Breaking News:

Terkini Daerah

Kisah Depi, Bocah 9 Tahun di Kulon Progo, Ditinggal Ibu Meninggal hingga Rela Rawat Ayah yang Lumpuh

Depi tidak pernah menolak ketika diminta membantu ayahnya, yang kini hidup dengan keterbatasan.

Editor: Lailatun Niqmah
Kompas.com/DANI JULIUS
Putri Depi Nur’aini, 9 tahun, dan Sakijo, 58, di dalam rumahnya di Dusun Tangkisan 3, Desa Hargomulyo, Kulon Progo, DIY. Sakijo dulunya penyadap nira kelapa. Ia lumpuh setelah kali kedua jatuh dari pohon kelapa. Kini, Sakijo hanya berteman anak semata wayangnya, Depi, di rumah mereka yang mungil. Perhatian dan bantuan juga datang dari kerabat dekat yang berada di kanan kiri rumahnya. 

Aktivitasnya di dalam rumah hanya sekitar dipan sebagai tempat tidur, kursi panjang di samping tempat tidur, yang semuanya ada di ruang tamu di rumah.

Di situ pula dirinya makan, tidur, buang air besar menggunakan ember bekas cat dan pispot untuk air seni, hingga menonton televisi.

Kesempatan menikmati udara luar ketika mandi di depan pintu rumah.

Itu pun dilakukan dengan terlebih dulu merambat pada kursi panjang yang sengaja dibawa ke luar rumah oleh tetangganya.

Menderes atau menyadap nira merupakan pekerjaan pokok dirinya sepulang dari merantau dari berbagai daerah di Indonesia, baik Sumatera hingga Jawa Barat, 19 tahun lamanya.

Ia kembali ke Tangkisan tahun 2006. Sekembalinya ke Hargomulyo, lulusan sekolah dasar ini menekuni kegiatan membuat gula merah.

Ia menceritakan mampu memanjat 13 pohon kelapa dalam satu hari, yakni pada pukul 06.00-06.30 dan 16.00-18.00. Selain memanjat, ia juga sekaligus memasak nira itu menjadi gula merah.

Ruben Onsu Beberkan Ternyata Selama Ini Nunung Nafkahi 50 Orang, Bagus Permadi Langsung Terisak

“Bisa dapat 3-4 kilogram sehari. Lantas dijual ke orang (pengepul),” kata Sakijo.

Pekerjaan menyadap nira berisiko jatuh dari pohon. Dan Sakijo mengalami hal ini, bahkan sampai dua kali.

Ia jatuh dari ketinggian 8 meter untuk pertama kali pada 2017, pingsan lantas masuk rumah sakit. Ia kembali memanjat usai sembuh.

Setelah hidupnya sempat diwarnai stroke ringan, Sakijo kembali jatuh pada pertengahan Agustus 2018. Tragedi itu sangat fatal bagi dirinya.

Ia jatuh dari ketinggian 8 meter karena salah memegang pelepah pohon kelapa.

Ia jatuh namun tidak pingsa. Ia sadar ketika itu bahwa dirinya tidak lagi bisa merasakan kedua tungkai kakinya.

Terpaksa ia berobat di rumah sakit.

Namun, harapannya untuk bisa berjalan juga pupus setelah keluar masuk rumah sakit dan pengobatan alternatif yang tidak juga menunjukkan hasil.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Tags:
KemiskinanKulon ProgoYogyakarta
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved