Reuni Akbar 212
Pengamat Sebut Reuni 212 Jadi Ajang Galang Kekuatan setelah Prabowo Bergabung ke Pemerintahan
Peneliti menganggap bahwa aksi reuni akbar 212 memiliki tujuan untuk menggalang kekuatan setelah Prabowo Subianto bergabung ke pemerintahan.
Editor: Tiffany Marantika Dewi
Tahun lalu, Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF), yang mengusung aksi 212, menyatakan dukungan mereka kepada Prabowo.
Prabowo sendiri diundang dalam reuni 212 tahun lalu, di mana ia memberikan pidato.
"Pada waktu itu kita punya agenda mendukung Prabowo, tapi itu kan sudah lewat dan Pak Prabowo sekarang ada dalam sistem. Presiden cuma satu, Pak Jokowi, jadi ya kita sudahi friksi itu," ujar juru bicara Persaudaraan Alumni 212, Haikal Hassan.
"Tidak ada lagi 01, 02 yang ada 03 persatuan Indonesia," katanya.
Namun, Haikal mengatakan tidak menutup kemungkinan, tokoh yang diundang dalam acara itu akan mengajukan aspirasi lain.
Misalnya, kata Haikal, pemberian dukungan pada Front Pembela Islam (FPI) yang tidak mendapatkan Surat Keterangan Terdaftar dari pemerintah atau tuntutan pemidanaan pada Sukmawati Soekarno Putri yang dituduh menistakan agama.
"Apabila para tokoh bicara, ini kita apresiasi karena kita izinkan para tokoh bicara. Kalau itu terjadi sulit sekali untuk kita rem," ujarnya.
• Terkait Pidato Mendikbud Tentang Hari Guru Nasional yang Viral, Nadiem Makarim Beri Penjelasan
Tujuan reuni dipertanyakan
Mantan tenaga ahli Kantor Staf Kepresidenan, Ali Mochtar Ngabalin, yang dulunya juga merupakan anggota 212 mempertanyakan tujuan acara itu yang disebutnya tidak perlu.
Ia juga sangsi acara itu akan membawa pesan perdamaian.
"Memang alumni apa sih? Universitas apa? Sekarang konsentrasi orang sudah move on, kembali ke bidangnya masing-masing, konsentrasi," ujar Ngabalin.
"(Tema) persatuan kesatuan, tapi berkali-kali seperti itu isinya caci maki, menjelekkan pemerintah, nanti lihat, menjelek-jelekan presiden," ujarnya.
Namun, hal yang berbeda disampaikan Kapitra Ampera, eks aktivis 212, yang tahun lalu mengatakan ingin membuat aksi tandingan reuni 212 karena gerakan itu disebutnya politis.
Saat itu, Kapitra menjadi calon anggota legislatif dari PDIP, partai yang mengusung Ahok dalam Pilkada DKI Jakarta.
Kini, ia berujar, reuni 212 akan lebih rileks karena "bebas dari kepentingan politik".
• Habib Rizieq Berpidato di Reuni 212, Ungkap Tak Bisa Pulang karena Pemerintah: Akhiri Kebohongan