Terkini Internasional
Ganti Pipa Saluran Pembuangan di Bawah Restorannya, Pria Ini Justru Temukan Banyak Benda Kuno
Quo Vadis, sebuah restoran di Puglia, Italia akhirnya diresmikan setelah tertunda selama 19 tahun, begini cerita lengkapnya.
Editor: Rekarinta Vintoko
"Saya dulu ke London untuk belajar bahasa, sekarang saya mengelola museum dengan saudara-saudara saya," kata Andrea sambil tersenyum, ketika baru-baru ini saya mengunjungi Lecce.

Saya terpikat kota tua yang mempesona. harta karun yang sangat berharga di Salento, di selatan wilayah Puglia, yang terletak di bagian tumit wilayah Italia yang berbentuk sepatu boot. Apalagi ditambah museum yang menarik, yang berada di atas situs arkeologi.
Tanpa sadar, saya menyerahkan uang pendaftaran sebesar €5 ke salah seorang anggota tim yang melakukan penggalian.
Segera saja saya terpesona dengan apa yang saya lihat, termasuk tangki air berbentuk lonceng yang diukir di batu dan kemudian digunakan sebagai terowongan pelarian, serta komplek pemakaman yang digunakan untuk pemakaman umum, di mana artefak seperti cincin milik seorang uskup Yesuit, ditemukan.
Ketika berjalan-jalan di museum, sulit untuk tidak terpesona ketika mengintip melalui kaca bening yang menutupi mulut sumur sedalam delapan meter.
• Kisah Kriangkrai, Pria Asal Thailand yang Nekat Curi Permata dan Berlian Milik Pangeran Arab Saudi
Terdapat keterangan yang tertulis: "Ada air yang terus menerus keluar dari sungai bawah tanah Idume yang mengalir di bawah Lecce dan kemudian mengalir menuju laut Torre Chianca, yang terletak sekitar 12 kilometer dari Lecce."
Salah satu ruangan museum adalah bagian kapel tua yang digunakan ketika bangunan itu berfungsi sebagai biara dari tahun 1200 sampai 1609.
Altar batunya menampilkan ukiran dedaunan yang mewakili siklus kehidupan. Langit-langit dari Abad ke 16 Masehi di lantai pertama terbuat dari batu tufa yang dibentuk menjadi salib dan terdapat sekitar 600 toples tembikar berbentuk silinder yang berdasarkan keterangan tertulis, digunakan sebagai isolasi termal dan membuat plafon lebih ringan.

Bertemu dengan keluarga di belakang museum adalah hal yang tidak terduga, dan ada binar di mata Luciano dan Andrea ketika membicarakan perihal kedainya. Kedai itu akhirnya dapat direalisasikan Luciano dengan membeli gedung yang terletak di sebelahnya, di 58 Via Ascanio Grandi.
"Ayah saya akan lebih suka jika orang-orang datang ke museum, lalu mengunjungi kedai. Jika keduanya dilakukan jadi lebih baik lagi," kata Andrea. "Ini seperti layanan yang dapat Anda berikan kepada orang-orang, keduanya penting."
Meski demikian, Luciano menahan godaan untuk menggali di bawah kedai. "Yang pasti ada reruntuhan di bawahnya, karena lokasinya persis di sebelahnya," kata Andrea.
Luciano menamakan kedainya Quo Vadis, seperti nama restoran terkenal di London di mana dia pernah bekerja, juga nama judul film Amerika pada 1951 tentang masa kekuasaan kaisar Nero.
Dalam bahasa Latin, quo vadis berarti 'Kamu pergi ke mana?'. Kalimat ini cocok untuk Luciano, yang memiliki rencana besar bagi kedua propertinya. Dia berharap bahwa restorannya yang susunan tempat duduknya menghadap situs penggalian bisa menciptakan suasana 'kuno' yang sama dengan museum, dan menyajikan makanan yang memiliki akar Lecce.
"Itu semua saling berhubungan. Makanan sebagai kebudayaan," kata Luciano. "Di setiap museum ada sejarahnya, tetapi makanan juga punya sejarahnya sendiri… Saya ingin orang-orang paham kuliner lokal."

Menunya menampilkan bahan-bahan berkualitas khas wilayah Salento, bersama dengan hidangan spesial mingguan.