Breaking News:

Terkini Daerah

Bahas Kasus Pembunuh Bocah, Sudjiwo Tedjo Berkelakar Singgung John Lennon: Karni Ilyas yang Ditembak

Budayawan Sudjiwo Tedjo turut menjadi narasumber di acara Indonesia Lawyers Club (ILC) Ia menyinggung menyinggung soal pembunuhan John Lennon.

Penulis: Mariah Gipty
Editor: Atri Wahyu Mukti
channel YouTube Indonesia Lawyers Club
Budayawan Sudjiwo Tedjo turut menjadi narasumber di acara Indonesia Lawyers Club (ILC) pada Selasa (11/3/2020). 

TRIBUNWOW.COM - Budayawan Sudjiwo Tedjo turut menjadi narasumber di acara Indonesia Lawyers Club (ILC) pada Selasa (11/3/2020).

Pada ILC malam itu, acara yang biasa dipandu Karni Ilyas tersebut membahas soal kasus pembunuhan yang dilakukan remaja 15 tahun, NF pada bocah 5 tahun pada bocah berinisial APA di Sawah Besar, Jakarta Pusat.

Terkait pembunuhan tersebut, Sudjiwo Tedjo sempat menyinggung soal pembunuhan pada penyanyi legendaris asal Inggris, John Lennon.

Budayawan Sudjiwo Tedjo dalam channel YouTube Indonesia Lawyers Club (ILC), Selasa (10/3/2020).
Budayawan Sudjiwo Tedjo dalam channel YouTube Indonesia Lawyers Club (ILC), Selasa (10/3/2020). (YouTube Indonesia Lawyers Club)

ABG 15 Tahun Tak Menyesal Membunuh karena Film, Sudjiwo Tedjo Singgung soal Delusi

Sebagaimana diketahui, John Lennon dibunuh oleh seorang laki-laki bernama Mark David Chapman pada 8 Desember 1980.

"Tapi soal pembunuhan-pembunuhan ini yang paling menarik bahwa cerita tentang orang yang digerakkan oleh cerita itu macam-macam."

"Siapa pembunuh John Lennon itu? Mark David Chapman Desember 1980. Saya pertama kali kuliah di Bandung," ujar Sudjiwo Tedjo.

John Lennon dibunuh dengan cara ditembak oleh Mark setelah pria itu meminta tanda tangan sang pelantun lagu Imagine.

"Habis minta tanda tangan albumnya di tanda-tangani, dua jam kemudian dia nembak. Empat tembakan dari belakang," lanjut Sudjiwo Tedjo.

Di ILC, Jajang C Noer Buka Suara soal ABG Pembunuh Bocah di Jakpus: Orang Jahat karena Tak Bahagia

Banyak orang menyebut alasan Mark membunuh lantaran tak suka John Lennon yang dinilai sombong dengan kepopulerannya.

"Semua orang terus berspekulasi 'oh karena John Lennon baru mengakui dia lebih ngetop'. Dia enggak suka itu," ungkap Sudjiwo Tedjo.

Meski Mark mengaku juga tak suka dengan pernyataan Lennon tersebut, namun bukan alasan itu ia membunuh.

"Tapi menurut dia hanya karena dia populer John Lennon," ungkap Sudjiwo Tedjo.

Lantas, Budayawan asal Jember tersebut melempar candaanya pada Karni Ilyas hingga membuat hadirin tertawa.

"Makanya kalau waktu itu saya berjalan sama Pak Karni, Pak Karni yang ditempak pasti karena dia lebih populer dari saya," ungkapnya.

Di ILC, Tetangga ABG Pembunuh Bocah di Jakpus Soroti Pesan Mau Siksa Baby: Yang Punya Saya Doang

Lalu, Ia mengatakan bahwa masalah kasus NF memang layak dibahas lantaran menyangkut banyak pihak.

Anak-anak merupakan generasi yang penting pada masa depan.

"Jadi gini lo Pak Karni, maksud saya problem ini menyangkut pemikiran banyak pihak."

"Ini kelihatanya temanya ecek-ecek, tapi di 2045 saat mengalami transisi dunia, anak-anak ini yang jadi pemimpin lo Pak, anak-anak ini dunia yang akan kita pertaruhkan itu maksud saya," ucapnya.

Lihat videonya mulai menit ke-9:50:

 Sudjiwo Tedjo Ungkap Dugaan Mengapa NF Tak Menyesal Membunuh

Sebagaimana diketahui, NF disebut oleh polisi membunuh bocah 5 tahun berinisial APA karena terinspirasi dari film.

Bahkan, NF juga mengaku tidak menyesal dengan apa yang sudah dilakukannya. 

Dilansir TribunWow.com dari channel YouTube Indonesia Lawyers Club pada Rabu (11/3/2020), Sudjiwo Tedjo mulanya menyinggung soal karya sastra dari Spanyol, Don Quixote.

NF (15), pelaku pembunuhan APA (6)
NF (15), pelaku pembunuhan APA (6) (youtube Tribunnews Bogor)

 

 Bahas Kasus NF di ILC, Sudjiwo Tedjo Tunjuk Narasumber Wanita, Karni Ilyas: Kenapa Harus Haniva?

Don Quixote mengisahkan seorang tua yang merasa dirinya masih muda ingin menyelamatkan seorang perempuan dari raksasa.

"Pak Karni inget Don Quixote enggak itu sastra besar Spanyol ya, itu ada Don Quixote diceritakan di situ akan menyelamatkan seorang putri saya lupa namanya De Sine De Tupose dari serangan raksasa."

"Ternyata dalam novel itu, Don Quixote adalah seorang orang tua namanya Alonso, orang dusun yang ingin menyelamatkan De Sine, itu kayak wanita Diana Putri, Dianaya Koes Ploes, Diananya miskin bukan seorang putri," cerita Sudjiwo Tedjo.

Sudjiwo Tedjo menceritakan bahwa Alonso sebenarnya tidak membunuh seorang raksasa melainkan tetangga sebelah desanya.

Namun, Alonso terus merasa bahwa apa yang dibunuh adalah raksasa.

"Pertanyaan putri itu seandainya di dalam kehidupan sehari-hari si Don Quixote yang nama aslinya Alonso seorang tua benar-benar menganggap ada raksasa mau menyerang tetangga sebelah desanya itu, dia membunuh karena delusi," lanjut Sudjiwo Tedjo.

 Di ILC, Haniva Hasna Ungkap Alasan NF Tega Bunuh Bocah dan Tak Menyesal: Mungkin Dia Sedang Narsis

Sudjiwo Tedjo menilai, perasaan tak bersalah Don Quixote membunuh tetangganya itu seperti apa yang dilakukan NF.

Ia mengatakan bahwa baik Don Quixote maupun NF tidak merasa bersalah membunuh karena delusi.

"Yang pertama adalah dia tidak akan menyesal karena itu delusi, enggak aku membunuh dia karena dia mengancam si anak ini, yang mungkin terjadi begitu juga pada si anak yang sedang kita bicarakan."

"Kenapa seolah-olah dia tidak merasa bersalah atau terjadi dia merasa menyesal karena itu delusi," ucap dia.

Lalu, Sudjiwo Tedjo mengatakan bahwa dalam diri manusia itu ada dua macam, diri yang mengalami dan diri yang bercerita.

"Dan ini yang secara kebudayaan oleh karena manusia terdiri dari dua, diri yang mengalami dan diri yang bercerita," ucapnya.

Lantas, Sudjiwo Tedjo menyebutkan contoh dari teori tersebut.

 ILC Bahas ABG Bunuh Bocah di Jakpus, Sudjiwo Tedjo Ungkit Sumanto: Dari Mana Dia Dapat Delusi?

"Kalau menurut diri yang mengalami, perempuan itu kapok melahirkan. Tapi dia harus bercerita ini untuk negara, untuk rumah tangga dia bercerita," ungkap Sudjiwo Tedjo.

"Semua tentara yang diamputasi itu nyesel pak kalau menurut diri yang alami veteran-veteran itu, tapi karena ini demi bangsa dan negara supaya dia enggak nyesel," imbuhnya.

Sehingga, Budayawan asal Jember ini mengatakan bahwa delusi yang diciptakan oleh film bisa menjadi berbahaya jika memang diyakini oleh seseorang.

Hal itu bisa menjadi bahaya jika seseorang mempercayai dirinya merupakan seorang karakter tertentu.

Sehingga, bisa jadi NF tidak meenyesal dengan apa yang dilakukan karena dia sudah merasa bahwa cerita dalam film itu memang kehidupannya.

 Di ILC, Tetangga ABG Pembunuh Bocah di Jakpus Soroti Pesan Mau Siksa Baby: Yang Punya Saya Doang

"Yang paling bahaya dari delusi-delusi yang diciptakan oleh film oleh cerita-cerita yang lain itu kalau dia sudah meyakini itu sebagai kehidupanya."

"Itu kalau Don Quixote tadi si orang tua Alonso tadi betul-betul dalam kehidupan sehari-hari menyangka itu Don Quixote, dia enggak akan tetap merasa bersalah karena dia sudah menginternalisasi dalam dirinya si peran itu, si peran yang dibayangkan di film-film Spiderman sudah ada dalam dirinya," jelasnya. (TribunWow.com/Mariah Gipty)

 

Tags:
Sudjiwo TedjoIndonesia Lawyers Club (ILC)Karni IlyasJohn Lennon
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved