Pilpres 2019
Telusuri Kasus Perusakan Atribut Demokrat, TKN Jokowi: Kami Duga Itu Simpatisan Partai Pendukung 02
TKN Jokowi-Ma'ruf Ade Irfan Pulungan mengaku jika pihaknya juga sedang mencoba menelusuri kasus perusakan atribut partai Demokrat.
Penulis: Ananda Putri Octaviani
Editor: Claudia Noventa
TRIBUNWOW.COM - Direktur Hukum dan Advokasi TKN Jokowi-Ma'ruf, Ade Irfan Pulungan, angkat bicara soal tudingan yang ditujukan untuk partai koalisi Indonesia Kerja terkait kasus perusakan atribut partai Demokrat.
Hal tersebut disampaikan di siaran 'Sapa Indonesia Malam' yang diunggah di saluran Youtube KompasTV, pada Minggu (16/12/2018).
Di acara televisi itu, Ade Irfan mengaku bahwa pihaknya juga sedang mencoba menelusuri apa yang terjadi dari peristiwa itu.
"Kami juga menduga, ini disengaja. Atau memang terjadi, karena ada dua tokoh besar saat itu," ungkapnya.
• Lakukan Penelusuran, Demokrat Sebut Miliki Bukti soal Dalang di Balik Perusakan Atribut Partainya
Diketahui, Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyo (SBY) berada di Pekanbaru, Riau, di hari yang sama, Sabtu (15/12/2018).
Ade Irfan mengatakan, pihaknya juga sudah menelusuri siapa sebenarnya pelaku yang tertangkap itu.
"Kami sudah cek yang tertangkap itu, kita lihat, kami duga itu simpatisan salah satu partai pendukungnya paslonnya 02 (Prabowo-Sandi). Nah kami lagi mengkaji ini," paparnya.
Selain itu, Ade Irfan juga menjelaskan, terkait pengakuan pelaku, pihaknya sudah mencari dan melakukan pengecekan apakah orang yang dimaksud itu benar kader PDIP atau bukan.
"Kita sudah cari dan cek dan yang namanya Budi itu tidak terdaftar sebagai pengurus dari kader PDIP," katanya.
"Tadi saya sudah telpon ke Riau, minta cek dengan betul dan cari datanya. Tanyakan kepada semua partai koalisi Indonesia kerja, benar atau tidak ini," imbuhnya.
Ade Irfan lantas mempertanyakan soal lokasi atribut kampanye Partai Demokrat yang dipasang berdekatan dengan atribut partai koalisi Jokowi-Ma'ruf.
"Mana duluan yang dipasang? Apakah partai pendukung koalisi, atau demokrat? Kalau misalnya Demokrat belakangan, kenapa kok diletakkan di situ. Kan begitu," ungkapnya.
Lebih lanjut, ia meminta agar Partai Demokrat langsung melaporkan saja kasus tersebut ke pihak kepolisian tanpa membuat gaduh.
"Kalau sudah tau, kenapa tidak langsung dilaporkan ke polisi? Janganlah membuat kegaduhan di publik," pungkasnya.
• Apresiasi PKS dan PAN, Prabowo Minta Pengorbanan Demokrat: Jangan Sekali-kali Lupa Kawan Kita
• Joko Widodo: 3 Tahun Belakangan, Tingkat Inflasi Kita Berada pada Kisaran 3,5 Persen
Sementara itu, Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono memaparkan, Demokrat telah mengantongi bukti kuat untuk memudahkan kepolisian dalam mengungkap kasus tersebut.
"Kami punya strong evidence (bukti kuat), yang Insya Allah membuka jalan bagi kepolisian untuk menemukan siapa-siapa di belakang aksi pengrusakan itu," kata SBY dikutip dari Kompas.com, Minggu (16/12/2018).
Dengan bukti tersebut, SBY berharap pihak kepolisian bisa menuntaskan kasus perusakan itu dengan serius.
"Saya, Partai Demokrat sungguh berharap kepolisian kita bisa menangani secara serius dan tuntas. Rakyat menunggu. Kami menunggu," ungkap SBY.
SBY juga menegaskan telah menunggu agar kebenaran segera terungkap sehingga menunjukkan suatu keadilan.
"Kepolisian kita itu hebat. Waktu 10 tahun saya memimpin (Indonesia), banyak sekali menyelesaikan masalah, cepat, tepat, tuntas."
"Kali ini rakyat menunggu, saya menunggu adakah bisa dilakukan lagi. Saya juga ingin kebenaran segera terwujud untuk keadilan," tutupnya.
Keterangan serupa berkaitan dengan bukti kuat yang dimiliki oleh Partai Demokrat juga dijelaskan oleh Kepala Advokasi dan Hukum Partai Demokrat, Ferdinand Hutahaean.
• Diiming-imingi Uang, Pelaku Terima Perintah Lakukan Perusakan Atribut Partai Demokrat
Mengutip Tribunnews.com, Ferdinand mengaku partainya sudah menelusuri informasi tentang perusak atribut Partai Demokrat di Pekanbaru, Riau.
Kader Partai Demokrat melakukan penelusuran ke tempat kerja salah seorang pelaku yang ditangkap pihak kepolisian, pada Sabtu (15/12/2018).
"Tadi malam kami menelusuri beberapa tempat dan lokasi, termasuk mengunjungi sebuah daerah yang diduga tempat bekerja pelaku yang diamankan kemarin," ujar Ferdinand, Minggu (16/12/2018).
Dari penelusuran tersebut, ia menjelaskan bahwa telah mendapatkan informasi mengenai latar belakang pelaku perusakan.
"Kami memiliki sebuah bukti yang sangat kuat yang bisa menjadi petunjuk kuat bahwa ini ada campur tangan kekuasaan," kata dia.
Namun, Ferdinand tidak menjelaskan lebih lanjut siapa pihak yang dimaksud.
Informasi tersebut, dijelaskan oleh Ferdinand akan memudahkan pihak kepolisian dalam proses penyelidikan.
"Kami memiliki informasi yang saat ini sangat berarti dan bernilai dan ini akan mudah diusut oleh kepolisian," ujar Ferdinand.
Keterlibatan PDIP
Dugaan keterlibatan PDIP diungkapkan oleh pelaku yang melakukan perusakan atribut.
Ia menjelaskan bahwa dirinya diminta oleh seseorang yang mengaku berasal dari partai PDI-P.
Hal tersebut terungkap melalui video penangkapan pelaku yang beredar di media sosial.
"Orang PDI nyuruh kau?," ujar penginterogasi.
"Iya, Pak," kata si pelaku.
"Siapa namanya?," tanya penginterogasi.
"Bang Budi, Pak," jawab pelaku perusakan atribut Partai Demokrat itu.
"Budi Toyo panggilannya Pak," imbuh dia.
Saat ditanya siapa Budi Toyo, pria itu mengakui bahwa Budi Toyo merupakan orang suruhan PDI-P.
"Abang-abang yang ngajak aku bang. Dia orang-orangnya, dia pun orang-orang suruhan PDI juga Pak," jawab pelaku itu.
• Apresiasi PKS dan PAN, Prabowo Minta Pengorbanan Demokrat: Jangan Sekali-kali Lupa Kawan Kita
Namun, dikutip dari Kompas.com, Ketua DPD Partai PDI-P Riau, Rokhim Dahuri menegaskan bahwa pelaku perusakan atribut Partai Demokrat bukan simpatisan dan kader PDI-P.
Ia meras publik harus tahu bahwa tidak ada kader PDI-P yang merusak atribut Partai Demokrat.
• Sederet Rencana Besar Ahok setelah Bebas dari Tahanan, Siapkan Program Televisi hingga Masuk Parpol
"Pertama, bahwa pelaku perusakan atribut Partai Demokrat itu bukan dari simpatisan, apalagi kader PDI-P."
"Kedua, fatsun partai kami, selalu mengatakan tidak boleh berpolitik itu menggunakan kekerasan, kecurangan dan hal-hal yang brutal," kata Rokhimin.
Ia juga membantah pernyataan dari pelaku HS yang mengaku disuruh oleh orang PDI-P untuk merusak atribut Partai Demokrat.
"Sekali lagi saya sampaikan, bahwa itu bukan kader ataupun simpatisan kami yang bernama HS dan Budi Utoyo (disebut HS sebagai yang menyuruh) itu. Sudah kami telusuri, tidak ada nama kader ataupun simpatisan kami," jelas Rokhimin. (*)