corona
Istana Akui RSUD Tak Sesiap RS Rujukan Tangani Corona, Dany Amrul: Presiden Sudah Meminta Dilengkapi
Tenaga Ahli Utama KSP Dany Amrul Ichdan menegaskan bahwa pemerintah telah berkomitmen untuk menjamin segala kebutuhan tenaga medis terkait Covid-19
Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Dany Amrul Ichdan menanggapi terkait perkembangan penanganan wabah Virus Corona (Covid-19) di Indonesia.
Dany menyoroti adanya perbedaan kesiapan antara Rumah Sakit rujukan penanganan Covid-19 dengan rumah sakit lainnya.
Namun Dany menegaskan pemerintah telah berkomitmen untuk terus membantu tim medis agar selalu bisa menangani Covid-19.

• Guru Besar FKM UI Ulas Perjuangan Tim Medis Lawan Corona: Negara Eropa pun Kesulitan Menangani
Dikutip dari YouTube Kompastv, Minggu (22/3/2020), awalnya Dany menyampaikan rasa bela sungkawa dan duka pemerintah atas meninggalnya beberapa tenaga medis dalam tugasnya menangani pasien Covid-19.
"Semoga pahlawan-pahlawan kita tenaga medis yang telah gugur dalam mengabdikan, dan dedikasi penuh untuk penanganan Corona ini, diterima oleh Allah SWT, dan kita diberikan kesehatan untuk tetap melayani dengan hati," paparnya.
Dany lanjut menjelaskan komitmen pemerintah untuk terus menyiapkan perlengkapan terkait penanganan Covid-19 kepada tim medis.
"Negara senantiasa komit untuk mengatasi permasalahan-permasalahan di lapangan, termasuk kekurangan alat pelindung diri (APD), memang presiden sudah meminta untuk dilengkapi," ujarnya.
Ia kemudian menjelaskan upaya pemerintah untuk melengkapi alat-alat tim medis guna penanganan Covid-19.
"Lalu kemarin beberapa hari ini, kita juga melakukan kontak dengan importir, produsen di luar negeri, untuk kita impor alat pelindung diri, karena di dalam negeri juga stoknya sangat terbatas," terang Dany.
Dany tak memungkiri bahwa ada perbedaan kesiapan antara rumah sakit rujukan Covid-19, dan rumah sakit yang bukan menjadi rujukan.
"Jadi untuk rumah sakit-rumah sakit rujukan, itu memang sudah relatif cukup," katanya.
"Hanya memang rumah sakit-rumah sakit yang ada di daerah, RSUD terutama, itu masih banyak kekurangan," lanjutnya.
Ia menambahkan untuk mengatasi perbedaan tersebut, pemerintah telah menyusun sebuah rencana sebagai solusi.
Dany mengatakan pemerintah Indonesia juga telah membawa sejumlah APD dari China yang berstandar internasional.
Berkaca dari kesalahan sebelumnya, Dany mengatakan pemerintah tidak ingin ada lagi kurangnya perlengkapan tim medis yang berujung pada ancaman kesehatan mereka.
"Kita tidak ingin para tenaga medis kita kejadian yang lalu terulang lagi," kata Dany.
"Kita harus betul-betul care, memerhatikan keselamatan mereka," lanjutnya.
• Aktris Andrea Dian Positif Corona, Ganindra Bimo Sampaikan Ungkapan Manis: Mencintaimu Lebih Lagi
Berdasarkan keterangan Juru Bicara Penanganan Virus Corona, Achmad Yurianto, per Minggu (22/3/2020), terhitung total 514 orang positif Covid-19.
48 pasien telah meninggal, dan 29 pasien telah diumumkan sembuh.
Terdapat juga tiga provinsi baru yang terjangkit Covid-19.
Provinsi baru yang terjangkit Covid-19 di antaranya adalah Kalimantan Selatan, Maluku dan Papua.
Hingga Sabtu (21/3/2020) kemarin, tiga provinsi tersebut belum ada terkonfirmasi kasus positif Virus Corona.
Kalimantan Selatan dan Maluku kini ada satu kasus, sedangkan Papua ada dua kasus.
• UPDATE Jumlah Pasien Positif Corona di Jateng Bertambah Jadi 15 Orang, 3 Meninggal Dunia
Lihat videonya di bawah ini mulai menit 7.04:
Tim Medis Berbagi Suka Duka Tangani Corona
Sebagai orang yang berada di garda terdepan dalam menghadapi wabah Virus Corona (Covid-19), para tenaga medis sangat riskan ikut tertular virus dari pasien yang mereka tangani.
Meskipun wajib mengurus pasien karena sudah menjadi tugas mereka, di sisi lain ketakutan juga kadang menyerang saat menangani pasien Covid-19.
Spesialis paru RSUP Pershabatan, dr. Mia Elhidsi menceritakan suka dan duka yang ia rasakan selama menangani pasien positif Covid-19 di Indonesia.

Dikutip dari YouTube Kompastv, Kamis (19/3/2020), awalnya Mia bercerita bagaimana seluruh dunia kini sedang berjuang bersama-sama menghadapi wabah yang telah menjadi pandemi.
"Ini ibaratnya perang dunia ketiga, dan kami sebagai tenaga kesehatan itu sebagai garda terdepannya," kata Mia.
Ia mengakui perasaannya campur aduk saat dirinya ditugaskan menangani pasien positif Covid-19.
Beban berat dirasakan Mia saat menghadapi pasien Covid-19, di sisi lain Mia merasa bahwa apa yang ia lakukan adalah demi kebaikan masyarakat Indonesia.
"Kita betul-betul merasa itu amanah yang sangat berat, tapi di satu sisi kita merasa itu suatu kehormatan," paparnya.
"Suka dukanya juga lebih kuat."
Mia lalu membandingkan kondisinya yang senantiasa berada di tengah bahaya, dengan orang-orang lain yang bisa berada di rumah, menerapkan social distancing atau pemisahan jarak sosial.
"Kami setiap hari justru dengan sadar, dengan sengaja kami mendatangi pasien-pasien yang positif Corona," katanya.
"Kita memang tangani, kita kontak, kita sapa, kita periksa bagaimana keadaannya, dan lain sebagainya."
Mia mengatakan sebagai tenaga medis, ia terhormat bisa ditugaskan menangani pasien Covid-19.

Tapi di sisi lain sebagai manusia biasa, rasa takut tak bisa ia pungkiri, Mia senantiasa khawatir akan keselamatan dirinya, dan keluarganya yang selalu menunggu kepulangannya di rumah.
"Di sisi lain kita juga manusia, punya keluarga di rumah, kita punya risiko tinggi untuk tertular, kalau kita positif, keluarga di rumah berisiko juga," tutur Mia.
Wabah Covid-19 diakui Mia berbeda dari wabah yang lain, saat menghadapi wabah ini, Mia mengakui ada rasa khawatir dan takut.
Lihat videonya mulai menit awal:
(TribunWow.com/Anung)