Pilkada Serentak 2020
Bandingkan dengan Gibran, Hendri Satrio Prediksi Bobby Bakal Sulit Menang di Medan, Ini Alasannya
Hendri Satrio menyebutkan alasan mengapa Bobby Nasution akan lebih sulit meraih kemenangan di Medan jika dibandingkan Gibran di Solo
Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Pakar politik Hendri Satrio memperkirakan kemungkinan menang menantu Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), Bobby Nasution di Medan akan lebih sulit jika dibandingkan dengan Gibran Rakabuming Raka di Solo.
Hendri mengatakan orientasi politik di Medan yang tidak stabil dan partisipasi publik yang rendah akan menghambat kemenangan Bobby di Medan.
Dikutip TribunWow.com, awalnya Hendri bercerita soal langkah politik Gerindra yang sedang memanfaatkan kedekatan Jokowi dengan Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto.
• Arief Poyuono Pastikan Gerindra Bisa Solid Dukung Gibran: Bukan Semata-mata karena Anak Pak Jokowi
Untuk semakin mempererat hubungan tersebut, Gerindra mengambil langkah mendukung Gibran di Pilkada 2020.
"Pastinya memanfaatkan momentum kedekatan Prabowo dengan Jokowi saat ini," kata Hendri di 'KABAR PETANG' kanal Youtube tvOneNews, Rabu (18/12/2019).
"Momentum itu yang kemudian ingin diperpanjang oleh Gerindra, apakah kemudian akan mengikuti di jajaran daerahnya, ini Gerindra mirip dengan PDI Perjuangan, masih ada tokoh sentralnya."
"Buat Prabowo 'C', mereka ikut," tambahnya.
Hendri juga menyinggung soal seberapa besar dampak dari dukungan Gerindra terhadap elektabilitas Gibran.
Menurutnya dukungan Gerindra tidak akan begitu terasa di Solo.
"Akankah suara Gerindra berguna di Solo untuk mendukung Gibran, berguna tapi tidak signifikan, tapi kalau di Medan mungkin memang signifikan," jelas Hendri.
• Yakin Megawati Restui Gibran, Hendri Satrio Sebut PDIP akan Dorong Anak Jokowi hingga Level Nasional
Bobby Nasution sulit menang di Medan
Kemudian Hendri membahas soal peluang menang Gibran dan Bobby.
Ia mengatakan Gibran memiliki kesempatan besar untuk menjadi Wali Kota Solo jika dibandingkan Bobby di Medan.
"Bicara peluang, Mas Gibran itu lebih berpeluang menang di Solo ketimbang Mas Bobby di Medan," terang Hendri.
Ada 2 alasan menurut Hendri yang akan menghambat Bobby dalam kontestasi Pilkada 2020.
Alasan pertama adalah partai politik yang mendominasi Medan berubah-ubah, kemudian alasan selanjutnya adalah partisipasi publik yang lebih kecil jika dibandingkan Solo.
"Ada beberapa alasan, yang pertama Medan ini susah ditebak, kadang-kadang Gerindra, kadang-kadang PKS, kadang-kadang Golkar, kadang-kadang Demokrat," ujar Hendri.
"Dan kemudian partisipasi publik di Medan itu kecil sekali."
"Di Medan yang lalu, pemilihan Wali Kota itu di bawah 30 persen, bagaimana itu kemudian mengkonsolidasi suara yang memang enggak ada untuk Mas Bobby," imbuhnya.
• Arief Poyuono Sebut Alasan Gerindra Dukung Gibran dan Bobby: Bukan Lagi Anak Papi atau Anak Mami
Video dapat dilihat di menit 13.23
Anggota DPR Sebut Frasa 'Politik Dinasti' adalah Bentuk Diskriminasi
Anggota DPR RI Hillary Brigitta Lasut menyayangkan adanya tudingan politik dinasti terhadap Gibran Rakabuming Raka dan Bobby Nasution yang sedang terjun dalam dunia politik.
Hillary mengatakan sebutan politik dinasti merupakan sebuah bentuk ujaran kebencian yang diperhalus.
Dikutip TribunWow.com, politisi asal Nasdem tersebut membandingkan kasus yang serupa, dimana adanya kesamaan bidang kerja dalam satu keluarga.

• Bela Gibran dan Bobby, Politisi PDIP Deddy Sitorus Ungkit Langkah Politik Istri-istri Kader PKS
Sebutan politik dinasti dirasa Hillary hanya terjadi terhadap keluarga yang terjun ke dunia politik.
"Menurut saya agak aneh," kata Hillary dalam acara 'DUA ARAH' Kompastv, Senin (16/12/2019).
"Kalau kita melihat dari sisi kenyataan, yang dibilang politik dinasti itu hanya di dunia politik," tambahnya.
Ketika kesamaan profesi terjadi pada sektor pekerjaan lain seperti polisi maupun dokter, Hillary mengatakan sebutan dinasti tidak dipakai.
"Coba kita bayangkan kalau ada petani dengan keluarga petani tidak pernah ada yang bilang pertanian dinasti," tutur Hillary.
"Kalau kita bilang ada dokter, suaminya dokter, anaknya dokter, sepupunya dokter, tidak ada kedokteran dinasti."
"Ada juga polisi yang hebat-hebat, anak, cucunya sama-sama AKPOL, semua polisi," tambahnya.
Berdasarkan fakta tersebut, Hillary menyimpulkan bahwa sebutan politik dinasti hanyalah sebuah bentuk ujaran kebencian.
"Ini sepertinya hanya hate speech (ujaran kebencian) yang diperhalus," kata Hillary.
Politik dinasti menurut Hillary tidak ada aturannya di Indonesia.
Indonesia hanya melarang adanya penyalahgunaan kekuasaan untuk kepentingan pribadi.
"Yang dilarang di Indonesia adalah penyalahgunaan kekuasaan, yang dilarang di Indonesia adalah penyalahgunaan wewenang," ujarnya.
Hillary menjelaskan sebutan politik dinasti hanya upaya diskriminasi karena seseorang tidak bisa memilih latar belakang keluarganya memiliki profesi apa.
"Tapi kalau urusan anak dari siapa, kita keturunan dari siapa kita tidak bisa memilih," katanya.
"Menurut saya kalau kita sampai menggunakan frasa political dynasty (politik dinasti) ini untuk menyudutkan pihak-pihak yang lahir dari keluarga yang berpolitik, itulah diskriminasi," tandas Hillary.
Sebelumnya diberitakan bahwa Gibran telah mendaftar sebagai bakal calon lewat Dewan Perwakilan Daerah (DPD) PDIP Jawa Tengah, pada Kamis (12/12/2019) lalu.
Sedangkan Bobby Nasution telah mendatangi kantor Dewan Pengurus Daerah (DPD) PDIP Medan, Sumatera Utara untuk menyerahkan berkas pendaftaran sebagai bakal calon walikota Medan, Selasa (3/12/2019).
• Sebut Pencalonan Gibran sebagai Aji Mumpung, Pengamat Politik Turut Sindir Bobby Nasution
Video dapat dilihat di menit 8.20
(TribunWow.com/Anung Malik)