Terkini Daerah
Pengakuan Panitia Mapala Unila soal Mahasiswa Tewas saat Diksar, Ini Riwayat Penyakit yang Ditulis
Aga Trias Tahta tewas saat ikut diksar, panitia ungkap Aga sempat pingsan hingga dievakuasi ke rumah warga lalu dibawa ke rumah sakit.
Penulis: Ifa Nabila
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Panitia pendidikan dasar (diksar) UKM pecinta alam Cakrawala FISIP Universitas Lampung (Unila) angkat bicara terkait tewasnya Aga Trias Tahta (19) saat mengikuti diksar.
Dilansir TribunWow.com dari Kompas.com, Selasa (1/10/2019), panitia diksar juga mengungkapkan riwayat penyakit yang ditulis oleh Aga.
Alumnus UKM Cakrawala, Perdiansyah menyebut diksar sudah dilakukan sesuai dengan prosedur, termasuk dalam penanganan medis.

• Penyebab Mahasiswa Unila Tewas, Diduga Jatuh ke Jurang 15 Meter dan Masih Disuruh Ikut Diksar
Perdiansyah menceritakan Aga sempat pingsan selama mengikuti diksar.
Bahkan Aga pingsan sebanyak dua kali pada Kamis (26/9/2019) serta Minggu (29/9/2019).
Aga yang sempat dievakuasi ke rumah warga pun diduga mengalami kelelahan hingga akhirnya dibawa ke rumah sakit.
“Saat jatuh yang pertama sudah ada upaya penanganan medis dari panitia," terang Perdiansyah, Senin (30/9/2019).
"Kemudian, saat persiapan pelantikan pada Minggu pagi, korban jatuh lagi dan oleh panitia dievakuasi ke permukiman warga. Setelah itu dibawa ke rumah sakit.”
Senada dengan Perdiansyah, Pengurus UKM Cakrawala, Shyntia Claudia menuturkan pelaksanaan diksar sudah sesuai dengan standar yang telah ditentukan sebelumnya.
Adapun diksar meliputi kegiatan pelatihan mental dan fisik agar bisa beradaptasi dengan alam.
• 1 Mahasiswa Unila Tewas saat Diksar, Korban Lain Ngaku Dipukul, Ditampar, hingga Merayap Tanpa Baju
“Kegiatan fisik seperti push up. Kegiatan ini sudah sesuai standar diksar pecinta alam lainnya, tujuannya agar bisa menghadapi dan beradaptasi terhadap kondisi alam,” kata Shyntia.
Shyntia mengungkap dirinya sempat bertemu Aga saat awal kegiatan diksar dimulai, Rabu (25/9/2019).
Menurut Shyntia, saat itu Aga tampak sehat, namun keesokan harinya ia drop dan pingsan.
Shyntia juga mengungkap riwayat penyakit yang ditulis Aga dalam biodata panitia.
Aga tidak menuliskan riwayat penyakit apa pun selain tuli.
“Kalau riwayat penyakit, Aga menuliskan tuli pada biodata yang ada di panitia,” ujar Shyntia.
Shyntia menegaskan diksar yang dilaksanakan di Desa Cikoak, Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, Lampung itu sudah mendapat surat izin dari fakultas.
Bahkan para peserta diksar juga sudah dimintakan surat izin yang ditandatangani orangtua.
Shyntia menuturkan ada 13 mahasiswa dalam diksar tersebut, 12 peserta adalah angkatan 2019, dan sisanya angkatan 2018.
• 1 Mahasiswa Unila Tewas saat Diksar, Korban Lain Ngaku Dianiaya, Tatapan Kosong Tak Bisa Komunikasi
Dugaan Penyebab Kematian Aga
Dikutip TribunWow.com dari TribunLampung.co.id, Selasa (1/10/2019), Aga disebut jatuh atau terperosok ke dalam jurang sedalam 15 meter dan setelah itu masih disuruh panitia untuk mengikuti kegiatan diksar.
Kabid Humas Polda Lampung Kombes Pol Zahwani Pandra Arsyad menyebut dugaan sementara penyebab kematian Aga berasal dari keterangan keluarga serta senior dari UKM yang mengikuti diksar.
Aga yang terjatuh ke dalam jurang lalu dievakuasi oleh para senior dan teman-temannya dan diminta untuk melanjutkan mengikuti diksar hingga hari terakhir.
"Selanjutnya dilakukan evakuasi oleh senior dan rekan korban. Selanjutnya korban masih diminta mengikuti kegiatan diksar sampai hari Minggu tanggal 29 September 2019 sekira jam 10.00,"
Dari keterangan saksi, Pandra menyebut Aga sempat mengeluhkan sakit sehingga dibawa ke RS Bumi Waras Bandar Lampung.
Namun sebelum sampai di rumah sakit, Aga sudah menghembuskan napas terakhir.
Orangtua Aga, Denny Muhtadin (53) dan Rosdiana (52) sempat syok saat mendapati anak mereka sudah tak bernyawa.
• Reaksi Ibu Mahasiswa Unila yang Tewas saat Diksar Mapala, Langsung Pingsan Lihat Anak Terbujur Kaku
Rosdiana langsung pingsan, tak kuasa menahan kesedihan menyaksikan anaknya sudah terbujur kaku di kamar mayat RS Bumi Waras.
Denny menuturkan kondisi tubuh Aga terdapat luka-luka serta lebam.
Awalnya, Aga sempat pamit kepada kedua orang tuanya untuk ikut camping.
Sang ayah juga sempat mengantar Aga untuk mengikuti kegiatan itu.
Denny sudah berpesan agar anaknya tidak bertindak yang berbahaya.
"Kalau mau camping ya camping, tapi cari selamat saja. Jangan yang berbahaya-berbahaya," ujar Denny saat itu kepada Aga.
Diketahui, diksar diadakan di Desa Cikoak, Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, Lampung sejak Rabu (25/9/2019)-Minggu (29/9/2019).
• 1 Mahasiswa Unila Tewas saat Diksar Mapala, 2 Peserta Lain Dirawat di Rumah Sakit
Ketika hari penjemputan, kedua orangtua Aga tak mendapat kabar apa pun dari buah hati mereka.
Saat itu Denny masih berpikir positif hingga di hari Minggu pukul 14.00 WIB ia mendapat telepon dari RS Bumi Waras.
Pihak rumah sakit menyebut Aga sedang dirawat di sana.
Setibanya di sana, pihak rumah sakit akhirnya membeberkan kondisi sebenarnya bahwa Aga sudah tiada.
Pihak rumah sakit menyebut Aga tiba di rumah sakit dalam kondisi tubuh yang sudah kaku.
Aga mengenakan kaus dalam dan celana pendek dengan badan penuh luka.
"Lihat kaki penuh dengan luka, memar dan biru, begitu juga muka dan tangannya," kata Denny.
Denny yang panik berusaha untuk membangunkan sang istri yang pingsan seketika.
Kini Aga sudah dimakamkan di TPU Dusun Wonokarto, Pekon Wonodadi, Kecamatan Gadingrejo, Pringsewu, Lampung Senin (30/9/2019) sekitar pukul 11.00 WIB.
• 6 Fakta Cinta Segitiga Ratmiati, Hubungan Badan Berujung Maut hingga Temuan 9 Luka Pukulan Batu
Korban Lain Mengaku Dianiaya
Selain Aga, ada juga korban lain dalam diksar tersebut, di antaranya Muhammad Aldi Darmawan (18) yang mengaku dianiaya.
Bahkan kini Aldi terbaring lemah di RS Bhayangkara Polda Lampung dengan tatapan kosong dan tak bisa diajak berkomunikasi.
Ada juga teman Aldi, Fans Salsa Romando (19) yang dirawat di RS Bintang Amin, Bandar Lampung.
Saat ditemui pada Senin (30/9/2019), Aldi terbaring lemah di ranjang ruang 1E RS Bhayangkara ditemani kedua orang tuanya, Suparjiyono dan Komsatinah.
Komsatinah menyebut, anak bungsunya dari tiga bersaudara ini mengaku telah dianiaya oleh para seniornya selama diksar.
Sepulangnya dari diksar, Aldi sempat mengaku kepada ibunya bahwa perutnya dipukul berkali-kali dan pipinya juga ditampar berulang kali.
Tak hanya itu, Aldi dan kawan-kawannya dipaksa untuk merayap tanpa baju.
Akibat hal itu, bagian perut Aldi terdapat banyak luka.
Ayah Aldi, Suparjiyono menegaskan yang menjadi korban dalam diksar bukan hanya Aga dan putranya.
Ia menyebut ada dua teman Aldi yang lain yang juga mengalami kekerasan dan dirawat di rumah sakit lainnya.
"Kalau anak saya Aldi ini dirawat di RS Bhayangkara. Yang lainnya tadi ketemu di Polres Pesawaran," ujar Suparjiyono.
Suarjiyono menganggap kegiatan diksar yang diadakan UKM Cakrawala ini sangat berlebihan dan tidak mencerminkan sifat mahasiswa.
"Kegiatan ini berlebihan. Bukan mencerminkan mahasiswa. Keluarga sangat terpukul," ujarnya.
(TribunWow.com/Ifa Nabila)