Iran Vs Amerika Serikat
Rencana Habisi Soleimani Ada sejak Juni 2019, Donald Trump Sempat Tolak untuk Bunuh sang Jenderal
Presiden AS dilaporkan sudah mengizinkan pembunuhan terhadap jenderal Iran, Qasem Soleimani, sejak tujuh bulan lalu.
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
Saat itu, presiden 73 tahun itu tersebut mendapat data intelijen bahwa Soleimani merupakan "ancaman paling serius yang masih belum berbuah".
Masih pada 2017, Penasihat Keamanan Nasional saat itu, HR McMaster, sudah mendiskusikan rencana untuk membunuh Soleimani.
"Namun, saat itu cara tersebut tak dipandang sebagai langkah utama yang harus segera dilakukan," beber si sumber.
Ide menyerang komandan Pasukan Quds itu makin serius digodok setelah McMaster digantikan oleh Bolton, yang dikenal sangat keras terhadap Teheran.
Sejak Oktober 2019, Iran sudah meluncurkan puluhan roket ke aset militer Negeri "Uncle Sam" yang berlokasi di Irak.
• Warga Iran Terbelah 2 karena Kasus Pesawat Ukraina, Pengamat Timur Tengah Singgung soal Revolusi
Pentagon menyalahkan Khataib Hezbollah, bagian dari milisi Pasukan Mobilisasi Populer (PMF), yang disokong Teheran.
Serangan terhadap pangkalan AS semakin menjadi dengan puncaknya pada 27 Desember, kontraktor sipil tewas dan empat tentara terluka.
Pentagon merespons dengan menggelar serangan udara terhadap lima lokasi Khataib Hezbollah di Irak dan Suriah, menewaskan 25 kombatannya.
Serangan itu dibalas dengan aksi demonstrasi yang dilakukan pendukung Khataib, bahkan hingga di depan Kedutaan AS di Baghdad.
Setelah Soleimani tewas diserang AS, Teheran membalas dengan membombardir Pangkalan Ain al-Assad dan Irbil dengan rudal.
(Kompas.com/Ardi Priyatno Utomo)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Trump Izinkan AS Bunuh Jenderal Iran sejak 7 Bulan Lalu"