Breaking News:

Virus Corona

Cerita Dokter di Italia yang Harus Putuskan Tangani Pasien Corona atau Dibiarkan Tak Dirawat

Para dokter yang memerangi Virus Corona di Italia mengaku harus memilih pasien mana yang mendapat penanganan dan pasien mana yang tidak.

AFP/YONHAP/SOUTH KOREA OUT
Para petugas dilengkapi pakaian pelindung menyemprotkan cairan desinfektan di sebuah pasar di daerah Daegu, Korea Selatan, menyusul meluasnya wabah virus corona di negara itu, Minggu (23/2/2020). Penyebaran virus corona hingga hari ini, Senin (24/2/2020), semakin menunjukkan peningkatan di sejumlah negara, seperti Italia, Iran, dan Korea Selatan. 

Namun, pada musim dingin, sebagian besar ranjang tersebut telah ditempati pasien-pasien dengan masalah pernapasan.

Wilayah Lombardy dan Veneto di utara hanya punya sekitar 1.800 ranjang di institusi pemerintah dan swasta.

Semua rumah sakit di Italia bagian utara telah mendirikan bagian tambahan untuk menampung ranjang lebih banyak.

Dr Stefano Magnone, yang bekerja di sebuah rumah sakit di Lombardy, mengatakan kepada BBC bahwa daya tampung mereka telah mencapai batas.

"Situasinya semakin buruk hari demi hari, karena kami telah mencapai batas tampung ranjang ICU serta bangsal biasa untuk merawat pasien-pasien positif virus corona," katanya.

"Di provinsi kami, kami telah kehabisan sumber daya, baik manusia maupun teknologi. Jadi kami menunggu ventilator baru, perangkat ventilasi non-invasif baru."

Awal pekan ini, kesaksian dari Dr Daniele Macchini, seorang dokter unit perawatan intensif di Bergamo, menjadi viral di Twitter.

Penduduk bepergian dengan mengenakan masker di jalan utama Corso Buenos Aires di Milan pada 12 Maret 2020, ketika Italia menutup semua toko kecuali apotek dan toko makanan dalam upaya putus asa untuk menghentikan penyebaran virus corona yang telah menewaskan 827 di negara itu hanya dalam dua minggu.
Penduduk bepergian dengan mengenakan masker di jalan utama Corso Buenos Aires di Milan pada 12 Maret 2020, ketika Italia menutup semua toko kecuali apotek dan toko makanan dalam upaya putus asa untuk menghentikan penyebaran virus corona yang telah menewaskan 827 di negara itu hanya dalam dua minggu. (MIGUEL MEDINA / AFP)

Debat dengan Ali Ngabalin soal RS Rujukan Tak Ada Alat Cek Corona, Haris Azhar: Mesti Dilockdown Dia

Pada kesaksian tersebut, dia menjelaskan bagaimana timnya "kewalahan oleh tsunami" dan peralatan medis untuk masalah pernapasan, seperti ventilator, menjadi luar biasa berharga "layaknya emas".

"Kasus-kasus berlipat ganda, [kami menerima] 15-20 pasien per hari, semua karena alasan yang sama. Hasil uji swab kini muncul satu demi satu: positif, positif, positif. Tiba-tiba [ruang gawat darurat] ER kolaps," katanya.

"Beberapa kolega kami yang terinfeksi juga punya kerabat yang terinfeksi, dan beberapa kerabat mereka sudah berjuang antara hidup dan mati."

Staf medis mengaku merasakan tekanan emosional luar biasa.

Dr Salaroli mengatakan kepada surat kabar Corriere bahwa beban emosi staf medis "menghancurkan" dan beberapa dokter di dalam timnya "remuk" oleh pilihan-pilihan yang terpaksa dibuat.

"Bisa terjadi pada dokter kepala begitu pula dengan dokter muda yang baru tiba dan harus memutuskan nasib seorang manusia. Saya ulangi, dalam skala besar," ujarnya.

"Saya melihat sejumlah perawat dengan 30 tahun pengalaman, menangis, orang dengan krisis mental, tiba-tiba gemetar."

'Permohonan Italia ke Eropa'

Halaman
123
Sumber: BBC Indonesia
Tags:
Virus CoronaItaliaPasien
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved