Terkini Daerah
Mbah Parno, Pelayan Arsitek Masjid Istiqlal yang Bertemu Soekarno dan Diancam Ditembak Soeharto
Proses pembangunan Masjid Istiqlal yang berlangsung 66 tahun silam masih melekat di memori Suparno (95) atau yang akrab disapa Mbah Parno.
Editor: Astini Mega Sari
"Pas lagi itu, saya tiduran di pohon kan capek habis ngaduk semen. Semua teman-teman nunjuk-nunjuk ke saya," kata Mbah Parno.
Parno pun dipanggil oleh mandor. Ia diminta menjadi pelayan dengan pekerjaan lebih ringan, namun upah lebih kecil.
Upah kuli sehari mencapai Rp 15, sementara pelayan atau pekerja administratif hanya Rp 5.
"Ditanya 'Benar mau ya? Nanti setelah masjid jadi diangkat loh jadi PNS', saya percaya enggak percaya, tapi tetap saya jalanin," ujar Parno.
Parno hafal betul seluk beluk Istiqlal.
Dia bercerita, Istiqlal dibangun dengan material dalam negeri. Semennya hanya menggunakan semen khusus dari Semen Gresik.
Mbah Parno bertugas menjaga semen yang diantar naik kereta agar tidak dicampur dengan kiriman semen lainnya di Stasiun Gambir.
"Hanya kubahnya yang dari Jerman," ujar Parno.
• 5 Fakta Ketua RT Tikam Selingkuhan Istri, Langsung Serahkan Diri ke Polisi setelah Lakukan Aksinya
Mau ditembak Soeharto
Tak cuma upah yang lebih rendah yang membuat para kuli tak ada yang mau bekerja jadi pelayan para insinyur dan arsitek.
Galaknya Frederich Silaban juga jadi salah satu sebab. Namun, Mbah Parno sudah terlanjur mengambil kesempatan itu.
"Pak Silaban itu... Wah galak banget, (orang) Batak kan dia," kata Mbah Parno.
Namun menurut Mbah Parno, hanya dirinya yang bisa dipercaya sang arsitek. Mbah Parno lah yang hafal kegemaran Frederich, mulai dari kopi, makan siang, bir, hingga martabak khas timur tengah di bilangan Harmoni.
Keduanya pun menjadi akrab. Keluarga Silaban bahkan pernah mencari Mbah Parno untuk mengucapkan terima kasih beberapa tahun lalu.
"Pernah sekali waktu saya bilang kalau saya mendoakan Pak Silaban masuk Islam. Dia tidak marah," kata Mbah Parno.
• Klaim Kedua Timses Telah Setujui Mekanisme Debat Pilpres, KPU: Tapi di Luar Malah Teriak-teriak