Politik Pascapilpres
Alasan Rocky Gerung Mengapa Gerakan 212 Perlu Ada: Ini Hasil Imajinasi Bangsa, Perlu Dihormati
Pengamat Politik, Rocky Gerung memberikan penjelasan mengapa posisi Presidium Alumni (PA) 212 di Indonesia penting untuk hormati.
Penulis: Roifah Dzatu Azma
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Pengamat Politik, Rocky Gerung memberikan penjelasan mengapa posisi Presidium Alumni (PA) 212 di Indonesia penting untuk ada dan dihormati.
Dilansir TribunWow.com, hal itu diungkapkan Rocky Gerung saat menjadi narasumber dalam acara 'Indonesia Lawyers Club' yang diunggah dalam kanal Youtube Indonesia Lawyers Club, pada Selasa, (30/7/2019).
Rocky Gerung menuturkan bahwa seharusnya eksistensi PA 212 tak diributkan hanya karena adanya pertemuan antar tokoh yang terjadi belakangan ini.
"Jadi kalau ada pikiran bahwa 212 ini dipertanyakan eksistensinya hanya karena ada pertemuan antar tokoh politik seminggu ini, seolah-olah 212 itu adalah permainan kemarin sore," ucap Rocky Gerung.
Rocky Gerung mengaku menangkap bahwa PA 212 bukan permainan politik Prabowo Subianto.
"Saya menangkap ada roh yang jujur pada gerakan itu lepas dari kontroversinya, 212 bukan permainan politik Prabowo," lanjut Rocky Gerung.
• Setuju Uraian Rocky Gerung soal 212, Ridwan Saidi Sebut Ada Gerakan Sama di Tahun 1953: Besar Sekali

Rocky menilai gerakan PA 212 harus dihargai oleh berbagai pihak.
"212 tidak memperoleh legitimasinya di Monas, atau kelanjutanya 414 atau dan seterusnya, 212 adalah teks sosial bangsa ini, hasil imajinasi bangsa ini dan kita mesti hormati itu," katanya.
"Karena enggak mungkin kita sekedar mengatakan 'ya itu sekedar insipirasi politik 2019' enggak, itu di jauh di belakang sana ada perdebatan yang kita sebut perdebatan dasar negara yang enggak pernah selesai."
Disebutkan Rocy Gerung, bahwa gerakan seperti PA 212 ada dalam konstitusi Indonesia.
"Jadi legitimasinya ada di konstitusi negara kita. Namanya aja 212 dulu piagam Jakarta," ungkapnya.
• Juru Bicara FPI Sebut PA 212 Tak Tertarik dengan Politik Nasi Goreng dan Nasi Uduk hingga Bagi Kursi
Sehingga ia menyayangkan, PA 212 dianggap gerakan radikal oleh beberapa kalangan.
"Ngaconya adalah seluruh konsep bernegara itu, lalu disederhanakan sebagai ancaman bahkan istilahnya disebut teroris," kata Rocky Gerung.
"Presiden menyebutkan itu secara insinuatif. Nah saya ingin agar presiden membaca teks sosial kita sebagai catatan historis kita. Supaya beliau tidak menjadi corong dari kepongahan global dalam atau kedunguan lokal dalam membaca politik," paparnya.
"Kan itu yang membikin jengkel hari ini kan," tambah Rocky Gerung.