Terkini Daerah
Curhat di ILC, Ibu Bocah yang Dibunuh Remaja di Jakarta: Dalam Hati Saya, Anak Saya Masih Hidup
Ratna, ibu bocah korban pembunuhan di Sawah Besar, Jakarta Pusat, mengungkapkan isi hatinya saat menghadiri acara Indonesia Lawyers Club (ILC).
Penulis: Jayanti tri utami
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
TRIBUNWOW.COM - Ratna, ibu bocah korban pembunuhan di Sawah Besar, Jakarta Pusat, mengungkapkan isi hatinya saat menghadiri acara Indonesia Lawyers Club (ILC), Selasa (10/3/2020).
Dilansir TribunWow.com, Ratna pun mengungkapkan kronologi penemuan jenazah putrinya yang baru berusia enam tahun itu.
Hingga jenazah putrinya ditemukan, Ratna mengaku tak menyangka jika remaja berusia 15 tahun, NF yang menghabisi nyawa korban.

• Sudjiwo Tedjo Malah Salahkan Pendidikan dan Tata Kota soal ABG Bunuh Bocah: Yang Kotor Pikiran Kita
• Di ILC, Tetangga ABG Pembunuh Bocah di Jakpus Soroti Pesan Mau Siksa Baby: Yang Punya Saya Doang
Sebelum ditemukan tewas, korban disebutnya sempat menghilang selama satu hari.
Meskipun melihat sandal korban di rumah pelaku, Ratna mengaku sama sekali tak menaruh curiga.
"Memang sandal ada, anak saya memang gitu kadang suka ninggalin sendal di situ (rumah pelaku) nanti dia (korban) ambil sandal lagi di rumah," ucap Ratna.
"Pikiran saya begitu, biasa aja gitu jadi saya enggak punya pikiran negatif apa gimana sama rumah (pelaku) itu."
Ratna bahkan sempat berpikir korban bermain ke suatu tempat hingga semalaman tak pulang ke rumah.
"Jadi saya pikir ya udah paling dia (korban) main apa ke mana gitu," kata Ratna.
Pada kesempatan itu, Ratna menyatakan bahwa dirinya belum mengetahui keberadaan korban meskipun aparat kepolisian berdatangan ke rumah pelaku.
• Johnny G Plate Tanggapi ABG Bunuh Bocah di Jakpus: Ada Hal Luar Biasa Terjadi di Generasi Masa Depan
Diketahui, pelaku NF melaporkan sendiri tindakan pembunuhan yang dilakukan ke pihak kepolisian.
"Belum sama sekali, saya enggak tahu kalau anak saya ada di situ," jelas Ratna.
"Setelah datang polisi di situ terus ada satu orang ngomong 'Di lantai dua'."
Lebih lanjut, Ratna menceritakan kala itu dirinya sempat emosi ketika pertanyaannya tak digubris oleh para tetangga.
"Saya nanya 'Di lantai dua itu ada apa?' Tapi orang itu enggak ngasih tahu," ucap Ratna.
"Jadi saya kesel langsung blank karena ada yang bilang mati atau apa pada saat itu."
Ratna mengakui, selama ini korban memang sering datang di lokasi kejadian untuk bermain dengan adik tiri pelaku.
"Pikiran saya enggak tahu langsung gimana," kata Ratna.
"Main dengan adik tirinya pelaku yang seusia dengan anak saya."
Setelah mengatahui putrinya ditemukan tewas di rumah pelaku, Ratna mengaku langsung syok dan tak bisa berpikir apapun.
"Saya enggak tahu juga karena saya sudah blank pada jam 10 itu," ujarnya.
"Karena ada yang bilang anaknya begini, anaknya begini, udah ramai semua di rumah saya, saya enggak bisa berpikir apa-apa lagi."
Bahkan, Ratna sempat meyakini sang putri masih hidup meskipun jenazahnya sudah ditemukan di dalam lemari milik pelaku.
"Cuma dalam hati saya, anak saya masih hidup pada saat itu," kata Ratna.
"Anak saya benar-benar masih hidup pada saat itu, saya berpikirnya begitu."
• Ngaku Cari Kesenangan, 6 ABG Lempari Mobil dengan Batu Malam-malam, Ini Penjelasan Polisi
Simak video berikut ini menit ke-4.14:
Sudjiwo Tedjo Salahkan Pendidikan dan Tata Kota
Pada kesempatan itu, Budayawan Sudjiwo Tedjo angkat bicara soal kasus pembunuhan bocah enam tahun oleh remaja 15 tahun di Sawah Besar, Jakarta Pusat.
Dilansir TribunWow.com, terkait hal itu Sudjiwo Tedjo justru menyalahkan sistem pendidikan hingga tata kota di Indonesia.
Sudjiwo Tedjo menyebut kesibukan orang tua menjadi satu di antara penyebab anak menjadi korban kekerasan.
Tak hanya itu, sistem pendidikan di Indonesia menurutnya tak memberikan pengetahuan pada anak soal seks.
"Dan soal seks, kalau menurut saya yang salah pendidikan kita terlalu muna," ujar Sudjiwo Tedjo.
Terkait hal itu, ia lantas membandingkan sistem pendidikan dulu dengan sekarang.
• Pakar Psikologi Forensik Tanggapi Pembunuhan ABG 15 Tahun: Kecerdasan Lebih Tinggi dari Orang Banyak
"Dari zaman dulu itu anak laki-laki dipanggil p*en*s, kalau wanita dipanggil b*w*k, b*w*k itu vagina," sambung Sudjiwo.
Menurut Sudjiwo, pendidikan seks sejak dini justru akan membuat anak tidak 'berpikiran kotor'.
"Sehingga dari kecil dia perkenalkan bahwa seks itu enggak kotor," ujar Sudjiwo.
"Yang kotor itu pikiran kita."
Tak hanya menyalahkan pendidikan, Sujidowo Tedjo turut menyoroti soal sistem tata kota di Indonesia.
Menurut dia, sistem tata kota di Indonesia tak memungkinkan orang tua untuk memantau perkembangan anak.
Hal itu disebabkan karena lokasi kerja yang jauh dari rumah.
"Dan seluruh ahli tata kota ikut diskusi malam ini, diajak lain kali," terang Sudjiwo.
"Bikin tata kota itu yang bener, yang rumah antara pekerja dan tempat kerja enggak jauh sehingga orang tuanya cepat pulang."
Sudjiwo menambahkan, sistem tata kota di Indonesia menyebabkan para orang tua jarang bertemu buah hati.
• Psikolog Soroti Catatan I Will Always Love You ABG Pembunuh Bocah di Jakpus: Bentuk Proyeksi
Hal itu lah yang menurutnya menyebabkan banyak anak di Indonesia menjadi korban kekerasan hingga pembunuhan.
"Sekarang jam empat pagi mereka berangkat ke kantor, suap-suapan di mobil suami istri, jam 10 baru sampai rumah. Ini tata kota macam apa?," tanya Sudjiwo.
"Saya setuju kalau mereka jadi korban karena ketemunya malem. Baru ketemu bener Sabtu sama Minggu dengan rasa bersalah apapun dituruti."
Lantas, Sudjiwo kembali membandingkan pendidikan orang tua kepada anak di zaman dulu dengan sekarang.
"Zaman saya sama Pak Karni jangan minta, di-gaplok (dipukul -red) bener wong tiap hari ketemu," ujar Sudjiwo.
"Jam 2 bapak saya sudah di rumah, gampar saya enggak apa-apa dengan kasih sayang."
(TribunWow.com/Jayanti Tri Utami)