Rusuh di Papua
Pengakuan Pengungsi Wamena: Katanya yang Rusuh Mahasiswa, tapi Semua Tua-tua dan Berjenggot
Para pengungsi mengakui bahwa dalam kerusuhan di Wamena, tidak semua warga Wamena terlibat dalam kerusuhan tersebut.
Editor: Lailatun Niqmah
"Jam 09.00 sampai jam 12.00 kita dibantu orang Wamena untuk bersembunyi di rumahnya," kata Sunam.
Dokter khawatir bertugas
Meski kondisi keamanan di Wamena dan sekitarnya berangsur pulih, layanan kesehatan untuk warga belum sepenuhnya dapat diakses.
Bahkan, ada puskesmas yang melayani masyarakat tanpa pasokan listrik.
Berdasarkan pantauan wartawan Jubi, Islami Adi Subrata, dari 27 puskesmas di Kabupaten Jayawijaya, baru empat yang buka melayani masyarakat dengan jam kunjung pasien yang masih dibatasi.
"Puskesmas Wamena Kota yang buka sehari setelah kejadian, kalau yang dari hari Selasa (01/10) kemarin yang sudah buka Puskesmas Hom-hom, Witawaya dan Asolokobal," kata Adi, kepada BBC News Indonesia, Kamis (03/10/2019).
Adi menambahkan, puskesmas Hom-hom, Witawaya, dan Asolokobal—di luar Kota Wamena, melayani masyarakat dengan kondisi tanpa aliran listrik.
"Tapi mereka tetap buka," katanya.
Dokter yang mengungsi khawatir akan keselamatan
Sementara itu, salah satu dokter di Puskesmas Wamena Kota, Lorina, mengatakan layanan kesehatan di tempatnya dibatasi sampai pukul 12 siang.
"Karena kalau jam 12 lebih, kan kita dokternya hanya ada dua di sini, saya pegang posko, saya harus ke posko, jadi cek pasien yang lain," katanya.
Meski demikian, kata dia, Puskesmas Wamena Kota memiliki obat-obatan yang cukup untuk pasien yang sakit.
Lebih lanjut, Lorina mengatakan kondisi pelayanan kesehatan di Kota Wamena berangsur pulih.
Dokter di puskemas bergantian berjaga.
"Kan ada yang pergi, ada yang pulang bawa anaknya. Diganti dengan dokter lainnya," tambahnya.