Terkini Nasional
Nadiem Makarim Ubah UN, Politisi Gerinda Ungkap Masalah Baru yang Ditimbulkan, Ini Penjelasannya
Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi Partai Gerindra, Sudewo buka suara soal pengubahan sistem ujian nasional (UN) mulai 2021 mendatang.
Penulis: Jayanti tri utami
Editor: Ananda Putri Octaviani
Bahkan, ia juga menduga adanya masalah baru yang ditimbulkan dari sistem pengganti UN tersebut.
"Maunya meningkatkan kualitas pendidikan tapi justru akan menilmbulkan masalah baru," ujar Sudewo.
"Kalau unsur subjektif ini sangat kental, ada kecurigaan di tengah masyarakat terhadap pelaksanaan yang tidak fair."
Menurut Sudewo, diperlukan peraturan yang jelas untuk mencegah terjadinya subjektifitas dalam sistem ini.
"Orangtua merasa anaknya mampu tetapi ternyata penilaian oleh guru ternyata tidak," kata dia,
"Siswa menilai dirinya mampu, ternyata oleh sekolah dianggap tidak, jadi harus ada instrumen yang betul-betul menjamin tidak ada unsur subjektifitas di situ."
Simak video berikut ini menit 8.45:
Rombak Sistem Zonasi
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia Nadiem Makarim menjelaskan alasannya mengubah komposisi sistem zonasi sekolah di Indonesia.
Nadiem mengatakan alasannya didasari untuk menyeimbangkan kepentingan antara kepentingan murid berprestasi dan murid tidak mampu.
Dikutip TribunWow.com dari video unggahan kanal Youtube Kompastv, Rabu (11/12/2019), mulanya Nadiem menjelaskan sistem zonasi yang baru dan yang lama.
Sistem Zonasi Lama:
80 persen zonasi
5 persen perpindahan
15 persen prestasi
Sistem Zonasi Nadiem Makarim:
50 persen zonasi
15 persen afirmasi (Kartu Indonesia Pintar)
5 persen perpindahan
30 persen prestasi
Nadiem kemudian menjelaskan dua tujuan dirubahnya sistem zonasi sekolah.
Pertama adalah untuk mengakomodasi kebutuhan murid-murid yang berasal dari keluarga kurang mampu.
"Ini dampak ujungnya, dua perubahan, satu adalah afirmasi," kata Nadiem.