Konflik RI dan China di Natuna
Tak Hanya China, Nelayan Natuna juga Tolak Nelayan Pantura: Seharusnya Mereka Tidak Disebut Nelayan
Ketua Aliansi Nelayan Natuna menjelaskan alasannya menolak adanya nelayan Pantura di Natuna
Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
"Dan terakhir hari ini saya mendengar inventarisasi yang dilakukan di kantor saya sudah ada 470 kapal siap berangkat ke sana," imbuhnya.
• Nelayan Pantura Cerita Bentrok Fisik dengan Kapal Asing di Natuna, Lempar Botol hingga Bakar-bakaran
Lihat videonya mulai menit ke-3.44:
Indonesia Buka Peluang Investasi di Natuna
Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko, mengatakan Indonesia terbuka soal peluang kerja sama di Natuna.
Ia mengatakan Indonesia tidak tertutup dalam peluang kerja sama di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) perairan Natuna, Kepulauan Riau.
Dikutip TribunWow.com dari Kompas.com, Jumat (10/1/2020), Moeldoko mengatakan kerja sama tersebut dapat dilakukan dengan negara mana pun, tidak hanya dengan China.
"Bukan hanya dengan China, dengan siapapun," kata Moeldoko di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (10/2/2020).

• Ketatkan Patroli di Natuna, TNI Pastikan Kapal China Sudah Keluar dari ZEE Indonesia
Ia kemudian memberikan contoh kerja sama Indonesia bersama Exxon Mobile di Natuna.
Indonesia bekerja sama dengan perusahaan minyak asal amerika tersebut untuk mengelola sumber minyak yang banyak terdapat di daerah tersebut.
"Jadi semua negara bisa mengelola, hak berdaulat bisa dikerjasamakan," tambah Moeldoko.
Moeldoko mengatakan soal kerja sama, sudah tertuang dalam aturan United Nations Convention on The Law of The Sea (UNCLOS) 1982.
"Ada salah satu ayatnya, pasalnya, mengatakan bisa saja di ZEE itu bisa kerja sama. Kerja sama bisa, yang penting ada ikatan kerja sama," katanya.
Meskipun Indonesia sudah menyatakan siap terbuka untuk tawaran kerja sama, Moeldoko menyebut hingga kini belum ada langkah dari pemerintah China untuk mengajukan kerja sama di Natuna.
Sebelumnya diberitakan, hubungan antara Indonesia dan China sempat tegang karena masuknya kapal nelayan dan penjaga pantai asal China secara ilegal ke ZEE Perairan Natuna.
Direktur Operasi Laut Bakamla (Badan Keamanan Laut) Republik Indonesia, Laksma Nursyawal Embun mengatakan kapal-kapal asal China tersebut telah terpantau berada di perairan Natuna sejak Selasa (10/12/2019).
Langkah China telah terbukti melanggar aturan yang teradapat dalam UNCLOS 1982.
• Reaksi Prabowo setelah Disebut Lembek soal Natuna: Enggak Apa-apa
(TribunWow.com/Anung Malik/Mariah Gipty)