Breaking News:

Pilpres 2019

Debat Dengan Kapitra, Haikal Hassan Singgung Ada Kubu 03 yang Dimaksud dalam Puisi Neno Warisman

Presidium Alumni 212 Haikal Hassan menyinggung ada kubu 03 dalam puisi Ketua Presidium Relawan Tagar 2019 Ganti Presiden, Neno Warisman.

Penulis: Roifah Dzatu Azma
Editor: Ekarista Rahmawati Putri
Twitter/@haikal_hassan
Haikal Hassan 

"Semoga bapak melihat, perang total yang diucapkan Pak Moeldoko ini yang kita curiga ini maksudnya apa?," tanya Haikal.

Haikal Hassan kemudian menyinggung apakah maksud Moeldoko merupakan perang Barathayuda yang dijelaskan Haikal merupakan perang saudara yang berbahaya.

"Nah itu perang keluarga yang membuat hancur kedua belah pihak, jangan-jangan sama (yang dimaksud) kan tidak ada dalam situasi ini," ujar Haikal.

"Kan definisi perang total adalah memobilisasi seluruh daya, kemampuan, peluru, itu untuk habis-habisan, jadi logika perang total ini untuk, jangan-jangan ini kepanikan sehingga dipilihkannya kata perang total, nah stuck-nya elektabilitas Pak Jokowi, itu lawan siapa?," tanya Haikal kembali.

Haikal juga berharap Moeldoko tidak mudah menyebutkan perang kepada sesama anak bangsa.

"Dalam militer itu, sebangsa setanah air, apakah boleh kita mengatakan anak bangsa itu musuh? tidak. Pak Moeldoko, kami ini anak-anak bapak, jadi semuda apapun kami di sini, setua apapun orang di sini, semoga para pimpinan ABRI menganggap kami ini anak-anakmu, anak didikmu, keponakannmu, cucumu, dibina, bukan diajak perang total." lanjutnya.

Polemik Puisi Munajat, Neno Warisman Jelaskan soal Pornografi sehingga Butuh Pemimpin yang Berpihak

Tanggapan Kapitra Sebelumnya

Kapitra sebelumnya mengatakan telah menganalisis seluruh isi puisi Neno Warisman.

"Saya membaca seluruh doa atau puisi munajatnya Neno, itu ada 143 kalimat puisinya itu, di kalimat 87 sampai 90, itu mengkhawatirkan, lalu dikalimat 104 dan 105 itu bicara tentang pasukan, lah ini arahnya yang saya bingung," ujar Kapitra.

"Turunnya pernyataan itu, dia itu Nabi Muhammad adalah penutup nabi, kalau Islam dan Rasulullah kalah, maka tidak ada lagi nabi untuk memberi guide (pemandu) kepada umat."

Ia menyebut kata-kata yang dipakai Neno tidak relevan dengan kontestasi politik di Indonesia saat ini.

"Politik kita diatur dengan kontitusi, penyelenggaranya damai, tidak boleh ada konvorontasi antara anak bangsa, apapun suku dan agamanya, apalagi dua-duanya beragama yang sama."

"Kalau ini dikorelasikan dengan Perang Badar, tidak salah kalau Kyai Ma'ruf Amin ini menyebut (menfasirkan dari puisi Neno), pendukung Jokowi-Ma'ruf ini adalah kelompok Kafir Quraish, tidak salah penafsiran begitu jika dikaitkan dengan doa Rasulullah."

Puisi Munajat 212 Neno Warisman Viral, Ketua Komisi Dakwah MUI Beri Tanggapan

"Tetapi kalau dia (Neno) berdiri sendiri, tidak ada kaitannya dengan doa Rasullulah di Perang Badar, maka yang lebih memprihatinkan lagi, adanya gugatan kepada Allah Ta'ala, 'bahwa tidak ada yang menyembahmu, kami khawatir tidak menang', menang dalam apa? menang dalam apa? menang dalam menundukkan hawa nafsu kah? atau menang dalam kontestasi politik?," ulas Kapitra.

Menurutnya, dalam puisi Neno Warisman jelas terlihat menjerumus kepada kontestasi politik.

Halaman
1234
Tags:
Haikal HassanKapitra AmperaNeno WarismanIndonesia Lawyers Club (ILC)
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved