Virus Corona
Diwawancarai Ganjar Pranowo, Dokter UNDIP Jelaskan Penyemprotan Virus Corona Tak Efektif dan Bahaya
Spesialis Mikrobiologi Klilin FK Undip Semarang, dr. Rebriarina Hapsari mengatakan penyemprotan disinfektan pencegahan Virus Corona justru berbahaya.
Penulis: Elfan Fajar Nugroho
Editor: Claudia Noventa
TRIBUNWOW.COM - Dokter Spesialis Mikrobiologi Klilin FK Undip Semarang, dr. Rebriarina Hapsari mengatakan penyemprotan disinfektan untuk pencegahan Virus Corona justru dirasa tidak efektif.
Hal itu disampaikan oleh Rebriarina Hapsari saat diwawancarai oleh Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, yang diunggah di kanal Youtube, Ganjar Pranowo,
Minggu (22/3/2020).
Dilansir TribunWow.com, dokter yang sering dipanggil Hepi itu menjelaskan cara pencegahan penyebaran Virus Corona tidak bisa dilakukan dengan cara penyemprotan.

• UPDATE Virus Corona di Indonesia: 49 Orang Meninggal, Total 579 Pasien Positif per 23 Maret 2020
Seperti yang diketahui, setelah merebaknya penyakit Covid-19, dilakukan banyak penyemprotan di beberapa tempat oleh pemerintah dan sukarelawan serta kesadaran dari masing-masing daerah.
Menurut Hepi, penyemprotan disinfektan hanya perlu dilakukan pada tempat atau permukaan yang sudah terpapar Virus Corona.
Tidak selalu disemprot, tempat-tempat tersebut juga bisa dilakukan dengan cara pengelapan.
Penyemprotan ataupun pengelapan tempat yang sudah terpapar Virus Corona bertujuan untuk merusak berkembangnya Covid-19.
Maka dari itu, Hepi menilai tidak semua tempat perlu adanya penyemprotan.
"Untuk penyemprotan di tempat umum menurut saya sebenarnya tidak diperlukan, karena yang lebih efektif justru permukaan-permukaan yang mungkin sempat terkena virus, contohnya di bus kota, " ujar Hepi.
"Permukaan-permukaan yang sering dipegang oleh orang tersebut di lap, sehingga itu akan memberikan waktu kontak yang cukup dari bahan aktif itu untuk merusak virus," sambungnya.
• WHO Ungkap Lockdown Kurang Efektif Cegah Sebaran Virus Corona: Bahayanya Penyakit akan Lompat Lagi
Lebih lanjut, dokter yang juga merupakan Ketua program pengendalian dan pencegahan infeksi di RS Nasional Diponegoro itu mengatakan penyemprotan yang dilakukan justru akan berbahaya.
Apalagi penyemprotan tersebut dilakukan di suatu tempat yang terdapat banyak orang.
Ditakutkan, bahan aktif dari penyemprotan tersebut akan terhirup oleh alat pernapasan.
Jika hal itu terjadi, menurut Hepi akan berdampak buruk pada paru-paru.
"Kemudian yang perlu diperhatikan kalau misalnya ada penyemprotan di komunitas luar yaitu banyak orangnya, ini akan kita hirup bahan aktif itu," jelas Hepi.
"Kalau itu sampai terhirup oleh paru-paru kita, dan paru-paru kita itu tidak sehebat kulit, itu akan lebih rentan, justru menurut saya akan menyebabkan luka di paru-paru, dan nantinya bahkan bisa jadi akan menimbulkan keganasan."