Terkini Internasional
Kisah Buruh Migran yang Dikirim ke Suriah dan Irak, Perdagangan Manusia Terbesar yang Diungkap Polri
Seorang buruh migran yang dikirim ke Suriah dan Irak secara gelap bercerita tentang pengalaman buruknya dalam kasus "perdagangan manusia terbesar yang
Editor: Claudia Noventa
Ia kemudian bebas setelah dijamin oleh pengacara sebuah organisasi kemanusiaan di Irak, Seed Foundation, dan International Organization for Migration (IOM).
Jingga pulang ke Indonesia pada bulan Februari tahun ini.
"Jangan sampai ada yang berangkat lagi, mohon benar-benar pemerintah nutup ke (jalur) ke Timur Tengah, biar jangan terjadi yang kayak saya ini," kata Jingga.
'Tidak ada laporan'
Jingga adalah salah satu dari setidaknya 1.200 orang yang menjadi korban pengiriman tenaga kerja ilegal ke negara Timur Tengah sejak tahun 2014.
Kasus ini baru diungkap pihak kepolisian dan delapan orang sudah ditetapkan sebagai tersangka.
Kebanyakan korban itu berasal dari Nusa Tenggara Barat dan Jawa Barat.
Mabes Polri mengatakan praktik ini dilakukan oleh empat jaringan berbeda yang merekrut dan mengirim tenaga kerja ke Maroko, Suriah, Turki, dan Arab Saudi.
Kombes Daniel Bolly Tifaona, Kasubdit Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) Mabes Polri, mengatakan polisi baru mengungkap kasus yang disebut "perdagangan manusia terbesar yang pernah dibongkar Polri" ini karena ketiadaan laporan korban.
"Mungkin dia malu karena diperkosa segala macam, jadi kita tidak tahu ada korban-korban dari negara Timur Tengah itu. Itu kesulitan kita," kata Daniel.
Ia menambahkan Undang-Undang terkait TPPO mewajibkan adanya pelaporan untuk penyidikan. Kasus ini, kata Daniel, akhirnya terungkap setelah sekitar 30 orang melakukan pelaporan ke pihak kepolisian tahun ini.
Meski begitu, Daniel mengakui masih ada jaringan lain yang terlibat dalam kegiatan serupa ini dan kepolisian sedang mencari orang-orang itu.
"Yang kita cari banyak," kata Daniel.
• Trending di YouTube, Lagu Moshimo Mata Itsuka (Mungkin Nanti) Ariel Noah Dipuji Orang Jepang
'Tidak tahu soal moratorium'
Jingga mengatakan ia tidak tahu soal moratorium yang diberlakukan pemerintah pada tahun 2015 yang melarang pekerja domestik bekerja di negara-negara Timur Tengah.