Kabar Tokoh
Haris Azhar Ingatkan agar Jokowi Tak Bahas Radikalisme secara Negatif: Nanti Orang Menduga-duga
Haris Azhar menyayangkan pemerintah yang melakukan pembahasan isu radikalisme secara negatif, ia menyarankan pesan disampaikan dengan positif
Penulis: anung aulia malik
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
TRIBUNWOW.COM - Direktur Eksekutif Kantor Hukum dan HAM Lokataru Haris Azhar membahas soal cara Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang selalu mengemas pembahasan radikalisme secara negatif.
Menurut Haris Azhar seharusnya Jokowi lebih baik membawakan pesan positif toleransi untuk menangkal radikalisme.
Dikutip TribunWow.com dari video unggahan kanal Youtube Najwa Shihab, Rabu (20/11/2019), mulanya Haris Azhar menjelaskan jika memang masalah radikalisme ada di cara berfikir, maka ia menyarankan agar diselesaikan dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.

• Mahfud MD Sebut Menag Usul Batasi Busana karena Pernah di Militer: Biasanya Tentara Banyak Sumbernya
"Misalnya itu soal cara berfirkir tinggal bicara dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan," kata Haris Azhar.
Begitupula jika ada bukti pelanggaran hukum, Haris Azhar menyarankan hal tersebut diselesaikan dengan lembaga yang terkait.
"Jika memang ada manifestasi dalam bentuk pelanggaran hukum dicarikan bahasannya," jelas Haris Azhar.
Haris Azhar kemudian membahas soal isu radikalisme yang disampaikan oleh presiden.
Ia mempertanyakan mengapa harus seorang presiden yang menggaungkan isu radikalisme.
Haris Azhar mengatakan dirinya tidak menolak poin radikalisme yang telah disampaikan oleh pemerintah meskipun terjadi pro dan kontra.
"Kenapa yang campaign (berkampanye) harus seorang presiden, begitu mengumumkan kabinet," kata Haris Azhar.
"Saya enggak menolak poin radikalisme anda-anda semua."
"Ada perdebatan oke," tambahnya.
Namun Haris Azhar mengkritik cara penyampaian isu radikalisme yang disampaikan oleh Jokowi.
Haris Azhar menganggap bahasa yang digunakan oleh Jokowi dalam menyampaikan radikalisme memiliki konotasi negatif.
"Tetapi kenapa yang harus mengumumkan presiden, kenapa bahasanya tidak positif," jelas Haris Azhar.