Breaking News:

Pemilu 2019

Kisah Pedagang Kopi dan Mantan Tukang Ojek yang Mengadu Nasib Jadi Wakil Rakyat

Seperti tahun 2014 lalu, panggung pemilu legislatif tahun ini kembali diramaikan sejumlah kandidat dari masyarakat ekonomi kurang mampu.

BBC INDONESIA
Eha menjajakan kopinya di Pasar Kranggot, Cilegon, Banten, setiap hari sejak pukul satu dini hari hingga pukul delapan pagi 

Eha merapikan keranjang berisi dagangannya di salah satu sudut halaman Pasar Kranggot, Cilegon, Banten. Rentengan kopi sachet berbagai merek, setumpuk gelas plastik, dan sebundel kertas fotokopi bergambar wajahnya ia susun rapi di dalam keranjang itu.

"Yang asli habis, Pak, makanya difotokopi," jelas Eha sambil memperlihatkan kertas selebaran itu kepada BBC.

'Coblos Eha Soleha, caleg DPRD Kota Cilegon, nomor urut 6' terbaca dari tulisan tangan yang ia bubuhkan di bawah foto dirinya saat diwawancarai presenter kondang Najwa Shihab awal Maret lalu.

Jam masih menunjukkan pukul dua pagi. Meski gelap, aktivitas pasar sudah mulai ramai. Saatnya Eha menjajakan kopi.

Langkahnya cekatan, dengan keranjang di tangan kanan, serta termos air panas di tangan kiri. "Pak haji, ngopi?" sapa Eha kepada salah seorang pedagang sayur.

Tak semua orang yang ditawarinya membeli kopi. Titel caleg dan kertas selebaran kampanye baru akan ia sampaikan ketika ada pembeli.

"Bapak rumahnya di mana, Pak?" tanya Eha kepada seorang pedagang sayur lain yang meminta dibuatkan kopi. Pertanyaan itu agar tahu apakah orang tersebut berasal dari daerah pemilihannya atau tidak.

"Kramat," jawab pedagang itu singkat, sibuk menyusun barang dagangannya. Tidak masuk dapil, pikir Eha.

Eha menjajakan kopinya kepada para pedagang dan pengunjung Pasar Kranggot, kota Cilegon, Banten
Eha menjajakan kopinya kepada para pedagang dan pengunjung Pasar Kranggot, kota Cilegon, Banten (BBC INDONESIA)

Ia lantas menjalankan rencana cadangan: mengajak si pedagang mencoblos partainya saja. "Pak, saya caleg PPP. Nanti (pemilu) milih PPP ya, Pak," balas Eha sambil tersenyum, disambut diam si pedagang.

Hal itu berulang kali ia lakukan saat menemui pembeli yang tidak berasal dari daerah pemilihannya. Hal berbeda dilakoni jika sang pembeli merupakan konstituennya, seperti kepada Roni, pemilik sebuah kios bumbu dapur.

"Nanti Bapak tolong pilih Eha Soleha ya, Pak. Ini kartu nama saya, Eha Soleha, caleg PPP nomor 6," ujar Eha sambil menyerahkan brosur kampanyenya.

Bagi Roni yang sehari-hari berdagang di pasar, kehadiran Eha sebagai caleg yang memiliki latar belakang serupa dengannya membawa harapan.

"Bu Eha kalau mau nyalon bagus sekali ya," ujarnya.

Meski hanya mengenal Eha sebagai pedagang kopi keliling, ia berharap Eha bisa membantu para pedagang kecil.

"Keluhan pembeli itu biasanya pada harga. Pengennyadimurahin lah harga semuanya bahan-bahan jualan kita," harap Roni kepada Eha.

Halaman
1234
Sumber: BBC Indonesia
Tags:
Pemilu 2019DPRDManadoKopi
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved