Viral Keraton Agung Sejagat
Sosiolog Ungkap Alasan Ratusan Orang Tertipu oleh Keraton Agung Sejagat: Ada Kekhawatiran, Kecemasan
Sosiolog UGM sebut faktor pendorong orang-orang memilih bergabung dengan Keraton Agung Sejagat yang tidak memiliki asal usul yang jelas
Penulis: anung aulia malik
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TRIBUNWOW.COM - Sosiolog UGM Bayu Yulianto memaparkan analisanya mengapa ada orang yang tertarik menjadi pengikut dari Keraton Agung Sejagat (KAS) buatan Totok Santosa Hadiningrat dan Fanni Aminadia.
Bayu menyebut ada dua hal yang mendorong seseorang bergabung dengan KAS, yakni dorongan ekonomi dan harapan.
Dikutip TribunWow.com, mulanya Bayu menjelaskan kejadian seperti KAS tidak hanya terjadi di lingkup adat.
• Dapat Pengakuan Janggal dari Raja Keraton Agung Sejagat, Polda Jateng Berencana Periksa Wartawan
Kejadian serupa juga terjadi di komunitas-komunitas yang berbasis agama dan ekonomi.
"Pertanyaannya adalah kenapa masih ada orang yang mau ikut di situ," kata Bayu di kanal YouTube 'APA KABAR INDONESIA PAGI' Talk Show tvOne, Jumat (17/1/2020).
"Baik yang pengkultusan basisnya agama, adat, dan segala macam, termasuk komersialisasi, untung cepat, investasi bodong," tambahnya.
Alasan pertama, Bayu menjelaskan para pengikut KAS memilih untuk bergabung karena adanya jaminan kondisi ekonomi mereka akan membaik.
"Saya kira memang yang pertama kalau penjelasan dari sisi ekonomi, ini fenomena yang sifatnya umum bahwa ada kekhawatiran, kecemasan yang sifatnya meluas di kalangan masyarakat," papar Bayu.
"Kerentanan ekonomi dan segala macam, itu memunculkan kemungkinan mereka untuk bias terlibat atau mau terlibat di situ."
"Buat orang-orang seperti kita, mungkin itu enggak masuk akal, atau enggak rasional."
Menurut Bayu motif ekonomi mayoritas terjadi di tatanan masyarakat yang hidup dengan kondisi ekonomi yang cenderung rendah.
"Tapi bagi mereka yang hidup di dalam suatu situasi ketidakpastian, kerentanan sosial, tidak ada tambatan struktural dalam konteks institusi misalnya, itu menjadi menarik buat mereka," kata Bayu.
Bayu juga mengatakan komunitas seperti KAS memiliki keahlian tersendiri dalam merayu dan membujuk orang-orang untuk ikut dengan memberikan rasa nyaman.
"Apalagi biasanya, komunitas-komunitas seperti ini pandai memperlakukan secara psikologis para pengikut-pengikut barunya, dibuat nyaman, dimanusiakan, sampai mereka betul-betul merasa nyaman dan betul-betul merasa dihargai dalam komunitas itu," jelasnya.
Keraton Agung Sejagat Tawarkan Harapan
Alasan yang lain menurut Bayu adalah adanya harapan yang ditawarkan.
Motif kedua tersebut, dijelaskan Bayu terjadi di kalangan orang-orang yang hidup berkecukupan.
Orang-orang tesebut memilih untuk ikut komunitas seperti KAS karena adanya hal yang dijanjikan oleh kerajaan fiksi tersebut.
"Tapi ada juga orang-orang yang punya modal, punya sawah banyak sampai dia rela jual untuk masuk ke situ," ujar Bayu.
"Artinya itu bukan semata-mata karena dia miskin atau rentan tapi ada janji, ada harapan yang dibangun, ini investasi yang menjanjikan, ini nanti akan menghasilkan keuntungan dan segala macam," imbuhnya.
Meskipun banyak ditemukan komunitas yang cenderung sesat, Bayu mengatakan ada juga komunitas-komunitas yang memberikan dampak positif terhadap kehidupan masyarakat.
"Ada juga komunitas-komunitas serupa yang memang orientasinya membawa kedamaian psikologis, kedamaian jiwa, ini dibutuhkan oleh banyak orang," tandasnya.
Sebelumnya diberitakan, sempat viral munculnya Keraton Agung Sejagat yang dipimpin oleh Raja Totok Santosa Hadiningrat dan Ratu Fanni Aminadia.
Kerajaan fiksi tersebut berlokasi di Desa Pogung Jurutengah, Bayan, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
Kini kedua penguasa KAS, Totok dan Fanni telah ditangkap oleh Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Jawa Tengah pada Selasa (14/1/2020).
Kemudian keduanya ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan oleh pihak berwajib atas kasus Keraton Agung Sejagat.
Mereka dikenakan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 1 tentang 1946 tentang menyiarkan kabar bohong dengan sengaja menerbitkan keonaran dan Pasal 378 KUHP tentang penipuan.
Keduanya terancam hukuman penjara selama 10 tahun.
• Ratu Keraton Agung Sejagat Akui Masih Dapat Wangsit, Kapolda Jateng: Akan Periksa Sisi Psikologisnya
Lihat videonya di bawah ini mulai menit ke-1.00:
Kisah Buruh Tani Keluarkan Rp 2 Juta Demi Keraton Agung Sejagat
Seorang buruh tani asal Dusun Conegaran, Desa Triharjo, Kapanewon Wates, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Kasnan (40) menceritakan pengalamannya menjadi pengikut Keraton Agung Sejagat (KAS) pimpinan Raja Totok Santosa Hadiningrat dan Ratu Fanni Aminadia.
Kasnan mengakui dirinya harus bersembunyi-sembunyi demi mengikuti kegiatan KAS yang berlokasi di Purworejo tersebut.
Dikutip TribunWow.com dari Kompas.com, Sabtu (18/1/2020), Kasnan mulanya mengakui dirinya telah mengeluarkan uang sebesar Rp 2 juta untuk membeli seragam pengikut KAS sekaligus sebagai syarat pendaftaran menjadi anggota KAS.

• Ratu Keraton Agung Sejagat Akui Masih Dapat Wangsit, Kapolda Jateng: Akan Periksa Sisi Psikologisnya
Selama mengikuti kegiatan tersebut, Kasnan mengakui melakukannya secara diam-diam tanpa diketahui warga sekitar rumahnya, bahkan tak diketahui oleh istrinya sendiri.
"Istri belum tahu waktu itu. Saya dapat pakaian Kamis, saya pakai di sana (sebelum kirab). Kalau saya pakai sejak dari sini (Conegaran), bisa heboh kampung," kata Kasnan kepada Kompas.com, Jumat (17/1/2020).
Saat mengikuti kirab KAS, Kasnan bertugas mengangkat sebuah panji yang berisi tulisan aksara Jawa.
Kasnan sendiri mengakui tidak mengerti apa arti dari tulisan tersebut.
Ketika mengikuti kirab, Kasnan mengakui merasa sakit dan lelah.
"Saya jalan 3 kilometer sambil bawa bendera. Itu jauh sekali. Katanya 1 kilo saja, ternyata jauh. Kaki saya mudah sakit kalau jalan jauh. Waktu itu rasanya ingin lepas saja dari barisan. Habis jalan, saya langsung tidur di mobil," kata Kasnan.
Tidak hanya mengikuti kirab, Kasnan juga mengikuti berbagai acara lain yang diadakan oleh KAS.
Ia mengakui dirinya bukan orang yang gampang terbujuk dengan komunitas-komunitas yang tak jelas asal usulnya.
Namun ketika kerajaan fiksi tersebut mengadakan acara kemanusiaan, Kasnan semakin yakin untuk bergabung dengan KAS.
Kini seusai Kasnan mengetahui Raja dan Ratu panutannya hanya seorang penipu, ia tak ingin mengambil pusing soal uang, waktu dan tenaga yang telah ia keluarkan.
Kasnan memilih untuk melupakan pengalamannya menjadi pengikut KAS.
"Saya sudah putuskan semalam untuk melupakan," kata Kasnan.
"Ini jadi ujian bagi keluarga kami. Saya menerima semua masukan dari istri dan anak-anak. Kalau keluarga tidak ada yang piye piye (mempermasalahkan -red), (hati) saya jadi tenang. Kalau keruh ya malah tidak enak," tambahnya.
Dirinya juga mengatakan tidak terpancing emosi dan menyerang Totok serta Fanni.
"Saya memilih diam saja. Kalaupun ada yang mem-bully, saya juga tetap diam saja. Mem-bully berarti perhatian. Saya tidak benci. Biarlah. Saya ini orang santai. Saya berdoa saja," kata Kasnan.
Sebelumnya diberitakan, Totok dan Fanni telah ditangkap oleh Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Jawa Tengah pada Selasa (14/1/2020).
Kemudian keduanya ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan oleh pihak berwajib atas kasus Keraton Agung Sejagat.
Mereka dikenakan Pasal 14 Undang-Undang Nomor 1 tentang 1946 tentang menyiarkan kabar bohong dengan sengaja menerbitkan keonaran dan Pasal 378 KUHP tentang penipuan.
Keduanya terancam hukuman penjara selama 10 tahun.
• Raja Keraton Agung Sejagat Totok Santoso, Simpan Kendi Berisi Janin di Rumah Kontrakan
(TribunWow.com/Anung Malik)