Breaking News:

Virus Corona

WNI Pengungsi di Natuna Ceritakan Kondisi Tempat Karantina: Baraknya Rasa Hotel

Warga Negara Indonesia (WNI) yang dievakuasi dari Wuhan saat ini masih dikarantina di Natuna.

Penulis: Tiffany Marantika Dewi
Editor: Claudia Noventa
KOMPAS.COM/HADI MAULANA
Mako Lanal Natuna lokasi yang digunakan WNI dievakuasi di Natuna 

Dikutip TribunWow.com dari Tribunnews, penelitian terbaru dari para ahli menyebutkan, Virus yang disinyalir muncul pertama kali di Wuhan, China tersebut, akan hilang pada Mei 2020.

"Kasus-kasus infeksi virus corona mungkin turun tajam pada bulan Mei 2020, ketika suhu di China memanas," kata Dr Jyoti Somani dan Profesor Paul Tambyah, dilansir dari CNA, Kamis (6/2/2020).

Dalam penjelasannya menyebutkan bahwa pola musiman pneumonia Virus Corona baru mungkin mirip dengan infeksi influenza dan SARS.

Dengan demikian kasus-kasus dapat turun tajam pada bulan Mei, ketika suhu di China memanas, sehingga dapat dikatakan penyebarannya tergantung dengan iklim.

Pengamat Intelejen Soleman Ponto Ungkap Bahaya Jika Eks ISIS Pulang: Kalau Virus Corona Bisa Dicek

Di negara-negara dengan iklim sedang seperti China dan Amerika Serikat, musim flu biasanya dimulai pada bulan Desember dengan puncaknya pada bulan Januari atau Februari, setelah itu kasus berkurang.

SARS menghilang di musim panas utara tahun 2003 dan tidak muncul lagi secara signifikan sejak itu.

Faktor manusia juga dapat berkontribusi terhadap penyebaran influenza selama musim dingin karena lebih banyak waktu dapat dihabiskan di dalam ruangan, mungkin dalam hubungan yang lebih dekat dengan orang lain.

Studi yang dilakukan bertahun-tahun lalu menunjukkan bahwa virus corona "biasa" (yang merupakan salah satu penyebab flu biasa) dapat bertahan di permukaan 30 kali lebih lama di tempat-tempat dengan suhu 6 derajat Celcius.

Namun tak bertahan lama jika berada di tempat-tempat yang suhunya 20 derajat Celcius dan tingkat kelembaban tinggi.

VIDEO Rekaman Tersembunyi RS di Wuhan, Perekam Saksikan Mayat karena Virus Corona sebelum Ditangkap

Baru-baru ini, para ilmuwan dari Universitas Hong Kong (HKU) termasuk Profesor Malik Peiris dan Profesor Seto Wing Hong menunjukkan bahwa suhu rendah dan kelembaban relatif yang rendah memungkinkan virus SARS bertahan lebih lama daripada suhu dan kelembaban tinggi.

Tim HKU berpendapat bahwa ini mungkin alasan mengapa negara-negara Asia Tenggara yang hangat dan lembab tidak memiliki wabah SARS, tidak seperti Hong Kong dan Singapura.

Jadi, seperti halnya dengan influenza, 2019-nCoV dapat melambat ketika matahari mulai bersinar lebih banyak dan cuaca menghangat di negara-negara beriklim sedang dan subtropis.

(TribunWow.com/ Tiffany Marantika)

Sumber: TribunWow.com
Tags:
Pangeran CharlesCamilla Parker BowlesKerajaan Inggris
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved