Kabar Tokoh
Kisahkan Bung Karno Mengemis pada Seluruh Dunia, Kwik Kian Gie Sesalkan Hasilnya saat Ini
Mantan Menteri Ekuin Kwik Kian Gie menceritakan kisah Presiden Pertama RI Bung Karno yang pernah mengemis pada negara seluruh dunia.
Penulis: Tiffany Marantika Dewi
Editor: Lailatun Niqmah
"Yang saya amati di dalam perusahaan asing semua itu yang mengoperasikan mengendalikan itu orang Indonesia, orang asingnya cuman satu di atas, itu kenyataan," tutur Kwik Kian Gie.
• Komentari Pembangunan Infrastruktur Pemerintahan Jokowi, Kwik Kian Gie: Ngawur!
Dalam acara itu, Kwik Kian Gie juga sempat mengatakan asing yang masuk ke negara Indonesia bisa dibagi menjadi dua, yakni untung rugi secara komersial dan untung rugi secara kedaulatan.
"Jadi kita harus membedakan untung rugi secara komersial dan kedaulatan," ujar Kwik.
"Secara untung rugi itu kan investor asing di-invite dengan karpet merah oleh karena sangat dibutuhkan."
Kwik lalu bercerita pengalamannnya menghadapi perusahaan maupun pimpinan asing.
"Saya akan cerita dua pengalaman, yang pertama dari mulutnya Pak Adam Malik almarhum bercerita pada saya bahwa waktu Indonesia pertama kali, ini bukan zaman Pak Jokowi, ini zaman Pak Harto."
"Pertama kali invite investor asing itu city bank mau masuk, city bank mau masuk silahkan tapi harus sekarang juga mendepositokan uangmu di dalam negeri sambil menunggu izin keluar."
"Dia mendepositokan uang tingkat bunganya tinggi sekali waktu itu, dia izin. Izinnya satu tahun lebih baru keluar, waktu izin keluar dan dia beroperasi uangnya sudah kembali, bagian terbesar dari bunga yang dibayar oleh pemerintah jadi hampir 0."
"Sesudah itu karena nama besar, masyarakat percaya menabung di sana, tabungan itulah yang dipakai untuk membiayai perusahaan-perusahaan Amerika, jadi perusahaan Amerika beroperasi dibiayai oleh bangsa Indoensia, dipimpin oleh orang asing. Ini Pak Adam Malik."
• Pernyataan Kwik Kian Gie yang Membuat Fadjroel Rachman Unggah Surat Tantangan Debat dari Adinoto
Sementara cerita kedua adalah pengalaman soal perusahaan Jerman yang berada di Indonesia.
"Pengalaman saya sendiri pernah ke agen tunggal dari pabrik televisi, lancar semua, bank yang memberi kredit pada saya adalah Europian Asian Bank," ujar Kwik.
"Kan kontrak-kontrak kalau sudah habis kontraknya diperpanjang selama masih beres, loh ini kan beres, saya bayar bunga terus? Iya tapi kan dana yang saya berikan kredit kepada Anda diberikan ke perusahaan Jerman di bumi Indonesia, ini semua kenyataan."

Menteri era Pak Harto ini lalu bercerita soal keuntungan perusaahaan asing di Indonesia.
"Sekarang mengenai cost benefit, perusahaan asing yang di sini itu kita lihat perincian neraca dan perincian rugi labanya itu kan per omzet."
"Jadi omzet itu kan uang yang masuk dari penjualan kemudian omzet satu tahun, 6 bulan, atau 3 bulan kita bagi habis berapa rupiah bahan baku listrik, berapa ini, berapa ini, perbandingannya seperti apa, yang sangat-sangat besar itu perusahaan yang milik orang asing, jadi ditinjau cost benefit apa mesti diusir semua? Tidak."