Breaking News:

Pemilu 2019

Faktor-faktor Tumbangnya Petugas TPS pada Pemilu dan Pilpres 2019, Begini Penjelasan KPU

Pelaksanaan Pemilu dan Pilpres 2019 ini digelar secara serentak. Hal itu mengakibatkan penyelenggara KPPS harus menguras tenaga dalam pemilihan ini.

Editor: Mohamad Yoenus
(Kompas.com/Fitria Chusna Farisa)
Komisioner KPU Viryan Azis di kantor KPU, Menteng, Jakarta Pusat. 

TRIBUNWOW.COM - Komisioner Komisi Pemilihan Umum ( KPU) DKI Jakarta Nurdin menyebutkan sejumlah faktor yang membuat banyak kelompok penyelenggara pemungutan suara ( KPPS) yang sakit hingga meninggal selama penyelenggaraan pemilu dan pilpres 2019.

Mahfud MD hingga Iwan Fals Komentari Banyaknya Korban saat Pemilu 2019, Minta Evaluasi dari KPU

Faktor pertama adalah lantaran pemilu dan pilpres pada tahun ini digelar secara serentak untuk memilih presiden, DPR, DPRD, dan DPD.

Hal ini berpengaruh pada tenaga, waktu, hingga pikiran serta beban pada petugas.

"Kemudian secara enggak langsung tingkat pekerjaan kemudian pikiran, tenaga juga harus ekstra. Di samping itu memang anggaran sama saja artinya yang diperoleh teman-teman. Walaupun pekerjaan banyak dananya sama saja (seperti pemilu sebelumnya)," kata dia saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (20/4/2019).

Nurdin mengungkapkan, dengan anggaran yang sama seperti pemilu sebelumnya namun dengan pekerjaan yang lebih banyak membuat sebagian petugas memutuskan untuk mundur.

Kerap Dikaitkan dengan Hal Negatif, Mahfud MD Jelaskan Arti dan Contoh People Power Sebenarnya

Faktor lainnya adalah dengan adanya pemilihn serentak membuat Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) dan Panitia Pemungutan Suara (PPS) kerepotan mengurus logistik yang sangat banyak.

"Apalagi mereka ini orang yang kita rekrut bekrja selama pemilu saja. Sehingga dia awalnya belum paham sistemnya learning by doing terus ditambah lagi ada pembatasan periodesasi PPK, PPS, dan KPPS. Sehingga yang sudah berkali-kali ikut pemilu harus kita stop dengan adanya regulasi itu," ujarnya.

Menurutnya para petugas akhirnya kaget karena tekanan yang datang semakin tinggi terutama tekanan dari para pemilih.

"Santai taunya gedebak gedebuk belum lagi pressure dari masyarakat," tutur Nurdin.

Ia mengungkapkan, petugas KPPS, PPK, dan PPS mempunyai masa kontrak kerja selama satu bulan dari 20 Maret - 20 April 2019.

UPDATE Real Count KPU 35 Wilayah Pilpres 2019, Jokowi-Maruf Vs Prabowo-Sandi, Data Masuk 37.815 TPS

Mereka melakukan beberapa pekerjaan seperti melakukan pendistribusian C6, menyiapkan TPS minimal H-1, mempersiapkan sampai hari H, membuka TPS pada pukul 07.00 hingga 13.00, lalu melalukan penghitungan suara selambat-lambatnya selama 24 jam.

"Kemarin ada yang menghitung dari jam 1 sampai jam 8 pagi baru diantarkan kotaknya. Kondisi ini walaupun tidak bisa dijadikan alasan utama tapi namanya tenaga manusia pikiran pasti ada errornya," tutupnya.

Sebelumnya, Nurdin mengatakan, pihaknya menerima sejumlah laporan terkait anggota kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) yang sakit hingga meninggal selama penyelenggaraan pemilu dan Pilpres 2019.

Ia menyebut, ada satu anggota KPPS yang meninggal pada malam sebelum pemilu karena kelelahan.

"Kalau sakit banyak. Kalau meninggal ada 1 orang itu yang malam sebelum pemilu dia meninggal. Di TPS di Jakbar karena kecapekan," ucap Nurdin. (Ryana Aryadita Umasugi)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Ini Penyebab Banyak Petugas TPS Sakit hingga Meninggal Saat Pemilu 

WOW TODAY:

Sumber: Kompas.com
Tags:
Tempat Pemungutan Suara (TPS)Pilpres 2019Komisi Pemilihan Umum (KPU)
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved