Breaking News:

Tips Kesehatan

Dokter Spesialis Paru Jelaskan Virus Corona: Sudah Teridentifikasi dan Makin Banyak Orang Terinfeksi

Dokter Spesialis Paru-paru RS Persahabatan Jakarta, Erlina Burhan, menjelaskan virus corona tidak sefatal virus SARS.

Penulis: Brigitta Winasis
Editor: Claudia Noventa
Capture Youtube KompasTV
Dokter Spesialis Paru, Erlina Burhan, menjelaskan virus corona, dalam tayangan KompasTV, Kamis (23/1/2020). 

TRIBUNWOW.COM - Novel coronavirus (virus corona jenis baru) yang muncul dari Wuhan, China, diketahui menyerang organ pernapasan manusia.

Meskipun demikian, menurut Dokter Spesialis Paru-paru RS Persahabatan Jakarta, Erlina Burhan, virus tersebut tidak sefatal virus SARS.

Diketahui, Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) yang juga menjangkit organ pernapasan sempat mewabah pada tahun 2003.

Tak Khawatir Potensi Terkena Penyebaran Coronavirus, Pemprov Bali Enggan Batasi Wisatawan China

Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Wiendra Waworuntu, awalnya menjelaskan virus corona.

Menurut Wiendra, virus corona serupa dengan MERS (Middle East Respiratory Syndrome) yang beredar di Timur Tengah dan SARS yang beredar di China.

"Jadi, coronavirus sejenis itu. Satu famili," kata Wiendra Waworuntu dalam tayangan Sapa Indonesia Malam di KompasTV, Kamis (23/1/2020).

Wiendra Waworuntu menjelaskan virus corona adalah virus jenis baru.

"Jadi dia tidak pernah ada, kemudian ada," kata Wiendra.

"Jadi karena dia baru, tidak pernah ada, maka dia disebut (virus) baru. Novel coronavirus 2019 bahkan," jelasnya.

Awalnya, virus ini disebut sebagai pneumonia Wuhan karena belum diidentifikasi jenisnya.

Menurut Dokter Erlina Burhan, terjadi mutasi genetik dari virus yang tadinya hanya ada di hewan tersebut.

"Terjadi mutasi genetik dari suatu virus yang tadinya hidup di hewan lalu menular bisa hidup di manusia," kata Erlina dalam tayangan yang sama.

"Untuk (virus) dari hewan bisa hidup di manusia harus ada penyesuaian dan itu biasanya mutasi," lanjutnya.

Bandara SMB II Palembang Siagakan Thermal Scanner untuk Cegah Virus Corona Masuk ke Indonesia

Erlina menjelaskan tingkat mutasi pada virus corona berbeda dengan yang ada di virus MERS atau SARS.

"Tentu saja karena sesuatu yang baru, data terus dicari, terus diteliti, supaya kita lebih tahu lagi ini apa," jelas Erlina.

"Kalau kita tahu tentu saja kemudian akan ada cara mengatasinya. Untuk tahu cara penanggulangannya mesti kita kenal dulu dengan teliti ini jenisnya apa," tambahnya.

Meskipun tergolong baru, Erlina menyebutkan ada hal baik dan buruk dalam penyebaran virus ini.

"Ada berita buruk makin banyak orang terinfeksi dan kemudian ada peningkatan kematian," kata Erlina.

"Berita baiknya adalah satu, virusnya bisa teridentifikasi, kita tahu jenis virusnya," jelasnya.

Ia menegaskan tingkat kematian yang disebabkan virus corona tidak seberat yang terjadi pada wabah SARS.

"Kedua, bahwa fatality-nya tidak seberat seperti SARS. Waktu (wabah) SARS, kematiannya tinggi sekali," katanya.

Senada dengan Erlina, Wiendra membandingkan tingkat kematian yang disebabkan kedua virus tersebut.

"Dibandingkan dengan SARS, kematian yang sekarang itu lebih rendah. Karena 17 meninggal, kalau yang terinfeksi 400 bahkan tadi sudah 500-an, ya," kata Wiendra.

"Jadi artinya, angka kematiannya dibandingkan SARS dulu begitu tinggi," lanjutnya.

Meskipun demikian, Wiendra menegaskan masyarakat dan otoritas kesehatan harus tetap waspada terhadap penyebaran virus corona.

Lihat videonya mulai menit ke-9.00

Menteri Kesehatan Minta Warga Waspadai Virus Corona yang Mematikan dari China

Kemenkes Imbau Masyarakat Waspada

Dikutip dari Kompas.com, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menyebutkan sejauh ini belum ada vaksin yang dapat mencegah coronavirus.

Diketahui virus yang berasal dari Wuhan, China tersebut menyebabkan pneumonia berat.

Menurut Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, Anung Sugihantoro, selama ini ada tiga vaksin pneumonia yang ada di Indonesia.

Ketiga vaksin tersebut adalah Vaksin Pneumokokus (PCV) 10 dengan merek dagang Synflorix, PCV 10 (merek dagang Pneumosil), dan PCV 13 (merek dagang Prevnar).

Meskipun demikian, hanya vaksin PCV Synflorix dan PCV 13 Prevnar yang memiliki izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Ketiga vaksin tersebut juga belum dapat mencegah penyakit yang disebabkan coronavirus jenis baru itu.

"Karena teman-teman sebagian sudah menanyakan ke saya. Pak, 'kan sudah ada vaksin, boleh tidak kita vaksin dulu? Tapi vaksinnya itu tidak cocok, jadi stereotype tidak cocok dengan novel coronavirus (nCoV). Saya menuliskan tidak untuk mencegah novel coronavirus," kata Anung Sugihantoro, Senin (20/1/2020).

Karena belum ada pencegahnya, Anung mengimbau agar masyarakat selalu waspada saat bepergian ke China meskipun sudah mendapat vaksin PCV di Indonesia.

Selain itu, ia juga meminta agar masyarakt memperhatikan pengumuman otoritas kesehatan setempat tentang tempat-tempat yang berpotensi menyebarkan virus, seperti pasar hewan.

Menurut Anung, Kemenkes akan melakukan simulasi kesiapan antarsektor untuk mengantisipasi apabila coronavirus masuk ke wilayah Indonesia.

(TribunWow.com/Brigitta Winasis)

 
Sumber: TribunWow.com
Tags:
Tips KesehatanVirus CoronaParu-paruSevere Acute Respiratory Syndrome (SARS)MERS (Middle East Respiratory Syndrome)
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved