Breaking News:

Viral Medos

Mendikbud Sebut Kasus Audrey Tak Seperti yang Viral di Medsos, Ini Beda Penuturan Korban dan Pelaku

Kasus penganiayaan yang bermula dari viralnya media sosial kini melebar luas dan menyedot perhatian publik. Namun ada sejumlah kejanggalan.

Penulis: Roifah Dzatu Azma
Editor: Ekarista Rahmawati Putri
Capture Change.org
Petisi #JusticeForAudrey yang sudah ditandatangani lebih dari 3 juta warganet. Angka ini terakhir dilihat pada Rabu (10/3/2019) pukul 15.43 WIB 

TRIBUNWOW.COM - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Muhadjir Effendy mengutarakan kasus viral yang menyebar adanya siswi SMP yang dikeroyok 12 siswi SMA di Pontianak tak seperti yang beredar di media.

Diberitakan TribunPontianak, Kamis (11/4/2019), Muhadjir mendatangi Mapolres Kota Pontianak, untuk berkoordinasi dengan pihak kepolisian terkait kasus pengeroyokan yang terjadi dua minggu lalu tepatnya, Jumat (29/3/2019).

Saat di Mapolres, Muhadjir mengatakan kasus yang penganiayaan yang terjadi kenyataannya tidak seperti viral di media sosial.

Dirinya mengatakan demikian seusai mendapatkan penjelasan dari Kapolresta Pontianak.

Menurutnya, isu yang beredar di media sosial, korban dikeroyok 12 pelaku dan sempat dirusak organ vitalnya.

Namun hal itu tidak terbukti berdasarkan hasil visum oleh pihak rumah sakit.

Ia memberikan imbauan kepada para orangtua dan guru untuk memantau kelompok anak remaja.

"Saya minta orangtua dan guru betul-betul memantau kelompok siswa peer grup di masing-masing sekolahnya dan harus diarahkan. Jangan sampai digunakan untuk maksud-maksud menyimpang," ujar Mujadjir.

Pelaku Pengeroyok Audrey Tidak Diproses Hukum karena di Bawah Umur? Begini Kata KPAI dan Polisi

Seusai ke Mapolresta, Muhadjir juga mengunjungi korban, Audrey di RS Promedika Pontianak.

Ia menuturkan telah melihat langsung dan juga berbincang dengan Audrey.

Menurutnya kondisi Audrey terkini telah kembali ceria.

"Anaknya sudah ceria, ngobrol dengan saya pakai bahasa inggris, anaknya pintar, dan dia berterima kasih bilang saya 'Pak Menteri orangnya baik'," ucap Muhadjir menjelaskan pertemuannya dengan AU di ruang perawatan.

Muhadjir kembali menuturkan agar semua pihak menahan diri dan jangan membuat persoalan semakin melebar.

Ia berpesan jangan sampai kasus yang ada terlalu dibesar-besarkan .

"Serahkanlah urusannya ke pihak yang berwajib (kepolisian) dan saya sudah berbicara dengan pihak Kapolresta menurut saya semuanya sudah dilakukan sesuai dengan aturan yang ada," ucap Muhadjir.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Muhajir Effendy (pakai topi) diwawancarai awak media usai membesuk AU (siswi SMP korban kekerasan di Pontianak) di Rumah Sakit ProMEDIKA Pontianak, Kalimantan Barat, Kamis (11/4/2019) siang.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Muhajir Effendy (pakai topi) diwawancarai awak media usai membesuk AU (siswi SMP korban kekerasan di Pontianak) di Rumah Sakit ProMEDIKA Pontianak, Kalimantan Barat, Kamis (11/4/2019) siang. (TRIBUN PONTIANAK/ANESH VIDUKA)

Sedangkan Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji juga menuturkan bahwa dirinya mempercayai hasil visum yang telah dikeluarkah hasilnya oleh pihak kepolisian.

"Kita percaya dengan hasil visum. Kalau misalkan ada hal-hal yang bombastis tidak juga," ujarnya, Kamis (11/4/2019).

Menurutnya jika dilihat dari pemaparan dari pihak kepolisian bahwa peristiwa Audrey merupakan perkelahian anak biasa saja.

"Cuma siapa pertama kali yang buat informasi bahwa ada ini itu dan sebagainya yang bombastis itu siapa," ujar mantan Wali Kota Pontianak dua periode tersebut.

Meski begitu ia tetap setuju jika proses hukum berjalan untuk terduga pelaku penganiayaan.

"Tapi bukan berarti kita akan menghukum, proses tetap ada. Harus diupayakan mediasi antar kedua belah pihak," ujarnya.

Kronologi Lengkap Kasus Pengeroyokan Audrey, Pengakuan Para Pelaku, hingga Hasil Visum Rumah Sakit

Kronologi Penganiayaan versi Korban

Disebutkan oleh Wakil Ketua Komisi Pengawasan dan Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Kalbar, Tumbur Manalu, korban AU ternyata sebenarnya bukan target utama pelaku.

Awalnya pelaku ternyata mengincar kakak sepupu korban, PO.

Namun lantaran korban terlibat saling balas komentar di media sosial, pelaku akhirnya merencanakan pengeroyokan tersebut.

Dikutip dari TribunPontianak, pelaku meminta tolong korban untuk mempertemukan PO.

AU yang tidak mengenal para oknum menyanggupi hal itu dan menemui PO bersama oknum terduga pelaku.

Setelah bertemu PO, oknum yang menjemput korban ternyata tak sendiri.

Ada empat orang lain yang kemudian membawa AU dan PO ke tempat sepi di Jalan Sulawesi.

Kakak sepupu korban kemudian terlibat baku hantam dengan oknum berinisial D.

Komentari Kasus Penganiayaan Audrey, Hotman Paris: Kenapa Hasil Visum Berkata Lain?

Sementara tiga teman D melakukan kekerasan terhadap AU.

Disebutkan korban di-bully, rambutnya ditarik dan disiram menggunakan air.

Tak sampai di situ, kepala AU juga dibenturkan ke aspal, dan perutnya diinjak.

Sementara itu ada sembilan siswi lain yang menyaksikan kejadian tersebut, dilaporkan tertawa tanpa berupaya menolong korban.

Setelah melakukan penganiayaan, pelaku meninggalkan korban begitu saja.

Bahkan pelaku sempat memberikan ancaman akan menyiksa korban kembali jika melapor ke orangtuanya.

"Ada ancaman pelaku bahwa kalau sampai mengadu ke orangtuanya, akan mendapatkan perlakuan lebih parah lagi," kata Wakil Ketua KPPAD, Tumbur Manalu dikutip TribunPontianak.com Senin (8/4/2019).

Hasil Penyelidikan

Dikutip dari Kompas.com, polisi membeberkan hasil penyelidikan sementara kasus Audrey.

Diberitakan bahwa pelaku pengeroyokan berjumlah 12 orang.

Namun Kasat Reskrim Polresta Pontianak, Kompol Husni Ramli menegaskan, pelaku utama pengeroyokan hanya berjumlah 3 orang.

Mereka adalah pelajar di sebuah SMA di Pontianak.

"Sejauh ini yang terduga pelaku berjumlah tiga orang bukan 12 orang seperti yang beredar," ucap Kompol Husni, Selasa (9/4/2019).

Dijelaskan olehnya, ketiga pelaku mempunyai peran yang berbeda.

Ketiganya yakni E, T, dan L.

Sementara dua orang lainnya yakni D dan P yang merupakan siswi yang menjemput korban Audrey di rumahnya.

Saat kejadian korban menggunakan celana panjang jenis kulot yang tidak mungkin adanya kekerasan secara langsung pada organ vital korban.

"Tidak ada (penganiayaan organ vital) karena korban pakai celana panjang kulot," kata Husni, Selasa (9/4/2019).

Kronologi Lengkap Kasus Pengeroyokan Audrey, Pengakuan Para Pelaku, hingga Hasil Visum Rumah Sakit

Hal senada juga disampaikan oleh Kapolresta Pontianak, Kombes M Anwar Nasir, Rabu (10/4/2019).

"Saya ulangi, organ vital selaput dara tidak tampak luka robek atau memar," kata Anwar.

M Anwar Nasir mengatakan, dari hasil visum diketahui jika tak ada bengkak di kepala korban.

Kondisi mata korban juga tidak ditemukan memar. Penglihatan korban juga normal.

Lebih lanjut Kapolresta mengatakan, untuk telinga, hidung, tenggorokan (THT) tidak ditemukan darah.

"Kemudian dada tampak simetris tak ada memar atau bengkak, jantung dan paru dalam kondisi normal," katanya.

Kondisi perut korban, sesuai hasil visum tidak ditemukan memar. Bekas luka juga tidak ditemukan.

"Kemudian organ dalam, tidak ada pembesaran," jelasnya.

Penjelasan Pelaku

Motif penganiayaan ini, yakni rasa dendam dan kesal tersangka terhadap korban.

"Pengakuan tersangka, korban suka nyindir-nyindir. Ada yang masalah tadi pacarnya satu, yang kedua salah satu tersangka ini, yang notebene ibunya sudah meninggal dunia, tapi selalu diungkit-ungkit pernah meminjam uang. Padahal sudah dibayar mengapa masih di ungkit-ungkit," kata Kapolresta.

Sedangkan seorang pelaku juga membantah melakukan pengeroyokan.

"Kami membantah tuduhan dari para netizen yang mengatakan kami menganiaya korban pada bagian intim, membenturkan kepada korban ke aspal dan menyiramkan air, itu semua tidak benar," ujar satu dari mereka.

Mereka juga menuturkan tidak melakukan penculikan apalagi melakukan penipuan memancing korban untuk bertemu.

"Korban sendiri yang minta dijemput, lagipula saat itu bukan dua belas orang yang menganiaya sekaligus, tapi kami satu lawan satu, dan perlu diketahui tidak semua yang ada disitu memukul, beberapa dari mereka hanya melihat saja," cerita terduga pelaku.

"Kami adalah teman sejak Sekolah Dasar, oleh sebab itulah kami berbeda-beda sekolah, jadi kami bukan geng," ucap salah satu di antara mereka.

Bukan Asmara, Ternyata Ini Awal Masalah yang Buat Pelaku Keroyok Audrey, Lihat Video Pengakuannya

Seorang yang menjadi tersangka pemukulan mengaku bersalah dan meminta maaf.

Namun dirinya juga mengaku menjadi korban atas pemberitaan yang berlebihan di media sosial.

"Saya satu di antara terduga pelaku 2 orang ini. Saya meminta maaf kepada korban dan keluarga korban. Dan kalian semua harus tahu di sini saya juga korban karena saya sekarang sudah dibully, dhina, dicaci, dimaki dan diteror padahal kejadian tidak seperti itu," ujarnya.

(TribunWow.com)

WOW TODAY:

Tags:
KemendikbudAudrey#JusticeForAudreyMuhadjir Effendy
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved