Kabar Tokoh
Said Didu Ingatkan Indonesia Waspada Utang ke China dan Ungkap Sanksi 3 Negara Ini yang Gagal Bayar
Mantan Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Said Didu mengingatkan bahwa Indonesia harus tetap waspada terhadap China.
Penulis: Atri Wahyu Mukti
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Mantan Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Muhammad Said Didu mengingatkan agar Indonesia harus tetap waspada terhadap China.
Hal itu disampaikan Said Didu saat membahas utang bangsa ke China melalui acara Indonesia Busines Forum di tvOne, Rabu (8/5/2019).
Awalnya, pembawa acara mengatakan bahwa sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia memiliki utang paling banyak ke China.
Terkait hal itu, pembawa acara lantas menanyakan kepada Said Didu apakah dengan kondisi tersebut, BUMN masih bisa dikatakan aman atau tak terancam.
• UPDATE Real Count KPU Pilpres 2019, Data Masuk 73 Persen, Lihat Perolehan Jokowi Vs Prabowo
Said Didu kemudian menjelaskan bahwa semua orang perlu waspada terhadap negara yang dijuluki Tirai Bambu tersebut.
"Sebelum ke sana, saya pikir semua orang perlu memasang kewaspadaan dengan China," ujar Said Didu.
Said Didu mengatakan bahwa ada empat alasan mengapa dirinya mengatakan perlu adanya kewaspadaan terhadap China.
"Satu, karakter China memberikan utang itu berbeda dengan negara lain," jelas Said Didu.
"Kedua, negara-negara penerima utang dari China menghadapi masalah."
"Ketiga, pengalaman di dalam negeri."
"Keempat adalah swasta, yang dikatakan swasta di China itu hampir tidak ada swasta di China," sambungnya.
• Ditanya soal Konsekuensi Keputusan Pemilu 2019, Mardani Ali: DPR Tak Ingin Buru-buru Evaluasi Total
Dirinya mengungkapkan bahwa sudah sejak lama China memiliki karakter yang berbeda dari negara-negara lainnya.
Said Didu memaparkan bahwa hal itu terbukti dan bisa dilihat pada sejumlah negara yang gagal membayar utang ke China.
"Terbukti dari berbagai negara seperti Zimbabwe itu mengganti mata uang, Sri Lanka menjual BUMN-nya 70 persen, Angola memaksa semua bahan baku dari China dan tenaga kerja China bekerja di Angola,"
"Nah, itu modusnya sama, Turki juga seperti itu, di Indonesia juga seperti itu,"