Pemulangan WNI Eks ISIS
Komut BUMN Refly Harun Tertawa Lihat Ngabalin Ngotot Tolak WNI Eks ISIS: Tidak Usah Ada Presiden
Komut BUMN Pelindo I Refly Harun tertawa mendengar Ngabalin menjelaskan upaya WNI eks ISIS dalam menghubungi perwakilan Indonesia di Irak dan Suriah
Penulis: anung aulia malik
Editor: Lailatun Niqmah
Ngabalin segera membalas Refly.
Ia mengatakan memang saat ini para WNI eks ISIS tidak termasuk dalam ranah otoritas pemerintah Indonesia.
"Maka yang memiliki kewenangan, otoritas itu adalah pemerintah Suriah dan Irak," kata Ngabalin.
Refly lanjut mempertanyakan logika Ngabalin terkait ISIS melapor ke KBRI.
"Secara logika kan enggak mungkin, mereka mau perang dengan ISIS lalu melapor ke KBRI, kemudian setelah mereka ditawan mereka melapor, mana bisa?" katanya.
Pernyataan Refly justru menjadi alasan Ngabalin mengapa pemerintah tidak perlu mengurus WNI eks ISIS.
Ia menyoroti aksi WNI eks ISIS yang seenaknya sendiri dan secara sukarela bergabung dengan sebuah kelompok teroris internasional.
"Kenapa kesalahannya harus kepada pemerintah, kenapa kesalahannya harus kepada rakyat dan Negara Republik Indonesia (NKRI), tanggung sendiri ente," tegas Ngabalin.
Masih berbeda pendapat dengan Ngabalin, Refly bersikeras bahwa pemerintah tetap harus bertanggung jawab terhadap para WNI eks ISIS.
"Kalau begitu enggak usah bernegara, tidak usah ada presiden, tidak usah ada negara, karena enggak ada yang melindungi negara," pungkasnya.
• Soal Wacana Pemulangan WNI Eks ISIS, Arteria Dahlan: Kalau Masih WNI, Itu Kewajiban Negara
Korban Serangan Terorisme Enggan Terima WNI Eks ISIS
Pihak keluarga dan korban serangan terorisme memberikan tanggapannya terhadap upaya pemerintah melakukan deradikalisasi terhadap bekas-bekas anggota teroris.
Pendamping korban Bom Samarinda Birgaldo Sinaga tegas mengatakan upaya deradikalisasi adalah upaya yang tidak bisa selalu berhasil, dan tetap teguh terhadap pendiriannya menolak datangnya Warga Negara Indonesia (WNI) eks ISIS kembali ke tanah air.
Dikutip TribunWow.com dari video unggahan kanal YouTube Kompastv, Sabtu (8/2/2020), ketidakpercayaan Birgaldo didasari oleh banyaknya kasus-kasus mantan teroris dari luar Indonesia yang kembali ke tanah air namun tetap melakukan aksi terorisme.
"Saya tidak percaya itu," katanya.

Ia mencontohkan kasus bom Bali, kemudian kasus bom terhadap 3 gereja di Surabaya pada 12 Mei 2019 yang dilakukan oleh bekas anggota ISIS.