Iran Vs Amerika Serikat
UPDATE Ketegangan Iran-AS, Donald Trump Mundur dari Peluang Perang, Tak Kirim Serangan Balasan
Presiden AS Donald Trump menarik diri dari peluang perang dengan Iran, setelah markas pasukannya diserang rudal.
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Presiden AS Donald Trump menarik diri dari peluang perang dengan Iran, setelah markas pasukannya diserang rudal.
Pada Rabu dini hari waktu Irak, Teheran membombardir Pangkalan Udara Ain al-Assad dan Irbil, markas bagi koalisi internasional.
Garda Revolusi Iran menyatakan, mereka menghantam markas itu setelah AS membunuh jenderal top mereka, Qasem Soleimani.
• Geram Daerahnya Jadi Medan Perang, Irak Tuduh Serangan Misil Iran sebagai Pelanggaran Kedaulatan
Dalam konferensi pers sore waktu setempat, Presiden Trump mundur dari kemungkinan terjadinya perang dengan tak mengumumkan operasi balasan.
Presiden 73 tahun itu mengatakan, tidak ada pasukan AS yang terluka akibat hantaman rudal balistik di Ain al-Assad dan Irbil.
"Iran nampaknya memilih untuk mundur, di mana hal itu bagus bagi semua pihak," katanya seperti dilansir AFP dan BBC.
Dia kemudian menambahkan, konfrontasi kedua belah pihak bisa dicegah dengan kekuatan ekonomi dan militer yang dipunyai AS.
"Fakta bahwa kami mempunyai peralatan militer yang mumpuni, bukan berarti kami harus menggunakannya," ujar Trump.
Dia menjelaskan bakal segera memberi sanksi tambahan di sektor ekonomi dan finansial, hingga rezim Teheran "mengubah perilakunya".
Dia juga meminta aliansi Atlantik Utara (NATO) untuk lebih aktif berpartisipasi dalam mengawasi proses di Timur Tengah.
Presiden dari Partai Republik itu kemudian mengakhiri konferensi pers dengan menyatakan, dia ingin masa depan yang baik rakyat Iran.
"Amerika Serikat siap untuk mengumandangkan perdamaian dengan semua pihak yang menginginkannya," jelas Trump dikutip CBS News.
Sebelumnya, Divisi Dirgantara Garda Revolusi Iran menamai operasi itu "Martir Soleimani", sesuai dengan Qasem Soleimani.
Komandan Pasukan Quds itu tewas bersama dengan wakil pemimpin jaringan milisi pro-Teheran Hashed al-Shaabi, Abu Mahdi al-Muhandis.
Keduanya terbunuh pada 3 Januari setelah mobil yang mereka tumpangi dihantam rudal oleh drone AS di Baghdad, Irak.
• Harga Minyak Dunia Naik Pasca-Serangan Iran ke AS, Luhut Pandjaitan: Jangan Terlalu Heboh
Pentagon menyatakan, mereka harus melenyapkan jenderal 62 tahun itu.
Sebab, dia dianggap aktif merencanakan serangan terhadap kepentingan AS di Timur Tengah.
Para pakar mengutarakan, keputusan Teheran mengklaim secara langsung serangan di markas pasukan AS adalah hal baru.
Sebab sebelumnya, mereka dianggap menyamarkan operasi militer menggunakan kelompok milisi yang mendapat sokongan dari mereka.
Reaksi Para Pemimpin Eropa
Para pemimpin Eropa merasa lega setelah Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengindahkan permintaan publik dunia untuk tidak meneruskan konfliknya dengan Iran.
Trump juga diketahui menyatakan untuk tidak menanggapi serangan rudal Iran terhadap dua pangkalan udara AS di Irak secara militer.
Dikutip dari TheGuardian.com, Rabu (9/1/2020) waktu Amerika Serikat, para pemimpin Eropa mendesak agar jeda untuk memungkinkan de-eskalasi antara AS dan Iran bisa kembali dimulai melalui sebuah dialog atau pembicaraan.
Seruan untuk perdamaian antara kedua belah pihak juga dibantu dengan tidak adanya korban Amerika.
Baik karena nasib baik ataupun keputusan yang disengaja oleh militer Iran, untuk tidak mengarahkan ke-22 rudalnya ke area vital yang ada di pangkalan udara Irbil dan Al Asad, di mana pasukan AS lebih rentan terdampak.
Presiden Prancis, Emmanuel Macron, menilai momen ini merupakan saat yang tepat untuk memulai upaya mediasi lebih lanjut bagi AS-Iran.
Dia sebelumnya menekan Trump untuk mencabut sanksi sementara untuk membuka jalan menuju perundingan.
Tetapi sikap presiden AS hanya berfokus pada manfaat politik potensial dari pembunuhan Jenderal Qassem Suleimani, yang dia lihat sebagai teroris terkemuka di dunia.
Sebagian besar analis percaya, Iran masih akan menafsirkan kejadian pekan lalu sebagai langkah untuk mengusir AS dari Irak dan akhirnya wilayah Timur Tengah.
• Iran-Amerika Memanas, SBY Singgung soal Kemungkinan Perang Dunia III: Saya Tak Mudah Percaya
Seorang pakar Inggris mengatakan, "Iran berpikir kampanye bukanlah episode tunggal."
"Ini merupakan respons asal yang sudah dikalibrasi, sehingga tidak cukup eskalasi untuk mengirim rudal Tomahawk AS ke Teheran, hasil yang ingin mereka hindari.”
Tak hanya itu, kelegaan para pemimpin Eropa juga dibawa Ayatollah Ali Khamenei, yang dalam pidatonya tidak membahas tindakan militer lebih lanjut.
Dia, yang menjadi juru bicara militer Iran hanya mengancam akan ada tindakan militer lanjutan apabila pihak AS membalas serangan rudal balistik yang terjadi Selasa pagi waktu setempat.
Javad Zarif, Menteri Luar Negeri Iran, menegaskan bahwa serangan di Teheran adalah proporsional dan telah menyimpulkan sangat penting dalam membujuk Trump, bahwa ia dapat menyatakan Iran sedang mundur dari konflik.
Lebih lanjut, Pengawal Revolusi juga memberi tahu orang Iran bahwa sebanyak 80 orang Amerika Serikat terbunuh dalam serangan rudal balistik itu, menambah kesan bahwa Teheran tidak ingin melakukan serangan lebih lanjut.
Namun demikian, para pemimpin Eropa masih memohon kepada Donald Trump untuk menghentikan segala konflik yang dapat memicu lahirnya perang.
Pasalnya, beberapa jam setelah serangan Iran ke pangkalan udara AS, Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab, mengutuk serangan rudal itu.
Akan tetapi, ia juga menambahkan bahwa perang di Timur Tengah hanya akan bermanfaat bagi Negara Islam.
(Kompas.com/Ardi Priyatno Utomo/Tribunnews.com/Lusius Genik)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Trump Menarik Diri dari Peluang Perang dengan Iran", dan di Tribunnews.com dengan judul "Para Pemimpin Eropa Lega Donald Trump Tidak Lanjutkan Konfrontasi Militer dengan Iran"