Politik Pascapilpres
FPI Sebut Jenis Pendukung Prabowo dari yang Tak Suka Jokowi hingga 'Die Hard', 212 Masuk yang Mana?
FPI sebut jenis pendukung Prabowo, dari yang hater Jokowi sampai 'die hard fan' Prabowo. PA 212 masuk kategori yang mana?
Penulis: Ifa Nabila
Editor: Ananda Putri Octaviani
TRIBUNWOW.COM - Juru Bicara Front Pembela Islam (FPI) Munarman menyebutkan jenis-jenis pendukung Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto saat berkompetisi di Pemilu 2019.
Munarman menyebutkan beberapa jenis pendukung Prabowo, di antaranya pendukung yang memang tidak suka dengan Joko Widodo (Jokowi) hingga pendukung 'die hard' atau yang cinta mati kepada Prabowo.
Dalam kesempatan itu, Munarman juga mengungkapkan jenis penggemar Prabowo yang manakah Presidium Alumni (PA) 212 saat Pilpres 2019 lalu.
Hal tersebut disampaikan Munarman dalam tayangan yang diunggah kanal YouTube Indonesia Lawyers Club, Selasa (30/7/2019).
Awalnya, Munarman tengah menjelaskan bahwa 212 bukan gerakan politik yang mengidolakan tokoh berdasarkan siapa sosok tokoh itu.
• Ditanya soal Nasib Kelompok 212, FPI Tegaskan Tak Tertarik Politik Teuku Umar dan Gondangdia

• Rocky Gerung Sebut PA 212 Bukan Permainan Politik Prabowo: Sulit Jawab Posisinya, Perlu Trump
Sehingga menurut Munarman, 212 sebenarnya bukan mengidolakan sosok Prabowo karena individunya, namun karena melihat potensi Prabowo untuk melaksanakan agenda 212.
Dengan demikian, Munarman menganggap pertemuan Prabowo yang baru-baru ini terjadi, seperti dengan Jokowi dan Megawati Soekarno Putri, memang wajar terjadi.
"Nah ini menurut saya penting sekali untuk kita tanamkan, sehingga kita tidak terlalu pusing dengan aktor-aktor politiknya."
"Kita juga tidak terlalu pusing dengan peristiwa-peristiwanya, tetapi kita lebih consent kepada agenda-agenda apa untuk memperbaiki bangsa ini ke depan," terangnya.
Menurutnya, pertemuan para tokoh politik dari kubu berseberangan wajar terjadi, apalagi setelah kompetisi selesai.
• Lihat Respons Gerindra soal Prabowo Ditinggal PA 212, Aiman Tertawa: Sudah Enggak Diakuin?
"Memang hal yang wajar-wajar saja, bila aktor-aktor politik melakukan pertemuan-pertemuan setelah apa yang disebut oleh Mas Qodari tadi, itu setelah kompetisinya selesai."
"Itu wajar-wajar saja, tidak ada yang aneh, tidak ada yang istimewa," ujarnya.
Bagi Munarman semua peristiwa dalam praktik politik Indonesia memang kenyataannya harus dan wajar terjadi demikian dan tak perlu dibuat sedih.
"Karena apa, karena memang itulah realitas politiknya, jadi kita tidak terlalu pusing, kita tidak terlalu bersedih," kata Munarman.
Namun Munarman tak menutup kemungkinan ada realita lainnya yang mana banyak pendukung Prabowo bersedih karena tokoh bangsa itu memutuskan untuk bertemu dengan tokoh kubu berseberangan.
• Sekda Kalteng: Pemindahan Ibu Kota Baru Picu Pembakaran Lahan dengan Sengaja