Pilpres 2019
Sindir Jokowi soal 'Propaganda Rusia', Rachland Nashidik: Presiden tapi Tak Mengerti Adab Diplomatik
Rachland Nashidik menyampaikan pendapatnya soal Presiden Joko Widodo terkait pernyataan ada pihak yang gunakan gaya kampanye 'Propaganda Rusia'.
Penulis: Ananda Putri Octaviani
Editor: Lailatun Niqmah
”Oleh karena itu, saya mengajak kawan-kawan sekalian. Saat ini kita menghadapi banyaknya hoaks, kabar bohong yang lalu lalang di media sosial,” sambungnya.
Lalu, Jokowi menyatakan, dalam berpolitik seharusnya dilakukan dengan cara yang bijaksana.
”Kami ingin menyampaikan dengan cara politik kita harus memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa gaya politik kita cara politik yang penuh etika, tata krama, penuh peradaban, penuh dengan sopan santun,” jelas Jokowi.
Menurut Jokowi, hal itu perlu dilakukan sebab ia merasa ada tim sukses yang menyatakan kabar fitnah.
Ia menyebut terdapat tim sukses yang sedang menyiapkan sebuah propaganda Rusia.
”Problemnya, ada tim sukses yang menyiapkan sebuah propaganda Rusia," Ungkap Jokowi.
• Ferdinand Hutahaean: Kami Prihatin Pak Jokowi Harus Menanggung Malu karena Dibantah Pihak Rusia

• Jokowi dan Prabowo Disebut Sama-sama Gunakan Propaganda ala Rusia oleh Pengamat, Ini Penjelasannya
"Setiap saat selalu mengeluarkan semburan fitnah. Setiap saat selalu mengeluarkan semburan dusta dan hoaks,” sambungnya.
Untuk itu, dirinya meyakinkan kepada para relawan nantinya untuk ikut memerangi polemik kabar hoaks jelang Pilpres 2019.
”Ini yang harus dilakukan bapak ibu sekalian sebagai alumnus perguruan tinggi. Kami meyakini sebagai arek (warga) Surabaya, pasti wani (berani),” tegasnya.
Menanggai polemik istilah Propaganda Rusia, Wakil Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin Abdul Kadir Karding, kemudian meluruskan hal tersebut.
Dikutip TribunWow.com dari Tribunnews.com, Abdul Kadir Karding menjelaskan bahwa capres Jokowi menyingung konsultan asal Rusia yang berupaya menebar ketakutan, pesimisme, dan memproduksi hoaks di tengah masyarakat jelang Pilpres 2019.
"Yang dimaksud itu bukan Rusia sebagai negara, pemerintah, bangsa. Tetapi dugaan dibantu oleh konsultan dari Rusia," tegas Abdul Kadir Karding, Senin (4/2/2019).
(TribunWow.com)