Terkini Daerah
Pengacara Bocah yang Dibunuh ABG Harap Pelaku Tak Bebas, Karni Ilyas: Enggak Ada yang Bisa Usir
Pengacara keluarga bocah korban pembunuhan di Sawah Besar, Azham Khan turut menjadi bintang tamu dalam acara ILC, Selasa (10/3/2020).
Penulis: Jayanti tri utami
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Pengacara keluarga bocah korban pembunuhan di Sawah Besar, Jakarta Pusat, Azham Khan turut menjadi bintang tamu dalam acara Indonesia Lawyers Club (ILC), Selasa (10/3/2020).
Dilansir TribunWow.com, Azham Khan menyebut para tetangga korban berharap remaja berusia 15 tahu, NF, tak dikembalikan ke pihak keluarga.
Hal itu disebutnya membuat para tetangga khawatir pelaku akan mengulangi pembunuhan yang dilakukan.
Pernyataan Azham Khan itu pun langsung memancing Presenter Karni Ilyas untuk ikut berbicara.

• ILC Bahas ABG Bunuh Bocah di Jakpus, Sudjiwo Tedjo Ungkit Sumanto: Dari Mana Dia Dapat Delusi?
• Sudjiwo Tedjo Malah Salahkan Pendidikan dan Tata Kota soal ABG Bunuh Bocah: Yang Kotor Pikiran Kita
Mulanya, Azham Khan menyinggung soal hasil pemeriksaan dokter kejiwaan terhadap NF.
Ia pun mempertanyakan penanganan terhadap pelaku yang diduga memiliki gejala psikopat.
"Yang menjadi masalah keluarga dan tetangga adalah seandainya nanti hasil keputusan dokter kejiwaan bahwa benar itu sakit jiwa," ujar Azham.
"Itu tersangka mau dikemanain? Kalau dikirim ke orang tuanya, di rumah itu, tetangga merasa terancam."
Pernyataan Azham itu pun langsung ditanggapi oleh Karni Ilyas.
Menurut Karni Ilyas, tak ada seorah pun yang berhak mengusir pelaku dari rumahnya.
"Itu rumah dia kan? Ya artinya enggak ada yang bisa mengusir dia dari rumah dong," sahut Karni Ilyas.
• Johnny G Plate Tanggapi ABG Bunuh Bocah di Jakpus: Ada Hal Luar Biasa Terjadi di Generasi Masa Depan
Ia menambahkan, keputusan penanganan terhadap pelaku merupakan kewenangan hakim.
Karni Ilyas pun menyinggung kemungkinan pelaku bakal direhabilitasi atau dirawat di rumah sakit.
"Kalau dia dinyatakan sakit kita perlu dengar putusan hakim, bisa saja hakim menempatkan dia di tempat rehabilitasi atau di rumah sakit mana," ujar Karni Ilyas.
"Kalau ternyata sakit."
Namun, ucapan Karni Ilyas itu kembali ditanggapi oleh Azham.
Menurut Azham, para tetangga tetap merasa khawatir meski pelaku direhabilitasi ataupun dirawat di rumah sakit.
"Ya makanya kekhawatiran kita ini, satu, begitu sudah ada jawaban dari dokter ini memang sakit jiwa itu proses hukumnya hilang," kata Azham.
"Ini yang tidak diinginkan kalaupun memang nanti ada putusan hakim setelah proses itu berjalan, direhab atau di apa."
• Kesaksian ABG 15 Tahun Pembunuh Balita di Jakpus, Mengaku selama Ini Menahan untuk Tak Membunuh
Simak video berikut ini menit ke-3.57:
Sudjiwo Tedjo Salahkan Pendidikan dan Tata Kota
Pada kesempatan itu, Budayawan Sudjiwo Tedjo angkat bicara soal kasus pembunuhan bocah enam tahun oleh remaja 15 tahun di Sawah Besar, Jakarta Pusat.
Dilansir TribunWow.com, terkait hal itu Sudjiwo Tedjo justru menyalahkan sistem pendidikan hingga tata kota di Indonesia.
Sudjiwo Tedjo menyebut kesibukan orang tua menjadi satu di antara penyebab anak menjadi korban kekerasan.
Tak hanya itu, sistem pendidikan di Indonesia menurutnya tak memberikan pengetahuan pada anak soal seks.
"Dan soal seks, kalau menurut saya yang salah pendidikan kita terlalu muna," ujar Sudjiwo Tedjo.
Terkait hal itu, ia lantas membandingkan sistem pendidikan dulu dengan sekarang.
• Pakar Psikologi Forensik Tanggapi Pembunuhan ABG 15 Tahun: Kecerdasan Lebih Tinggi dari Orang Banyak
"Dari zaman dulu itu anak laki-laki dipanggil p*en*s, kalau wanita dipanggil b*w*k, b*w*k itu vagina," sambung Sudjiwo.
Menurut Sudjiwo, pendidikan seks sejak dini justru akan membuat anak tidak 'berpikiran kotor'.
"Sehingga dari kecil dia perkenalkan bahwa seks itu enggak kotor," ujar Sudjiwo.
"Yang kotor itu pikiran kita."
Tak hanya menyalahkan pendidikan, Sujidowo Tedjo turut menyoroti soal sistem tata kota di Indonesia.
Menurut dia, sistem tata kota di Indonesia tak memungkinkan orang tua untuk memantau perkembangan anak.
Hal itu disebabkan karena lokasi kerja yang jauh dari rumah.
"Dan seluruh ahli tata kota ikut diskusi malam ini, diajak lain kali," terang Sudjiwo.
"Bikin tata kota itu yang bener, yang rumah antara pekerja dan tempat kerja enggak jauh sehingga orang tuanya cepat pulang."
Sudjiwo menambahkan, sistem tata kota di Indonesia menyebabkan para orang tua jarang bertemu buah hati.
• Psikolog Soroti Catatan I Will Always Love You ABG Pembunuh Bocah di Jakpus: Bentuk Proyeksi
Hal itu lah yang menurutnya menyebabkan banyak anak di Indonesia menjadi korban kekerasan hingga pembunuhan.
"Sekarang jam empat pagi mereka berangkat ke kantor, suap-suapan di mobil suami istri, jam 10 baru sampai rumah. Ini tata kota macam apa?," tanya Sudjiwo.
"Saya setuju kalau mereka jadi korban karena ketemunya malem. Baru ketemu bener Sabtu sama Minggu dengan rasa bersalah apapun dituruti."
Lantas, Sudjiwo kembali membandingkan pendidikan orang tua kepada anak di zaman dulu dengan sekarang.
"Zaman saya sama Pak Karni jangan minta, di-gaplok (dipukul -red) bener wong tiap hari ketemu," ujar Sudjiwo.
"Jam 2 bapak saya sudah di rumah, gampar saya enggak apa-apa dengan kasih sayang."
(TribunWow.com/Jayanti Tri Utami)