Pilpres 2019
Fahri Hamzah Beri Cara Menilai Pemimpin Berkualitas terkait Debat Pilpres 2019: Tak Bisa Dibalik
Fahri Hamzah: tujuannya adalah agar publik mengerti seberapa besar bobot dan kemampuan konseptual calon presiden (capres) kita.
Penulis: Atri Wahyu Mukti
Editor: Maria Novena Cahyaning Tyas
TRIBUNWOW.COM - Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah memberikan cara menilai sosok pemimpin yang berkualitas terkait pada debat Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
Hal itu disampaikannya melalui akun Twitter miliknya, @Fahrihamzah, Selasa (19/2/2019).
Mulanya Fahri Hamzah mengungkapkan keinginannya untuk menganalisa debat kedua capres antara Joko Widodo (Jokowi) dengan Prabowo Subianto yang digelar pada Minggu (17/2/2019).
Keinginannya itu ia sampaikan supaya masyarakat paham bobot dan kemampuan konseptual antar keduanya.
Fahri Hamzah menjelaskan tentang kriteria menjadi pemimpin yang berkualitas.
Menurutnya, menjadi pemimpin berkualitas harus memiliki kemampuan konseptual, kemampuan interpersonal, kemudian kemampuan teknik.
Ia mengungkapkan bahwa pemimpin yang benar yakni pemimpin yang mampu melihat gambar besar, memahami konsep, dan mampu menggerakan organ yang dipimpinnya.
Hal itu diperlukan supaya pemimpin dapat merealisasikan konsep atau tujuan intinya.
Terkait hal itu, Fahri Hamzah menyatakan kepada publik jika ingin menilai pemimpin berkualitas yaitu dengan melihat konsep pembangunan negara yang ditawarkan oleh kedua capres.
"Kalau kita bertanya: ADAKAH JOKOWINOMICS DAN PRABOWONOMICS DALAM DEBAT KE-2?
Setelah mencermati lagi, saya terdorong untuk menganalisa debat tersebut secara agak filosofis. Tujuannya adalah agar publik mengerti seberapa besar bobot dan kemampuan konseptual capres kita.
• Tanggapan 5 Tokoh soal Debat Kedua Pilpres, Kekecewaan Ferdinand hingga Usulan Fahri Hamzah
Dalam teori manajemen modern, untuk menjadi pemimpin yang berkualitas, setidaknya ada 3 kemampuan (skill) yg harus dimiliki; kemampuan menguasai konsep (conceptual skill), kemampuan memimpin orang (interpersonal skill) dan kemampuan dalam hal2 teknis (technical skill).
Sebagai pemimpin yang berkualitas, porsi terbesar yg harus dimiliki secara berurutan; conceptual skill, interpersonal skill baru technical skill. Tidak bisa dibalik. Kalo pemimpin lebih senang mengerjakan hal2 teknis dibandingkan memikirkan konsep dan sistem. Terbalik.
Ada pemimpin, ada manajer, ada operator. Komposisi skill itu menandakan dia siapa. Pemimpin dominan conceptual skill sementara operator tentu lebih dominan technical skill-nya dan manajer memiliki komposisi yang relatif sama dalam skill itu. Ini Sy pelajari di semester I FEUI.
Maka, Pemimpin yang benar adalah yang mampu melihat gambar besar, memahami konsep serta mampu menggerakkan setiap orang atau organ yang dipimpinnya untuk bekerja secara teknis demi merealisasikan konsep atau tujuan besarnya. Bukan yg menjadi operator.