Breaking News:

Erupsi Gunung Tangkuban Parahu

Aktivitas Terkini Gunung Tangkuban Parahu Minggu 28 Juli 2019 Pasca-Erupsi, Warga Diminta Waspada

Masyarakat diimbau waspada terhadap terjadinya letusan freatik yang bersifat tiba-tiba dan tanpa didahului oleh gejala-gejala vulkanik yang jelas

Editor: Lailatun Niqmah
Tribun Jabar/Zelphi
Petugas diturunkan untuk membersihkan abu vulkanik yang bertebaran mencapai ketebalan 10 sentimeter di jalan menuju kawah Gunung Tangkuban Parahu, Desa Cikole, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Sabtu (27/7/2019). Menyusul erupsi pada Jumat (26/7/2019), Taman Wisata Alam Tangkuban Parahu ditutup bagi wisatawan selama tiga hari. 

Selain bahaya Gunung Tangkuban Perahu meletus, warga di Lembang atau sekitar Gunung Tangkuban Parahu, khawatir terjadi gempa yang potensinya bisa mencapai magnitude 7 skala richter.

Dari hasil penerlitian Sesar Lembang ini aktif dan sewaktu-waktu bisa terjadi gempa.

Pemerintah Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bandung, dan Kota Bandung kemudian aktif melakukan sosialisasi soal mitigasi bencana gempa Sesar Lembang.

Antara Gunung Tangkuban Parahu dan rekasi Sesar Lembang ternyata masih sulit dipastikan keterkaitannya.

Hanya, soal erupsi Gunung Tangkuban Perahu yang kemarin terjadi masih dikatakan relative aman dan tidak menimbulkan kegempaan.

Kepala Pusat Penelitian Geoteknologi pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Eko Yulianto, mengatakan, masyarakat tidak perlu khawatir dengan kemungkinan peningkatan aktivitas Sesar Lembang menyusul erupsi Gunung Tangkuban Parahu.

Erupsi Gunung Tangkuban Parahu, kata Eko, masih bersifat freatik atau masih melibatkan aktivitas air pada bagian atas gunungnya, dan belum memperlihatkan indikasi pengaruh kenaikan magma.

Hal itu terlihat dari asap erupsi yang berwarna putih, menandakan kandungan air.

"Masih bagian atasnya. Kalau magma yang naik, indikasinya adalah warna asap hitam. Kalaupun letusan magmatik, bisa jadi itu bukan letusan besar (yang bisa memengaruhi aktivitas sesar)," kata Eko saat dihubungi semalam.

Eko mengatakan, para ilmuwan pun sulit mengaitkan hubungan antara aktivitas gunung berapi dengan aktivitas sesar.
Pengaitan ini, katanya, boleh dikatakan masih relatif spekulatif.

"Jadi, sifatnya tidak bisa dipastikan. Kita tidak tahu karena mungkin selama ini tidak banyak riset yang dilakukan terkait itu. Sifatnya menebak-nebak, apa iya apa tidak," katanya.

Namun, menurut sejarahnya, kata Eko, terbentuknya Sesar Lembang memang terkait erat dengan letusan Gunung Sunda Purba.

"Letusan Sunda Purba dulu itulah yang mengawali proses pembentukan Sesar Lembang. Tapi itu letusan yang luar biasa besar. Dua letusan, 200 ribu tahun lalu dengan 50 ribu tahun lalu, dua-duanya kataklismik," katanya.

Namun, jika sifat letusan masih seperti yang terjadi pada Jumat sore, kata Eko, tidak akan berkaitan dengan Sesar Lembang.

Kepala Sub-Bidang Mitigasi Gunungapi Wilayah Barat PVMBG, Nia Khaerani, mengatakan, erupsi di Kawah Ratu, Jumat sore, tak disertai gejala vulkanik yang jelas.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jabar
Tags:
Erupsi Gunung Tangkuban ParahuGunung Tangkuban ParahuJawa Barat
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved