Pilpres 2019
Soal Imbauan Rabu Putih Jokowi, Ini Aturan, Reaksi Tokoh, Kontroversi, hingga Tanggapan BPN
Imbauan pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Nomor urut 02 Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin, terkait Rabu Putih kini menuai polemik.
Penulis: Laila N
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
Dikutip dari Tribunnews.com, Yaqut menyebut Rabu Putih dilakukan untuk melawan hoaks.
Hoaks, terang dia, memengaruhi masyarakat untuk tidak berangkat ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) dan menggunakan hak pilih.
Karena itu, untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam memiih, GP Ansor pun menyerukan gerakan Rabu Putih itu.
"Kita punya 4,7 juta kader Ansor seluruh Indonesia. Sebagian kita akan fungsikan mereka sebagai tenaga pembantu pengamanan TNI, Polri. Kemudian yang lain, yang tidak sedang bertugas, kita minta untuk menggerakkan pemilih," kata Yaqut.
Di sisi lain, sejumlah tokoh memberikan kritik atas gerakan Rabu Putih yang digalakkan oleh Jokowi, dengan tujuan memilih pasangan yang berbaju putih.
Seperti yang disampaikan oleh Guru Besar Universitas Indonesia (UI) Tamrin Tomagola dan Analis LIPI Syamsuddin Haris.
Menurut mereka, imbauan ini berpotensi memecah belah masyarakat.
"Benarkah @jokowi imbau pendukungnya berbaju-putih saat ke TPS pada Rabu, 17 April 2019 ?
Imbauan ini berpotensi memecah-belah dan meng-hadap-hadap-kan pemilih berbaju-putih dgn pemilih berbaju non-putih.
Sadarkah bhw polarisasi hitam-putih berujung konflik-kekerasan ?," tulis Tamrin Tomagola, Rbau (27/3/2019).
Syamsuddin Haris melalui akun Twitternya mengaku sepakat dengan Tamrin Tomagola.
Ia menyebut imbauan ini tidak bijak.
"Ya benar, ini imbauan yg tdk bijak. Penyeragaman --baju, atribut, apalagi pikiran-- bertentangan dgn semangat merayakan keberagaman.
Di TPS basis 01, pemilih berbaju berwarna berpotensi alami persekusi. Sebaliknya, di TPS basis 02, pemilih berbaju putih potensial dipersekusi," ujarnya.

Reaksi BPN Prabowo-Sandi