Banjir di Jakarta
Ini Beda Cara Ahok dan Anies Baswedan dalam Pengendalian Banjir di Jakarta
Bagaimana perbedaan antara Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dan Anies Baswedan dalam menangani banjir di Jakarta.
Editor: Mohamad Yoenus
Di akhir masa jabatannya, Ahok bahkan menegaskan komitmennya untuk tetap melanjutkan normalisasi sungai yang menjadi program andalannya itu.
Hal itu diungkapkan Ahok pada 2017.
"Tetap normalisasi, sampai saya berhenti dari sini," kata Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Jalan Medan Merdeka Selatan, Rabu (3/5/2017) seperi diberitakan Kompas.com.
Ahok seharusnya berhenti dari jabatannya sebagai Gubernur DKI Jakarta pada Oktober 2017.
Namun, belum sampai Oktober, Ahok mengundurkan diri sebagau Gubernur DKI pada 23 Mei 2017 karena kasus penodaan agama.
• Respons Ridwan Kamil saat Anies Sebut Banjir Jakarta karena Air dari Bogor: Dari Dulu Sudah Begitu
Optimalisasi dan Perbaikan Pompa
Selain melakukan normalisasi sungai, di masa pemerintahannya, Ahok juga menekankan perbaikan pompa-pompa yang rusak.
Ahok meminta kepada camat dan lurah agar mengawasi pompa di wilayahnya.
Hal itu ditekankan Ahok pada 2015.
"Saya instruksikan seluruh lurah harus tahu persis seluruh kondisi pompa di wilayahnya, harus ditungguin itu pompa, masih ada minyaknya enggak, hidup jam berapa, mati jam berapa," kata Ahok di gedung DPRD DKI Jakarta, Sabtu (19/12/2015) dikutip dari Kompas.com.
Pengendalian Banjir Lewat Pembuatan Situ, Waduk, Embung dan Kanal
Langkah pengendalian banjir lainnya yang dilakukan Ahok adalah membuat situ, waduk, embung dan kanal.
Saat menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) APBD 2014, di Gedung DPRD DKI, Senin (6/4/2015) Ahok mengklaim telah melakukan pengembangan situ hingga waduk.
"Pada program pembangunan prasarana dan sarana pengendali banjir telah dilaksanakan sejumlah kegiatan. Di antaranya pengembangan situ, waduk, embung dan kanal," kata Basuki.
Kegiatan-kegiatan itu meliputi pembebasan lahan di Waduk Kampung Rambutan, Waduk Kampung Rambutan 1, Sunter Hulu, Kanal Banjir Timur, Kali Pesanggrahan, Kali Sunter, dan Kali Ciliwung dengan luas total 71.113 hektare.