Virus Corona
Strategi yang Dipakai Berbagai Negara untuk Atasi Wabah Corona, Ahli Sebut Pemerintah Harus Agresif
Penyebaran virus corona di seluruh dunia membawa dampak besar: tersebarnya panik, ribuan kasus setiap hari, penutupan kota dan negara.
Editor: Tiffany Marantika Dewi
Dalam jumpa pers hari Senin (16/03), Direktur WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa tes bagi siapapun yang punya gejala merupakan "tulang punggung" bagi penghentian penyebaran pandemi ini.
Namun ia mengingatkan, banyak negara yang terus melakukan pemeriksaan hanya terhadap pasien yang punya gejala serius. Ini bisa membuat catatan statistik keliru bahkan membiarkan orang dengan gejala ringan, padahal terinfeksi, terus menyebarkan virus.
• Seusai Dinyatakan Sembuh, Pasien Covid-19 Balita Pertama di Yogyakarta Diperbolehkan Pulang
2. Isolasi mereka yang terinfeksi

Johnson berkata bahwa pemeriksaan kesehatan tak hanya berujung pada isolasi mereka yang sakit dan mencegah virus berkembang lebih luas, tapi juga membuka jalan untuk mendeteksi kemungkinan infeksi yang belum berkembang menjadi gejala.
"Korea Selatan dan China telah melakukan kerja luar biasa dalam melacak, mengetes, dan mengendalikan warga mereka," katanya.
Menurutnya, China sangat waspada dalam mendeteksi kasus-kasus potensial yang bisa jadi merupakan salah satu penyebab turun drastisnya infeksi baru yang dilaporkan.
Tak seperti China, di Taiwan, Singapura dan Hong Kong, sekalipun tak ada situs karantina, aturan yang ditegakkan adalan mengatur agar orang tetap berada di rumah dengan menerapkan denda yang kadang besarnya bisa mencapai Rp47 juta.
Namun menurut Nyenswah, melacak potensi infeksi merupakan landasan utama dari strategi ini.
Ia mengingatkan bahwa pemerintah Taiwan dan Singapura mengembangkan strategi untuk melacak orang yang kontak dengan pasien yang sakit.
Siasat itu dilakukan mulai dari melakukan wawancara hingga melihat kamera keamanan dan catatan perjalanan, hotel, serta pengujian kepada mereka yang mungkin terpapar.
"Contohnya, pada tanggal 12 Maret, di Hong Kong diduga ada 445 kasus dan dilakukan 14.900 tes di antara orang yang kontak untuk mendeteksi kemungkinan infeksi. Hasilnya, diketahui 19 orang positif," katanya.
• Pasien 01 Sita Tyasutami Enggan Disebut Pahlawan Corona, Ungkap Siapa yang Pantas: Mereka Luar Biasa
3. Persiapan dan reaksi cepat

Menurut Nyenswah, yang pernah melawan Ebola di Afrika Barat, salah satu elemen dasar untuk pengendalian virus adalah bertindak cepat sebelum penularan meluas di komunitas.
"Negara seperti Taiwan dan Singapura memperlihatkan langkah cepat untuk mendeteksi dan mengisolasi kasus baru. Ini bisa jadi faktor penentu dalam mengendalikan penyebaran," katanya.
Dalam artikel yag diterbitkan di Journal of the American Medical Association, respons di Taiwan memperlihatkan bahwa pengendalian mereka berasal dari cara yang telah mereka kembangkan untuk peristiwa sejenis. Tahun 2003 mereka membuat komando terpusat untuk mengendalikan epidemi.