Breaking News:

Kabar Tokoh

Jadi Tamu Kehormatan Pelantikan Kardinal di Vatikan, Menag Lukman Hakim Termenung di Kapel Sistina

Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saifuddin duduk lama diam termenung di Kapel Sistina yang terletak di dalam lingkungan Istana Kepausan.

Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
TribunWow.com/Istimewa
Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifuddin di Vatikan 

TRIBUNWOW.COM - Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saifuddin duduk lama diam termenung di Kapel Sistina yang terletak di dalam lingkungan Istana Kepausan.

Sambil mendengar penjelasan Lukman Hakim Saifuddin tidak berhenti melihat ke atas langit-langit kapel tersebut.

Lukisan-lukisan di langit-langit kapel Sistina itu berkisah tentang penciptaan hingga kisah Nabi Nuh dan juga pengadilan terakhir.

Kapel ini terkenal karena arsitekturnya yang tampak melahirkan kembali Bait Salomo dari zaman Perjanjian Lama, dan akan dekorasinya yang seluruhnya dihias oleh seniman-seniman besar era Renaissance seperti Michelangelo, Raphael, dan Sandro Botticelli.

Perhatian Lukman Hakim semakin serius ketika menyadari bahwa Kapel Sistina, yang dinamai oleh Paus Sixtus IV, merupakan tempat sakral di mana konklaf diadakan.

Di Vatikan, Sebanyak 7.000 Orang Ikuti Lari Maraton demi Perdamaian Dunia

Konklaf adalah tata cara yang telah mentradisi ribuan tahun untuk memilih paus baru sebagai pimpinan tertinggi Gereja Katolik sedunia.

Ketika konklaf diadakan, mata dunia senantiasa tertuju pada cerobong yang terletak di atas kapel ini sebagai penanda proses pemilihan paus.

Jika asap hitam keluar dari cerobong tersebut, itu pertanda belum ada paus yang terpilih.

Namun jika Paus baru terpilih, cerobong akan mengeluarkan asap putih.

Yang menarik adalah, ketika konklaf diadakan, para kardinal yang berhak memilih dan dipilih sebagai paus akan memutuskan hubungan dengan dunia luar.

Demikian secuil kisah Markus Solo Kewuta SVD, dari Dewan Kepausan Untuk Hubungan Antar Agama, saat dirinya mendampingi Lukman Hakim berkeliling museum Vatikan yang berakhir di Kapel Sistina, Kamis (02/10/2019).

Pesan Paus Fransiskus saat Bertemu dengan Menteri Susi Pudjiastuti di Vatikan

Kunjungan ke Museum Vatikan dan Kapel Sistina, demikian Markus Solo menjelaskan, dilakukan setelah Lukman Hakim mengadakan pertemuan selama satu sengan jam dengan Presiden Dewan Kepausan untuk Dialog Antar Umat Beragama Uskup Miguel Ayuso dan dihadiri oleh Dubes Indonesia untuk Vatikan, Agus Sriyono dan Markus Solo.

Uskup Miguel Ayuso sendiri akan menerima tahbisan (pelantikan) sebagai Kardinal bersama-sama dengan Uskup Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo.

Kehadiran Lukman Hakim di Vatikan adalah sebagai tamu kehormatan untuk menyaksikan pentahbisan Uskup Agung Jakarta, Mgr Ignatius Suharyo sebagai Kardinal yang akan berlangsung pada besok (05/10/2019).

Dalam perjalanan baik Pastor Markus Solo dan Lukman Hakim terlibat pembicaran hangat tentang dialog harus menjadi pilar utama perwujudan perdamaian dan hubungan yang harmonis antar umat beragama.

Keduanya sepakat untuk memajukan berbagai upaya umat beragama untuk saling menerima perbedaan, saling mengenal, bekerjasama untuk hal-hal yang baik dan berujung pada kesejahateraan bersama.

Dibawa ke Vatikan, Patung Maria Bunda Segala Suku Bakal Dipersembahkan kepada Paus Fransiscus

“Kami berdua sepandangan bahwa harus memajukan pendidikan yang berkarakter inklusif, tidak hanya mengenal agama sendiri saja."

"Artinya adalah, para siswa terbuka untuk mengenal agama-agama lain secara obyektif di dalam pengajaran di sekolah-sekolah."

"Hal ini berkaitan dengan perubahan kurikulum nasional, baik untuk sekolah swasta ataupun negeri, yang berorientasi pada penerimaan dan pengakuan perbedaan agama."

"Dan sebagai tindak lanjut adalah bagaimana harus mencari upaya-upaya positip untuk menghadapi serta menghidupi dinamika perbedaan,” ujar Markus Solo.

Sebagai konsekuensinya, demikian Markus Solo berdua, dia dan Lukman Hakim memiliki pandangan yang sama dan bahkan sama-sama meyakini, pendidikan yang berujung pada perdamaian harus melalui proses pendidikan yang tidak didukung oleh sebuah sistim pengajaran indoktrinatif.

Pengajaran indoktrinatif hanya membatasi ruang pemikiran kreatif dan indipenden dari anak-anak didik untuk berpikir secara bebas, kritis dan distinktif.

Masa depan yang lebih damai dan rukun tidak mungkin tidak harus dicapai melalui perbaikan sistim pendidikan generasi muda saat ini.

(Rilis)

Sumber: TribunWow.com
Tags:
VatikanLukman Hakim SaifuddinKardinal Ignatius Suharyo
Rekomendasi untuk Anda
ANDA MUNGKIN MENYUKAI

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved