Breaking News:

Kabar Tokoh

Dedi Mulyadi Bahas Gaya Kepemimpinan Jokowi, Ferdinand: Itu Biasa Saja dan Tidak Spesial

Saat Dedy Mulyadi membahas tentang gaya kepemimpinan Jokowi, Ferdinand Hutahaean anggap itu hal biasa dan tidak spesial

Penulis: Nila Irdayatun Naziha
Editor: Astini Mega Sari
Tribunnews.com/ Rina Ayu
Kadiv Advokasi dan Bantuan Hukum Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean, di Kantor DPP Partai Demokrat di Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat, Jumat (14/9/2018). 

TRIBUNWOW.COM - Ketua Kadiv Advokasi dan Hukum DPP Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean menanggapi pernyataan Ketua TKD Joko Widodo dan Ma'ruf Amin Jawa Barat, Dedi Mulyadi yang memaparkan gaya kepemimpinan Jokowi saat menjabat sebagi presiden.

Dalam keterangannya, Dedy Mulyadi menyebutkan jika Jokowi adalah sosok yang humanis.

"Yang pertama Pak Jokowi mempunyai gaya yang sangat humanis," kata Dedi seperti yang dilansir TribunWow.com dari acara Mata Najwa yang ditayangkan di Trans7, Rabu (5/12/2018) malam.

"Menyetarakan seluruh lapisan masyarakat dalam kesetaraan, antara dirinya dengan masyarakat ini seperti tanpa jeda," jelasnya.

Bahkan, menurut Dedi, Jokowi akan jauh lebih berbaur dengan rakyat jika tidak ada pengamanan dari Paspampres.

"Andai kata dibolehkan tanpa Paspampres, mungkin dia sudah berbaur dalam setiap hari."

Dulu Mati-matian Dukung Jokowi, Ferdinand Hutahaean Ungkap Alasannya Kini Pindah Haluan di Pilpres

"Sering kali saya bertemu dia bergumul dengan mayarakat, kasihan sama Paspampresnya karena harus berjibaku bagaimana masyarakat ingin menyentuh, ingin bersalaman, ingin memeluk, sedangkan aspek protokoler juga mempengaruhi kesehariannya," lanjut Dedi.

Ia lantas menjelaskan jika hal tersebut yang menjadi solusi untuk mendengarkan setiap permasalahan yang dialami oleh rakyat.

"Prospek itulah ia sangat cepat merespons apa yang jadi kebutuhan publik dan apa yang menjadi kegelisahan publik. Nah, ini yang tidak didapatkan dalam kepemimpinan sebelumnya" terang Dedi.

Dedy Mulyadi
Dedy Mulyadi dalam Acara Mata Najwa episode 'Barisan Para Mantan' yang tayang Rabu (5/12/2018) (capture youtube akun Najwa Shihab)

Mendengar pemaparan dari Dedi, Ferdinand Hutahaean secara tegas membantahnya. 

Menurutnya, apa yang dilakukan oleh Jokowi adalah hal yang lumrah dan biasa saja.

"Tapi saya pikir ini agak terlalu meng-hiperbola Pak Jokowi saya pikir ya," terang Ferdinand sembari tertawa.

"Apa yang dilakukan Pak Jokowi itu sesuatu yang biasa saja, tidak ada yang sangat spesial," lanjutnya.

Menurutnya hal tersebut bukan menjadi ukuran keberhasilan dari kepemimpinan seorang presiden.

"Kalau seorang presiden, jangankan presiden, lurah saja ketemu rakyat, rakyat minta foto, minta salaman. Apalagi dengan seorang presiden," terang Ferdinand.

"Itu bukan ukuran keberhasilan seorang pemimpin," lanjutnya.

"Keberhasilan seorang pemimpin itu ditandai dengan ketika tidak ada rakyatnya yang mengeluh harga mahal, ketika tidak ada rakyatnya yang mengeluh ini itu segala macem. Tidak ada yang mengeluh ketika sakit ingin berobat, itu ukurannya," imbuh Ferdinand.

Ferdinand justru beranggapan jika ucapan yang dilontarkan oleh Dedi hanya gimmick belaka.

Ferdinand Menunduk dan Pegang Jidat Dengar Omongan Kapitra Ampera soal Atribut Kelompok Paslon

ad
Ferdinand Hutahaean dalam Acara Mata Najwa episode 'Barisan Para Mantan' yang tayang Rabu (5/12/2018) (capture youtube akun Najwa Shihab)

"Kalau disampaikan hal-hal yang tadi itu gimmick-gimmick semata dan tidak bernilai dari kebangsaan"

Mendengar hal tersebut, Dedi menegaskan jika kepemimpinan tidak hanya dilihat dari hal materialis.

"Yang pertama harus dipahami bahwa kepemimpinan tidak hanya aspek yang bersifat material. Material itu penting, tetapi aspek sosial juga penting," kata Dedi.

Ia kemudian menganalogikan dengan hubungan dalam sebuah rumah tangga.

"Misalnya begini, apakah seorang suami dan istri cukup kasih makan saja tanpa memeluk dalam setiap hari dan menyayanginya? Kan diperlukan dalam sebuah kepemimpinan seperti itu," imbuh Dedi.

Namun menurut Ferdinand, kesejahteraan tetap merupakan hal yang cukup penting.

"Tetapi jauh lebih perlu bagaimana rakyat kita ini, disejahterakan daripada sekedar salaman," tegas Ferdinand memotong pembicaraan DEdi.

Soal Reuni Akbar 212, Prabowo Subianto: Media Harus Obyektif, Jangan Menipu Rakyat

Belum selesai, Dedi terus membantah pendapat yang dilontarkan oleh Ferdinand.

Menurut Dedi, hal-hal tentang kesejahteraan yang disampaikan oleh Ferdinand tidak sesuai dengan fakta yang ada di lapangan.

"Tapi bicara masalah rakyat, problem apa yang dihadapi hari ini, berbicara masalah harga mahal, justru yang terjadi hari ini terbalik," terang Dedi.

"Ketika dolar menguat dan rupiah menurun, harga stabil. Ini belum terjadi dalam sejarah indonesia, kan rupiah menguat," katanya.

Tanggapan tersebut dibalas oleh Ferdinand dengan tawa lepas sambil mengatupkan kedua tangannya.

Dedy Mulyadi dan Ferdinand Hutahaean Acara Mata Najwa episode 'Barisan Para Mantan' yang tayang Rabu (5/12/2018)
Dedy Mulyadi dan Ferdinand Hutahaean Acara Mata Najwa episode 'Barisan Para Mantan' yang tayang Rabu (5/12/2018) (capture youtube akun Najwa Shihab)

Diketahui sebelumnya, jika Ferdinand pada 2014 lalu adalah tokoh yang mendukung Jokowi yang saat itu berpasangan dengan Jusuf Kalla.

"Kalau kita lihat di mana-mana, masih banyak itu foto dan orasi Anda, berjuang mati-matian bela Jokowi dan sekarang melakukan hal yang sebaliknya," kata Najwa Shihab sebagai pembawa acara.

Ferdinand, dalam acara tersebut, menjelaskan apa alasan yang akhirnya membuat dirinya tidak lagi mendukung Jokowi pada pemilu 2019 mendatang.

Ferdinand mengaku jika tahun 2014 lalu, dukungan kepada Jokowi dia berikan lantaran menurutnya sesuai dengan ajaran Presiden Soekarno, yakni Trisakti.

"Nah ternyata, setelah pemerintahan ini berjalan dan mulai menang, saya mulai ragu tentang pemahaman Pak Jokowi tentang ajaran Bung Karno ketika beliau menyusun kabinetnya," imbuh Fedinand.

Dari hal tersebut, Ferdinand mengakui jika dirinya ragu dengan langkah yang dilakukan Jokowi karena dianggap tidak sesuai dengan Trisakti ajaran Presiden Soekarno.

Gempa 5,7 SR Guncang Wilayah Lombok, Guncangan Terasa hingga Denpasar Bali

"Saya melihat betul, mencermati betul, bagaimana Pak Jokowi ini kesulitan menyusun kabinetnya karena banyaknya intervensi," katanya.

"Ternyata kedaulatan itu tidak ada disana, itu yang membuat saya semakin ragu dan terus berjalan pemerintahan Pak Jokowi."

"Awal-awal tahun itu pemerintahan semakin jauh dari cita rasa Trisakti yang selalu disampaikan dan akhirnya saya melihat ini semakin melenceng," terangnya.

Ia lantas menegaskan jika saat ini dirinya tidak mempunyai harapan lagi pada Jokowi.

"Saya begini, dalam sebuah situasi seperti ini, tentu saya tidak punya harapan lagi kepada Pak Jokowi," ucapnya.

"Saya harus melabuhkan harapan saya kepada sosok baru. Kalau istilahnya berjudi, saya tidak mungkin meneruskan perjudian yang sudah kalah, saya pindah lagi ke tempat yang baru."

"Pak Jokowi ini kan menurut saya sudah gagal, tidak ada harapan lagi di sana, jadi saya harus berpindah ke harapan yang baru," pungkas Ferdinand.

(TribunWow.com/Nila Irdayatun Naziha)

Tags:
Dedi MulyadiPresiden Joko Widodo (Jokowi)Ferdinand Hutahaean
Rekomendasi untuk Anda
ANDA MUNGKIN MENYUKAI

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved