Kutip Data IMF, Jubir PSI Sebut Utang Indonesia Paling Kecil di Dunia: Tak Benar jika Ekonomi Sakit
Mengutip dari sumber data IMF, Dedek Prayudi menegaskan utang Indonesia hanya 0,4 persen dari utang dunia dan termasuk yang paling kecil di dunia.
Penulis: Ekarista Rahmawati P
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Juru Bicara (Jubir) Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Dedek Prayudi, menyebutkan bahwa tak benar bahwa ekonomi Indonesia sedang sakit, makin miskin dan tekor.
Mengutip dari sumber data IMF, Dedek menegaskan utang Indonesia hanya 0,4 persen dari utang dunia dan termasuk yang paling kecil di dunia.
Hal itu disampaikannya lewat cuitannya, Minggu (14/10/2018)
"Utang Indonesia 0,4% dari utang dunia, termasuk yang paling kecil di dunia. Padahal, kekuatan ekonomi kita meningkat terus, hingga mencapai nomor 16 yang paling besar di dunia pada 2017 (sumber: IMF).
Tidak benar bahwa ekonomi kita sedang sakit, makin miskin dan tekor," tulis Dedek.
• Kritik Fadli Zon atas Pertemuan IMF, soal Manfaat hingga Anggap Pidato Jokowi Tak Menunjukkan Wibawa
• Ed Sheeran Dinobatkan Jadi Penyanyi Solo Terkaya di Dunia, Penghasilannya Rp 1,5 Miliar per Hari!
Seorang netizen membalas cuitannya itu dan berpendapat bahwa kebijakan pemerintah yang membiayai defisit fiskal dengan utang, tak membuat produktivitas nasional meningkat.
"@Uki23 utang yg telah ditarik itu harus mnghasilkan prtumbuhan ekonomi yang produktif & brkualitas. Namun, yg jd persoalan adlah kebijakan pemerintah yg mmbiayai defisit fiskal dgn utang, tak membuat produktivitas nasional meningkat. Hal ini bisa diukur dari prtumbuhan investasi," balas akun @aldinofi.
Menanggapi komentar netizen tersebut, Dedek membeberkan bahwa utang negara Indonesia berkaitan dengan pembangunan infrastruktur.
"Pertama-tama, perlu dipahami bahwa anggaran infrastruktur adalah hampir 20% anggaran nasional. Dapat dikatakan, utang kita erat kaitannya dengan pembangunan infrastruktur," tulisnya dalam cuitannya di twitter, Senin (15/10/2018).
• Polisi Sebar Tiga Tim untuk Memburu Pelaku Pembunuhan Satu Keluarga di Tanjung Morawa
Lebih lanjut, Dedek menerangkan bahwa gini rasio Indonesia menurun sejak tahun 2014.
"Kamu sudah betul sewaktu mengatakan pertumbuhan berkualitas. untuk pertama kali sejak Indonesia keluar dari krisis, gini rasio akhirnya menurun sejak 2014. Data BPS dan Bank Dunia menunjukan tren yang demikian. Selama 10 tahun, 2004-2014, ketimpangan melebar," lanjutnya.
Sementara itu dia juga menyebutkan bahwa Indeks Pembangunan Manusia meningkat tajam.
Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia itu menurutnya, dimulai dari pembangunan infrastruktur.
"Indeks Pembangunan Manusia juga peningkatan paling tajam ada di Indonesia Timur, yakni Papua, Papua Barat dan Gorontalo (BPS). Membangun manusia di Timur itu sangat mahal karena harus dimulai dengan membangun sarana dan prasarana serta infrastruktur lain," paparnya.
Dedek menambahkan bahwa butterfly effect dari pembangunan ini tak bisa dirasakan dalam semalam.