Sindir Konflik PKS, Fahri Hamzah: Semua Diperlakukan sebagai Anak, Keinginan Pemimpin Mutlak
Wakil Ketua DPR RI dari Fraksi Partai Keadilan Sosial (PKS), Fahri Hamzah kembali menyindir soal konflik yang ada di tubuh partainya tersebut.
Penulis: Tiffany Marantika Dewi
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Wakil Ketua DPR RI dari Fraksi Partai Keadilan Sosial (PKS), Fahri Hamzah kembali menyindir soal konflik yang ada di tubuh partainya tersebut.
Hal ini diungkapkan Fahri Hamzah melalui Twitter miliknya, @FahriHamzah, Jumat (12/10/2018).
Dengan memberikan tagar konflik PKS, Fahri mengatakan jika konflik di partainya itu sudah sulit difasilitasi.
Ia juga mengatakan perbedaan PKS yang disebutnya telah bertansformasi dari rumah tangga tradisional ke rumah politik modern.
Wakil Ketua DPR RI ini menyebutkan jika kepemimpinan baru PKS telah memutar balik arah jarum jam.
Berikut ini tweet Fahri Hamzah yang dikutip TribunWow.com.
• Harga BBM Premium Tak Jadi Naik, Fahri Hamzah Sindir Pemerintah dan Menteri ESDM
"Nampaknya, konflik dalam tubuh PKS semakin sulit difasilitasi. Konflik ini semakin ketemu akarnya; pada pemahaman, pada pengertian dan cara pandang antar generasi. Ini konflik yang tak terhindari. Ada nuansa kebangkitan pada yg baru dan nuansa kematian pada yg lama. #KonflikPKS
Ini tentang ide. Karena ide adalah nyawa suatu organisasi. Dan sebetulnya konflik ide itu harus dijaga sebab dengan itu dialektika akan menghidupkan dan menumbuhkan. Tapi, kalau konflik ide dipersepsi sebagai konflik eksistensi maka itu bencana. #KonflikPKS
Nampaknya, konflik ide inilah yang tidak terfasilitasi dan lalu menjadi konflik saling meniadakan. Ibarat sebuah rumah yang bising oleh percakapan, tadinya kebisingan itu jadi dinamika yang menyenangkan. Sekarang tak ada lagi suara, orang saling membungkam.
Dalam rumah politik, pemimpin memang beda dengan bapak. Dalam rumah tangga tradisional. Wajar bapak dominan. Dia yg memilih isteri, dia yang menafkahi keluarga dan dia yang menentukan masa depan. Dalam rumah politik pemimpin bukan segalanya.
Itulah sedikit perbedaan, transformasi PKS dari rumah tangga tradisional kepada rumah politik yang modern, terbuka dan demokratis. Paham lama masih ingin menyerahkan diri kepada pemimpin yg mereka sebut Qiyadah. Faktanya, pola itu mustahil diteruskan.
Partai politik bukanlah lembaga private murni. Disebut demikian karena mereka menyuplai produk berupa pejabat ke ruang publik. Maka produk parpol harus mengalami kalibrasi dengan standar negara. Maka parpol harus dikelola seperti negara; demokratis, terbuka, dll.
Kepemimpinan baru di PKS sejak akhir 2015 memutar balik arah jarum jam reformasi yang sedang dijalankan. Oleh motif yang tak jelas, pola kepemimpinan semakin feodal. Qiyadah dianggap memiliki segalanya, hak dan kewenangan seperti bapak dalam tradisi kita.
Akhirnya, semua diperlakukan sebagai anak. Keinginan pimpinan mutlak. Murka pimpinan jadi hukuman. Kebahagiaan pimpinan jadi prestasi dan semakin hari pimpinan manunggal dengan partai. Mengkritik pimpinan adalah kritik partai dan membela adalah kinerja.