Terkini Daerah
Di ILC, Jajang C Noer Buka Suara soal ABG Pembunuh Bocah di Jakpus: Orang Jahat karena Tak Bahagia
Aktris Senior Jajang C Noer turut angkat bicara soal kasus remaja 15 tahun yang membunuh bocah enam tahun di Sawah Besar, Jakarta Pusat.
Penulis: Jayanti tri utami
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
TRIBUNWOW.COM - Aktris Senior Jajang C Noer turut angkat bicara soal kasus remaja 15 tahun yang membunuh bocah enam tahun di Sawah Besar, Jakarta Pusat (Jakpus).
Dilansir TribunWow.com, Jajang menyebut pelaku, NF, hanyalah korban di dalam keluarga.
Menurutnya, kejahatan yang dilakukan pelaku disebabkan karena NF tak pernah merasakan bahagia.
Hal tersebut disampaikan Jajang saat menjadi bintang tamu dalam acara Indonesia Lawyers Club, Selasa (10/3/2020).

• Sempat Cari Korban, Tetangga Ungkap Gelagat ABG Pembunuh Bocah di Jakpus: Kayak Enggak Punya Salah
• Pengacara Bocah yang Dibunuh ABG Harap Pelaku Tak Bebas, Karni Ilyas: Enggak Ada yang Bisa Usir
Jajang menilai, film horor tak mungkin secara instan memengaruhi pikiran seseorang.
Terkait pengakuan pelaku yang mengaku gemar melihat film horor, Jajang menilai itu omong kosong belaka.
"Dia bisa aja asal ngomong, itu kan seperti klise aja itu," ucap Jajang.
"Yang disalahkan nonton, tapi kan trigger-nya bukan itu."
Jajang menilai, pelaku selama hidupnya tak pernah merasakan bahagia.
Karena itu, Jajang menyebut pelaku bisa dengan tega melakukan pembunuhan terhadap tetangga.
"Pemicunya bukan film, dia ada sesuatu di dalam hatinya. Dia tidak bahagia dalam hidupnya," jelas Jajang.
"Nah itu, enggak ada kasih sayang dari orang tuanya."
• Kesaksian ABG 15 Tahun Pembunuh Balita di Jakpus, Mengaku selama Ini Menahan untuk Tak Membunuh
Tak hanya itu, Jajang juga menduga pelaku selama ini tak mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya hingga merasakan kesepian.
"Dan dia pasti kesepian, itu korban justru dia," jelas Jajang.
"Korban karena dia tidak mendapatkan hak untuk bahagia."
Lebih lanjut, Jajang kembali menegaskan bahwa semua orang menjadi jahat karena tidak merasa kebahagiaan dalam hidup.
"Orang yang jahat, saya juga pernah diancam dengan pisau, dia tidak bahagia," kata Jajang.
"Kasihan justru, karena dia tidak tahu bagaimana membahagiakan dirinya."
Menurut Jajang, pelaku melakukan tindakan sadis itu agar dirinya mendapat perhatian dari orang-orang sekitar.
"Dia tidak merasakan bahagia, dia pikir dengan berbuat sesuatu yang hebat orang akan senang sama dia.," ucap Jajang.
"Dia akan menjadi buah bibir, gitu lah kira-kira."
• Pengakuan ABG Pembunuh Bocah 5 Tahun, Benci Orang Tuanya yang Bercerai dan Tinggalkan Dirinya
Simak video berikut ini menit ke-6.27:
Sudjiwo Tedjo Salahkan Pendidikan dan Tata Kota
Pada kesempatan itu, Budayawan Sudjiwo Tedjo angkat bicara soal kasus pembunuhan bocah enam tahun oleh remaja 15 tahun di Sawah Besar, Jakarta Pusat.
Dilansir TribunWow.com, terkait hal itu Sudjiwo Tedjo justru menyalahkan sistem pendidikan hingga tata kota di Indonesia.
Sudjiwo Tedjo menyebut kesibukan orang tua menjadi satu di antara penyebab anak menjadi korban kekerasan.
Tak hanya itu, sistem pendidikan di Indonesia menurutnya tak memberikan pengetahuan pada anak soal seks.
"Dan soal seks, kalau menurut saya yang salah pendidikan kita terlalu muna," ujar Sudjiwo Tedjo.
Terkait hal itu, ia lantas membandingkan sistem pendidikan dulu dengan sekarang.
• Pakar Psikologi Forensik Tanggapi Pembunuhan ABG 15 Tahun: Kecerdasan Lebih Tinggi dari Orang Banyak
"Dari zaman dulu itu anak laki-laki dipanggil p*en*s, kalau wanita dipanggil b*w*k, b*w*k itu vagina," sambung Sudjiwo.
Menurut Sudjiwo, pendidikan seks sejak dini justru akan membuat anak tidak 'berpikiran kotor'.
"Sehingga dari kecil dia perkenalkan bahwa seks itu enggak kotor," ujar Sudjiwo.
"Yang kotor itu pikiran kita."
Tak hanya menyalahkan pendidikan, Sujidowo Tedjo turut menyoroti soal sistem tata kota di Indonesia.
Menurut dia, sistem tata kota di Indonesia tak memungkinkan orang tua untuk memantau perkembangan anak.
Hal itu disebabkan karena lokasi kerja yang jauh dari rumah.
"Dan seluruh ahli tata kota ikut diskusi malam ini, diajak lain kali," terang Sudjiwo.
"Bikin tata kota itu yang bener, yang rumah antara pekerja dan tempat kerja enggak jauh sehingga orang tuanya cepat pulang."
Sudjiwo menambahkan, sistem tata kota di Indonesia menyebabkan para orang tua jarang bertemu buah hati.
• Psikolog Soroti Catatan I Will Always Love You ABG Pembunuh Bocah di Jakpus: Bentuk Proyeksi
Hal itu lah yang menurutnya menyebabkan banyak anak di Indonesia menjadi korban kekerasan hingga pembunuhan.
"Sekarang jam empat pagi mereka berangkat ke kantor, suap-suapan di mobil suami istri, jam 10 baru sampai rumah. Ini tata kota macam apa?," tanya Sudjiwo.
"Saya setuju kalau mereka jadi korban karena ketemunya malem. Baru ketemu bener Sabtu sama Minggu dengan rasa bersalah apapun dituruti."
Lantas, Sudjiwo kembali membandingkan pendidikan orang tua kepada anak di zaman dulu dengan sekarang.
"Zaman saya sama Pak Karni jangan minta, di-gaplok (dipukul -red) bener wong tiap hari ketemu," ujar Sudjiwo.
"Jam 2 bapak saya sudah di rumah, gampar saya enggak apa-apa dengan kasih sayang."
(TribunWow.com/Jayanti Tri Utami)