Konflik RI dan China di Natuna
Nelayan Pantura Cerita Bentrok Fisik dengan Kapal Asing di Natuna, Lempar Botol hingga Bakar-bakaran
Nelayan Pantura, Rasmijan mengungkap cerita pertarungannya dengan nelayan-nelayan asal Taiwan di perairan Natuna pada 1994.
Penulis: Mariah Gipty
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Nelayan Pantura, Rasmijan mengungkap cerita pertarungannya dengan nelayan-nelayan asal Taiwan di perairan Natuna pada 1994.
Dilansir TribunWow.com, hal itu diungkapkan Rasmijan saat menjadi narasumber di acara Mata Najwa Trans 7 pada Rabu (8/1/2020).
Rasmijan mengatakan pada 1994 ia bertemu dengan kapal nelayan Taiwan yang menggunakan akat tangkap trol.
• Bakamla Ungkap Alasan China Nekat Bertahan Meski Jokowi Sudah Kunjungi Natuna: Dia Ingin Menguasai
Sedangkan, ia menggunakan alat tangkap purse seine.
"Perlu dimengerti, kami tahun 94 kita beroperasi di Natuna sana terjadi bentrok fisik karena terlalu banyaknya kapal Taiwan yang dia pakai alat tangkapnya trol pada waktu itu, saya alat tangkapnya purse seine," jelas Rasmijan dikutip dari channel YouTube Najwa Shihab.
Lantas, alat tangkap trol milik kapal Taiwan itu menyangkut ke alat tangkap Rasmijan.
"Purse seine itu kan pakainya rumpun, ikut jangkar kalau siang. Lha dia trol, kan narik terus, rumpun dan jangkar saya ketarik gitu sampai dibawa ke barat terus," ujarnya.
Setelah pukul dua siang ketika kapal Taiwan itu ingin mengangkat trol yang menyangkut dengan purse seinnya, bentrok fisik kemudian tak terhindarkan.
Menurut Rasmijan, bentrok fisik itu bahkan terjadi dari siang hingga dini hari.
"Setelah jam dua siang dia mau angkat trolnya. Tempel kapal, bentrok fisik mulai jam 2 siang sampai jam satu malam," cerita Rasmijan.
Lantaran tidak membawa banyak alat, Rasmijan mengatakan ia dan para nelayan lainnya hanya bisa melempari para nelayan Taiwan dengan botol minuman.
Setelah botol minuman habis, ia mengatakan timnya langsung melempari nelayan Taiwan dengan menggunakan es batu.
"Bentrok fisik karena sudah mepet kita enggak bawa alat apa-apa hanya ada botol Sprite, Fanta, dipecah, lempar kehabisan botol 30."
"Langsung bongkar es, es dipukul sama palu, kayu tuh lo ya, buat lempar, lempar, lempar," cerita Rasmijan.
• Dilirik China, Natuna Ternyata Simpan Cadangan Gas Raksasa yang Bisa Buat Singapura Gelap Gulita
Sedangkan, kapal Taiwan itu membawa pistol.
Meski demikian, pistol itu hanya digunakan untuk menakut-nakuti.
"Kapal Taiwan nahkodanya bawa senjata, bawa pistol itu. Bukan ditembak tapi untuk menakut-nakuti," kata Rasmijan.
Merasa tertekan, lantas kapal Taiwan itu mundur.
Namun, tak berselang lama kapal Taiwan justru membawa pasukan kapal lain.
"Begitu dia merasa minder, selingnya kabrang talinya itu diputus sama tanggep, tas..tas.. dia lari."
"Tak pikir dia lari ya sudah dia lari, tahunya datang banyak kapal, 19 itu tak hitung," jelas Rasmijan.
Balik merasa tertekan, Rasmijan lantas menghubungi rekan-rekan nelayan lainnya.
"Wah aku ketakutan, lalu aku kontak ke temen-temen, Tegal, Pekalongan, Batang, Rembang, 90 kapal itu datang, terus bertengkar itu," lanjutnya.
Dengan bantuan tambahan, bentrok fisik terjadi semakin parah.
Mereka bertengkar menggunakan bahan-bahan bakar.
"Sampai pakai api diisi minyak tanah, ada bensin, dilempar-lempar itu, bakar-bakaran semaleman itu," katanya.
Rasmijan lalu mengatakan, pada 2010 ia sempat kembali bertemu dengan kapal Taiwan di perairan Natuna.
• Soal Natuna, Mahfud MD Tegaskan Enggan Berunding dengan China: Tidak Perang tapi Tak Mau Negosiasi
Kala itu, ia mengaku ketakutan dengan banyaknya kapal Taiwan.
Apalagi tidak ada petugas yang mengamankan.
"Makanya saya 2010 itu juga terjadi saya operasinya di Subi timurnya Natuna itu pulau Subi, di timur lautnya itupun banyak kapal Taiwan."
"Juga bersaingan, sampe saya tuh ketakutan rasanya, enggak ada mengamnankan," cerita Rasmijan.
Ia mengaku senang dengan langkah pemerintah Indonesia yang mulai mengarahkan nelayan ke Natuna.
Namun, Rasmijan meminta agar pemerintah berkomitmen menjaga para nelayannya.
"Makanya kalau nelayan kita mau diarahkan ke sana, saya berterima kasih sekali."
"Cuma keamanannya harus dijaga," ungkap Rasmijan.
Lihat videonya sejak menit awal:
Najwa Shihab Ungkap Temuan Kapal China yang Bertahan di Natuna
Sementara itu, presenter Najwa Shihab mengungkap temuan sejumlah kapal China yang berada di perairan Natuna di acara Mata Najwa pada Rabu (9/1/2020).
Berdasarkan hasil pemantauan, beberapa kapal China masih berlayar sesaat setelah kepulangan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengunjungi Natuna.
Sebagaimana diketahui Jokowi sempat melakukan peninjauan di Natuna pada Rabu siang.
• Pengamat Militer Soroti Kehadiran Jokowi di Natuna: Seolah Tak Punya Lagi Orang yang Dikirim ke Sana
"Sampai Desember pun, sampai hari ini pun banyak kapal-kapal asing yang berada di perairan kita," ungkap Najwa Shihab.
"Mata Najwa juga melakukan pemantauan teman-teman, kami melakukan pemantauan lewat ship tracking of airmarine traffic vessel finder. Ini yang kita temukan."
"Saya ingin menunjukkan ke teman-teman apa yang kami temukan, bahkan setengah jam yang lalu ada Coast Guard China di perairan kita, setengah jam yang lalu belum lama ketika Pak Jokowi pulang," papar Najwa Shihab.
Najwa lantas menunjukkan data yang tim Mata Najwa temukan melalui layar, yaitu sebagai berikut:
Senin (6/1/2020):
Terdeteksi 3 Kapal Penjaga Pantai di Perairan Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI).
China Coast Guard 5302
Zhongguohajian 2169
Zhongguohajian 5043
Selasa (7/1/2020):
Terdeteksi 5 Kapal Penjaga Pantai di (ZEEI).
China Coastguard 5302
Zhing Guo Haijing 5403
Zhong Guo Haijian 2169
China Coast Guard 46303
Zhong Guo Haijing 5202
Rabu (8/1/2020) pukul 15.00 WIB:
Terdeteksi 2 Kapal Penjaga Pantai di (ZEEI).
China Coast Guard 5302
China Coast Guard 46303

(TribunWow.com/Mariah Gipty)