Terkini Daerah
Tiket Pesawat Aceh-Malang 6 Orang Rp24 Juta, Pria Ini Pilih Transit Kuala Lumpur dan Hemat Rp18 Juta
Ajak 6 anggota keluarganya, Safaruddin warga Aceh pergi ke Malang via Kuala Lumpur dan hemat Rp 18 juta dibanding domestik yang habiskan Rp 24 juta
Penulis: Nila Irdayatun Naziha
Editor: Bobby Wiratama
TRIBUNWOW.COM - Akhir-akhir ini, muncul petisi yang menuntut agar tiket pesawat penerbangan domestik diturunkan.
Pasalnya, tiket pesawat tersebut dirasakan sangat mahal bagi sejumlah orang.
Mahalnya tiket pesawat tersebut juga semakin terasa tatkala urusan pekerjaan di daerah lain menuntut sejumlah orang untuk bolak-balik dari daerah asal ke daerah yang dituju.
Seperti yang terjadi di Banda Aceh.
Banyak warga yang mengeluhkan mahalnya tiket pesawat dari Banda Aceh menuju ke sejumlah daerah seperti Jakarta, Malang dan daerah-daerah lain.
• Viral Warga Aceh Pakai Paspor untuk ke Jakarta, ini Perbandingan Tarif Rute Domestik vs Via Malaysia
Dikutip dari Serambinews.com, untuk mencari solusi mahalnya tiket pesawat di Banda Aceh menuju daerah lain, banyak orang yang memilih menggunakan rute perjalanan internasional yakni via Kuala Lumpur Malaysia.
Setelah dibandingkan, ternyata tiket pesawat dari Banda Aceh via Kuala Lumpur jauh lebih murah dibandingkan Banda Aceh langsung ke daerah tujuan.
Untuk itu, sejak beberapa hari yang lalu, warga aceh banyak yang berbondong-bondong untuk membuat paspor demi bisa menikmati perjalanan murah ke sejumlah daerah di Indonesia via Kuala Lumpur.
Diketahui, tiket pesawat dari Banda Aceh ke Malang misalnya, biaya yang harus dikeluarkan mencapai Rp 4 juta rupiah untuk satu orang, sedangkan untuk perjalanan ke Malang via Kuala Lumpur, biaya yang dikeluarkan tidak lebih dari Rp 1 juta yakni sekitar Rp 950.000.
Hal tersebut dijelaskan oleh Direktur Yayasan Advokasi Rakyat Aceh (YARA) Safaruddin SH.
• Ini Perbandingan Harga Tiket Pesawat Banda Aceh-Jakarta, Ternyata Transit Kuala Lumpur Lebih Murah

Ia adalah satu dari warga Aceh yang membuat paspor untuk bertolak ke Jakarta.
“Saya harus bikin paspor untuk empat orang, 3 anak dan seorang keluarga lain, padahal saya ingin pergi ke Malang yang masih dalam wilayah Indonesia,” kata Safaruddin Jumat (11/1/2019).
Mahalnya perjalan domestik membuat dirinya memilih untuk menggunalan jalur penerbangan Internasional via Kuala Lumpur untuk menuju ke Malang, Jawa Timur.
Safaruddin menjelaskan jika menggunakan perjalanan domestik, maka membutuhkan biaya Rp 4 juta lebih per orang untuk ke Malang dari Banda Aceh.
Sehingga untuk enam orang dalam keluarga Saraddin akan membutuhakn dana sebesar Rp 24 juta.
Sementara harga tiket jalur Banda Aceh - Kuala Lumpur - Surabaya dengan maskapai Air Asia harga tiketnya hanya Rp 950.000 per orang.
Maka untuk perjalanan 6 orang, Safaruddin hanya perlu mengeluarkan biaya sebesar Rp 5.700.00.
Harga tiket tersebut, kata Safaruddin, sudah dia booking untuk penerbangan bulan Februari 2019.
“Saya bisa menghemat hampir 20 juta Rupiah. Dipotong untuk biaya pembuatan empat paspor sebesar Rp 1.420.000 (Rp 355 ribu per paspor)."
"Lalu potong lagi untuk ongkos bus dari Surabaya ke Malang sekitar 500 ribu, saya masih bisa menghemat sebesar 18 juta Rupiah,” kata Safaruddin.
• Fenomena Tiket Pesawat Naik Signifikan, Pengamat Penerbangan Alvin Lie Beri Tanggapan
Sedangkan, meskipun tidak menggunakan maskapai Garuda Indonesia, harga tiket Banda Aceh ke Malang juga berkisar Rp 3 juta per orang.
Sehingga menurutnya pilihan yang tepat untuk menggunakan penerbangan via Kuala Lumpur untuk pergi ke beberapa wilayah di Indonesia dari Banda Aceh.
“Lebih bagus lagi kalau menginap selama satu malam di Kuala Lumpur, bisa jalan-jalan dan belanja di sana."
“Bukannya memberikan layanan khusus kepada rakyat Aceh yang telah menyumbang nenek moyangnya dahulu, Garuda Indonesia malah mencekik masyarakat Aceh. Padahal banyak obligasi milik rakyat Aceh yang belum mereka bayar dengan berbagai alasan,” tukasnya.

Penjelasan Maskapai soal Tarif Tiket Pesawat
Dikutip dari TribunSumsel.com, Marketing Sriwijaya Air Palembang Okta Wulandari menjelaskan alasan mengapa sejumlah maskapai menaikkan tarif tiket pesawat.
Untuk maskapai Sriwijaya Air tempatnya bekerja, kenaikan tarif tersebut terjadi lantaran mengikuti aturan dari Garuda Group.
Sriwijaya Air diketahui memang telah menjadi bagian dari Group Garuda Indonesia.
Garuda Group sendiri menerapkan kebijakan penjualan, komisi dan lainnay sesuai dengan kebijakan baru yang telah ditetapkan.
Namun Okta menjelaskan bahwa hal itu tidak terjadi pada maskapai yang ada dalam Garuda Group saja.
• Sejumlah Tokoh di Aceh Komentari Mahalnya Tiket Pesawat di Sana: BBM nya Pakai Minyak Wangi
Hampir semua maskapai juga saat ini menerapkan aturan yang sama.
"Bukan hanya Sriwijaya Air dan Nam Air saja yang menyesuaikan harga tiket tapi maskapai lain juga."
"Jadi kami tidak khawatir kehilangan penumpang karena semuanya juga menyesuaikan tarif," katanya Jumat (11/1/2019).
Kebijakan baru tersebut ditetapkan Selasa (8/1/2019) yakni kebijakan menentukan komisi bagi agen tour travel.
Selama ini, tour travel yang menjual tiket akan mendapat komisi secara langsung, namun setelah bergabung dengan Garuda Group, komisi akan didapatkan oleh tour travel jika berhasil memenuhi target penjualan dalam nilai rupiah.
Sementara itu, Manager Marketing Garuda Indonesia Cabang Palembang Meisye Paulina Tambunan menjelaskan bahwa mahalnya tiket pesawat merupakan imbas dari musim liburan akhir tahun 2018 lalu.
"Untuk saat ini masih ada imbasnya dari peak season kemarin jadi harga masih pada posisi yang baik tapi tidak melebihi dari ketentuan TBA (tarif batas atas) sesuai dengan kebijakan management kami," katanya Rabu (9/1/2019).
Selain itu, Garuda Indonesia juga menerapkan tarif batas atas menengok banyaknya maskapai di luar Garuda yang sudah mulai memberlakukan kebijakan baru.

• Alasan Maskapai Naikkan Tarif Tiket Pesawat hingga Warga Pilih Rute Luar Negeri untuk ke Jakarta
Kebijakan baru tersebut misalnya free baggage allowance (bagasi gratis) atau aturan pemberian komisi, dan juga penambahan penghasilan (insentif) yang baru.
"Soal harga kita tidak melanggar peraturan pemerintah dan maskapai lain selain Garuda juga hingga kini belum menurunkan harga pasca puncak musim libur," jelas Meisye.
Alasan lain juga diungkapkan oleh General Manager Garuda Indonesia cabang Palembang, Wahyudi Jumat (11/1/2019).
Wahyudi menjelaskan bahwa naiknya tiket pesawat lantaran tarif kargo yang juga turut naik.
"Selama ini kargo hanya mendukung layanan saja tapi nyatanya kargo bisa dimaksimalkan sebagai income maskapai sehingga ada kenaikan sejak tahun lalu," kata Wahyudi.
Kenaikan tarif kargo Garuda Indonesia dijelaskan oleh Wahyudi menjadi Rp 6.000 dari harga semula Rp 3.500.
Menurut Wahyudi layanan kargo Garuda Indonesia lebih murah dibandingkan dengan perusahaan kurir.
Dijelaskan oleh Wahyudi, naiknya tarif kargo karena naiknya harga avtur (bahan bakar pesawat).
"Jadi kita juga jelaskan dengan Asperindo kenaikan tarif ini kebijakan pemerintah pusat bukan kebijakan saya pribadi dan ini juga dilakukan maskapai lain jadi kita sudah duduk bersama memberikan penjelasannya dan mereka juga mengerti," jelas Wahyudi.
Simak berita lainnya disini:
(TribunWow.com)