Ledakan Bom di Polrestabes Medan
Di Mata Najwa, Pengamat Intelijen Ungkap Waktu Favorit Aksi Terorisme, Najwa Shihab: Harus Waspada
Pengamat Intelijen dan Keamanan UI, Stanislaus Riyanta mengungkap waktu-waktu favorit para teroris untuk melakukan aksi terorisme.
Penulis: Jayanti tri utami
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TRIBUNWOW.COM - Pengamat Intelijen dan Keamanan Universitas Indonesia (UI), Stanislaus Riyanta mengungkap waktu-waktu favorit para teroris untuk melakukan aksi terorisme.
Hal itu disampaikan Stanislaus Riyanta melalui acara Mata Najwa, Rabu (13/11/2019).
Stanislaus menyebut bahwa kematian pimpinan ISIS Abu Bakar Al Baghdadi menjadi alasan utama dilakukannya bom bunuh diri di Polrestabes Medan.
Stanislaus menyinggung soal adanya unsur balas dendam dalam aksi bom bunuh diri tersebut.
• Pengamat Soroti Bom di Polrestabes Medan, Ungkap Kesamaan dengan Penusukan Wiranto, Balas Dendam?
• Detik-detik Pelaku Bom Bunuh Diri Masuk ke Polrestabes Medan, Mengaku Ingin Membuat SKCK
"Nah, kenapa ini terjadi? Ini sebenarnya sudah diprediksi setelah kematian Abu Bakar Al Baghdadi pasti akan memicu aksi balas dendam," terangnya.
Lantas, ia juga menyinggung soal kasus penusukan Mantan Menter Koordinator Politik, Hukum dan Keamananan (Menko Polhukan) Wiranto.
Diketahui, Wiranto diserang orang tak dikenal saat berada di Pandeglang Banten beberapa waktu lalu.
Menurut Stanislaus, penyerangan Wiranto tersebut juga didasari oleh adanya rasa balas dendam pelaku.
"Kita lihat kasus Pak Wiranto, itu dilakukan oleh dua orang yang dia terdesak karena pimpinannya ditangkap, Abu Zee di Bekasi, dia kemudian lari ke Pandeglang karena terdesak, dia kemudian melakukan aksi kepada Pak Wiranto" ucap Stanislaus.
"Bayangkan jika pemimpin utama mereka yang di Timur Tengah sana itu tewas, dia melakukan aksi balas dendam."

Terkait bom bunuh diri di Polrestabes Medan, Stanislaus menduga aksi tersebut dilakukan seorang diri.
"Pelakunya memang belum diindentifikasi apakah dia kelompok atau tunggal, tetapi dilihat dari aksinya tunggal memang," jelas Stanislaus.
Namun, aksi terorisme secara kelompok maupun tunggal disebutnya sama-sama berbahaya.
"Jadi permasalahannya adalah mau kelompok maupun tunggal kalau dia pelaku dan dia melakukan aksi terorisme itu berbahaya," ungkapnya.
Bahkan, menurutnya aksi terorisme tunggal lebih berbahaya dibandingkan dengan kelompok.
"Justru yang paling berbahaya adalah pelaku-pelaku tunggal ini karena dia tidak terdeteksi," terangnya.
"Dia merencanakan sendiri karena dia tidak terdeteksi, dia merencanakan sendiri, melakukan sendiri."
Lantas, Stanislaus mengungkap perbedaan dengan terorisme yang dilakukan secara berkelompok.
"Berbeda dengan pelaku yang mungkin dia adalah kelompok, dia membangun komunikasi di aplikasi percakapan, itu bisa dipantau," ucap Stanislaus.
Menurutnya, aksi bom akhir-akhir berhasil dilakukan oleh para teroris yang bekerja sendiri tanpa kelompok.
"Makanya akhir-akhir ini pelaku yang sukses melakukan aksi adalah alone work, atau sel-sel kecil yang dalam keluarga," terang Stanislaus.
"Ini ada perbedaan model sekarang mereka yang dulu kelompok-kelompok besar sekarang justru jadi keluarga," sambungnya.
• Ledakan Bom Bunuh Diri Terjadi Polrestabes Medan, Ini Kata Pengamat Terorisme
• Soal Bom Bunuh Diri di Polrestabes Medan, Mahfud MD: Masyarakat Jangan Selalu Nyinyir ke Pemerintah
Lantas, Stanislaus memberikan beberapa aksi terorisme yang sukses dilakukan sendirian.
"Sudah terjadi di di Surabaya, Sibolga dan kasus Pak Wiranto, ini sulit dideteksi karena mereka bergerak di level keluarga, tidak melakukan percakapan dengan siapapun," ucapnya.
"Dia melihat momentum, ketika kasus Pak Wiranto kan memang momentum ada pejabat dia melakukan aksi."
Lebih lanjut, Stanislaus mengungkap motif pelaku terorisme tersebut.
"Tapi dalam konteks ini saya lihat kecenderungannya pengaruh lebih besar adalah balas dendam dari Abu Bakar Al Baghdadi," terangnya.
"Dan ada seruan dari timur tengah sana ketika pada awal tahun kemarin mereka terdesak, ada perintah untuk melakukan aksi amaliyah di tempat masing-masing."
Lantas, Stanislaus mengungkap waktu-waktu favorit para terorisme untuk melakukan aksi teror.
"Dan mereka punya momentum favorit seperti bulan puasa, natal, tahun baru, itu waktu favorit mereka untuk melakukan aksi," ucapnya.
"Dan ini bulan-bulan di mana kita harus waspada," sahut Najwa Shihab.
Simak video menit 8.15:
Bom Bunuh Diri di Polrestabes Medan
Mabes Polri melakukan konferensi pers terkait bom bunuh diri yang terjadi di Polrestabes Medan, Rabu (13/11/2019).
Dalam tayangan YouTube Kompas Tv, Rabu (13/11/2019), Polri mengonfirmasi jumlah korban akibat ledakan tersebut.
Menurut penuturan Karopenmas Mabes Polri, Brigadir Jenderal Polisi Dedi Prasetyo, korban berjumlah enam orang.
"Kejadian ledakan yang dilakukan oleh seseorang yang dugaan sementara melakukan suicide bomber, mengakibatkan ada enam orang mengalami luka, empat orang anggota Polri, satu adalah pekerja harian lepas, dan satu masyarakat," ujar Dedi.
Selain mengakibatkan korban luka, ledakan tersebut juga mengakibatkan kendaraan yang berada di dekat ledakan juga ikut rusak.
"Ada empat kendaraan yang ikut mengalami kerusakan, ada tiga kendaraan milik dinas dan satu kendaraan milik pribadi,"
Dedi juga mengatakan, saat ini pihaknya sedang melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan investigasi lebih lanjut.
"Tim Densus 88 bersama Inafis dan Labfor melakukan proses olah tempat kejadian perkara (TKP), untuk betul-betul memastikan identitas pelaku," ujar Dedi.
"Dengan teknologi yang dimiliki oleh Tim Inafis, apabila pelaku ini sidik jarinya berhasil diambil dengan baik, dan apabila pelaku ini memiliki e-ktp, maka databasenya akan terkoneksi dengan database di Dukcapil," lanjutnya.
• 6 Orang Terluka akibat Bom Bunuh Diri di Polrestabes Medan, Masyarakat Umum juga Jadi Korban
• Setelah Bom di Polrestabes Medan, Polda Kalbar Perketat Pengamanan: Ojol Tak Dapat Masuk ke Markas
Selanjutnya, serpihan-serpihan dari ledakan bom ini akan dibawa ke laboratorium forensik untuk diuji lebih lanjut.
Hal ini untuk mengetahui jenis bom yang digunakan terduga pelaku.
Hingga saat ini, Polri masih menyelidiki jaringan teroris yang terafialisasi dengan pelaku.
Dedi juga melaporkan kondisi terakhir Polrestabes Medan pasca ledakan.
"Untuk situasi dan kondisi di Mapolrestabes Medan sudah dapat dikendalikan oleh aparat keamanan, dan sudah kondusif, kemudian dilakukan penjagaaan pengamanan oleh temen-temen dari Brimob," pungkasnya.
Setelah terjadi insiden ledakan bom di Polrestabes Medan, Rabu (13/11/2019) pagi, area di sekitar Polrestabes Medan disterilkan oleh pihak kepolisian.
Dilansir dari tayangan Breaking News Kompas Tv, Rabu (13/11/2019), terlihat sejumlah personel kepolisian berjaga di sekitar Polrestabes Medan.
Jurnalis Kompas Tv Ferry Irawan melaporkan pasca insiden ini, penjagaan ketat tak hanya diberlakukan di Polrestabes Medan saja, tetapi juga seluruh kantor polisi di wilayah Sumatera Utara.
Untuk penjagaan di Polrestabes Medan sendiri, dilakukan buka tutup portal oleh petugas jaga.
Hanya pihak-pihak tertentu saja yang diizinkan memasuki area Polrestabes Medan.
(TribunWow.com)