Terkini Internasional
Polisi Turki Tangkap Lebih dari 1000 Orang di 76 Kota, Diduga Terkait Gulen
Polisi di Turki melancarkan operasi untuk menangkap lebih 1.000 orang di 76 kota.
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Polisi di Turki melancarkan operasi untuk menangkap lebih 1.000 orang di 76 kota, yang diduga terkait dengan ulama yang mengasingkan diri di Amerika Serikat, Fethullah Gulen.
Dia dituduh pemerintah Turki mengorganisir usaha kudeta gagal pada tahun 2016.
Surat penangkapan terhadap mereka mengacu pada ujian rekrutmen polisi sembilan tahun lalu, di mana jaksa menyebut telah direkayasa agar pendukung Gulen dapat memberikan jawaban dalam tes tersebut.
• Ungkap Kasus Pembunuhan Jamal Khashoggi, Penjelasan Presiden Turki Erdogan Menyisakan Banyak Tanya
Pemerintah menyatakan ini adalah bagian dari usaha untuk melemahkan demokrasi Turki.
Menteri Dalam Negeri, Suleyman Soylu, mengatakan pada hari Minggu bahwa "operasi besar" memang akan dilakukan terhadap para pendukung Gulen.
"Para setan tidak bisa mengulangi kebohongan seperti yang mereka lakukan sebelumnya. Kami akan menghabiskan mereka," kata Soylu seperti dikutip kantor berita Reuters.
• Pembawa Acara TV di Amerika Serikat Ini Akui Tak Pernah Cuci Tangannya Selama 10 Tahun
Operasi di puluhan kota
Sampai sejauh ini sudah 124 terduga pelaku ditahan dalam operasi yang diluncurkan kantor jaksa agung Ankara.
Ini adalah operasi terbesar terhadap pendukung Gulen sejak usaha kudeta yang menyebabkan pemerintah memenjarakan lebih 77.000 orang.
Aksi ini menunjukkan pemerintah tidak berhenti menindak dua setengah tahun setelah para tentara yang membelot, menggunakan pesawat tempur, helikopter dan tank untuk merebut kekuasaan.
Lebih dari 250 orang tewas dalam kudeta gagal tersebut, di mana ulama Fethullah Gulen, yang sebelumnya adalah sekutu Presiden Tayyip Erdogan, menyangkal terlibat
Gulen mengasingkan diri sendiri di Pennsylvania, AS sejak tahun 1999.
• Tagih Utang Rp 2 M di Malaysia, Pengusaha Asal Bandung Ini Diduga Tewas Dimutilasi
Kecaman
Sekutu Turki di Barat mengecam operasi yang dilakukan di bawah keadaan darurat yang dinyatakan setelah kudeta dan tetap berlaku sampai bulan Juli tahun lalu.
Pengkritik Erdogan menuduhnya menggunakan kudeta gagal sebagai alat untuk menghancurkan musuh-musuhnya.