Kabar Tokoh
Rocky Gerung Duga Kasus Jiwasraya Sengaja Diulur untuk Kepentingan 2020: Otak Politisi Begitu
Rocky Gerung menilai kasus Jiwasraya tidak akan diselesaikan dengan cepat karena ada berbagai kepentingan politis
Penulis: anung aulia malik
Editor: Mohamad Yoenus
"Century juga begitu dimainkan sebagai isu politik dipanjangin supaya remeh-remeh bisa dikumpulin, kan pikiran otak politisi begitu," tambahnya.
• Dituduh Terima Uang Rp 100 Miliar soal Kasus Jiwasraya, Menteri BUMN Erick Thohir: Duit Darimana?
Lihat videonya di bawah ini mulai menit ke-6.50:
Said Didu Ungkap Sumber Kebocoran Jiwasraya
Mantan Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu menjelaskan analisanya soal kerugian besar-besaran yang terjadi di perusahaan asuransi Jiwasraya.
Said Didu menyebut ada 3 kemungkinan yang menyebabkan kebocoran dana di Jiwasraya.
Dikutip TribunWow.com dari video unggahan kanal MSD, Sabtu (21/12/2019), awalnya Said Didu menjelaskan soal 3 kemungkinan penyebab kebocoran dana Jiwasraya.
"Hipotesa saya bahwa suatu perusahaan yang puncak-puncak sehat langsung anjlok, itu pasti kemungkinan yang terjadi hanya 3," kata Said Didu.
"Pimpinannya jadi gila, kedua ada tsunami ekonomi, yang ketiga perampokan," jelasnya.

• Jiwasraya Belum Dapat Bayar Nasabah, Pemerintah Sebut Sudah Ada Solusi: Bukan Masalah Ringan
Ia kemudian bercerita soal naik turunnya performa perusahaan plat merah tersebut.
"Itu karena Jiwasraya ini kita tahu tahun 2005 itu saya menerima laporan direksi saat itu, bahwa dia memang lagi sakit," papar Said Didu,
"Tahun 2005 punya utang 6 triliun dampak dari krisis '98."
"Kemudian dibenahi, sembuh 2009, mencatat laba dan semakin naik menjadi salah satu asuransi terbaik bahkan bukan di Indonesia, itu 2015-2016."
"2016 puncak untungnya hampir 2 triliun, 2017 pernah menyatakan 2,3 triliun lalu dikoreksi oleh OJK menjadi 400 miliar," tambahnya.
Said Didu menjelaskan ketika di tahun 2018, Jiwasaraya yang tadinya memiliki kinerja baik dan memiliki keuntungan yang cukup besar tiba-tiba mengalami kerugian yang sangat besar.
"Tahu-tahu 2018, itu langsung terjadi kerugian puluhan triliun, dan yang engak bisa dibayar sudah hampir mendekati 1 triliun," ujarnya.